Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia bervariasi pada awal perdagangan saham usai bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan pertama kali pada 2018.
Bursa Asia menguat dengan indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen. Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,15 persen. Akan tetapi, indeks saham Topix melemah 0,03 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi sentuh level tertinggi dalam enam minggu.
Keputusan the Federal Reserve menaikkan suku bunga juga pengaruhi bursa Asia. Kenaikan suku bunga pertama kali pada 2018 ini saat di bawah pimpinan baru Jerome Powell. Diperkirakan the Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga sebanyak dua kali lagi pada 2018.
Advertisement
Baca Juga
Seiring investor memperkirakan kenaikan suku bunga acuan AS lebih dari tiga kali, panduan kenaikan suku bunga tersebut dinilai menjadi kurang agresif. Meski demikian, analis menilai the Federal Reserve optimistis terhadap ekonomi secara keseluruhan.
“Mereka juga memperkirakan tiga kenaikan suku bunga pada 2019 dan dua lagi pada 2020. Selain itu merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi,” ujar Norihiro Fujito, Analis Mitsubishi UFJ Morgan Stanley seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (22/3/2018).
Ia menambahkan, prospek kenaikan suku bunga selanjutnya dapat menbatasi harga saham.
Selanjutnya
Keputusan the Federal Reserve memilih hanya dua kenaikan suku bunga lagi pada 2018 juga membuat indeks dolar AS jatuh terhadap enam mata uang utama lainnya.
Euro diperdagangkan di kisaran USD 1.234, dan bergerak naik usai sentuh level terendah di USD 1.224 pada awal pekan ini. Dolar AS terhadap yen berada di kisaran 106,03.
Penguatan bursa saham Asia ini juga terjadi di tengah kekhawatiran potensi perang dagang antara China dan AS. Kekhawatiran terhadap perang dagang membuat banyak investor waspada.
Gedung Putih mengatakan Presiden AS Donald Trump akan mengumumkan tarif impor China pada Kamis waktu setempat. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin juga menuturkan, pihaknya membatasi investasi AS pada China.
Investor khawatir langkah tersebut dapat memicu balasan oleh China. Bahkan dikhawatirkan pembalasan akan lebih meningkat. Di pasar komoditas, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik ke posisi USD 65,74 per barel.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement