Adaro Energy dan EMR Akuisisi Tambang Kestrel Rio Tinto

Nilai akuisisi saham Rio Tinto pada tambang batu bara kokas Kestrel oleh Adaro Energy dan EMR senilai USD 2,25 miliar atau sekitar Rp 30,91 triliun

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Mar 2018, 11:38 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2018, 11:38 WIB
Pertambangan
Ilustrasi Foto Pertambangan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan EMR Capital, perusahaan pengelola private equity di bidang pertambangan menandatangani perjanjian mengikat buat akuisisi 80 persen saham Rio Tinto di tambang batu bara kokas kestrel (Kestrel).

Penandatanganan tersebut dilakukan pada 27 Maret 2018. Nilai akuisisi saham Rio Tinto pada tambang batu bara kokas Kestrel senilai USD 2,25 miliar atau sekitar Rp 30,91 triliun (asumsi kurs Rp 13.741 per dolar Amerika Serikat).

Perseroan dan EMR akan bersama-sama mengelola dan mengoperasikan Kestrel dengan memanfaatkan pengalaman EMR dalam akuisisi dan menjalankan operasional penambangan.

Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Rabu (28/3/2018), Chief Executive Officer (CEO) Adaro Energy, Garibaldi Thohir menuturkan, akuisisi tambang Kestrel merupakan tonggak bersejarah untuk memperluas portofolio batu bara perseroan.Langkah yang dilakukan perseroan termasuk investasi terbesar di luar Indonesia.

"Kami senang dengan pertumbuhan yang akan dibawa oleh transaksi ini. Kami melihat ke depan untuk bekerjasama dengan EMR sehingga membuat usaha sukses besar,” ujar dia.

Sementara itu, CEO EMR Jason Chang mengatakan, keahlian yang dimiliki EMR dan Adaro diharapkan dapat membawa kesempatan. Hal tersebut diharapkan dapat memenuhi permintaan dan pasokan batu bara kokas.

Tambang kestrel terletak di cekungan Bowen, salah satu wilayah utama batu bara metalurgi di dunia.

Kestrel memproduksi batu bara kokas keras sebesar 4,25 juta ton (berdasarkan kepemilikan 100 persen) pada 2017. Tambang itu memiliki cadangan yang dapat dipasarkan sebesar 146 juta ton. Serta sumber daya sebesar 241 juta ton per 31 Desember 2017.

Pada sesi pertama pertama perdagangan Rabu pekan ini, harga saham PT Adaro Energy Tbk naik tipis 0,49 persen ke posisi Rp 2.050 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.245 kali dengan nilai transaksi Rp 48,7 miliar.

 

 

 

Laba Adaro Tumbuh 44 Persen

Pertambangan
Ilustrasi Foto Pertambangan (iStockphoto)

Sebelumnya, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan kinerja positif sepanjang 2017. Ini ditunjukkan dari pertumbuhan laba bersih dan pendapatan.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu 7 Maret 2018, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan pertumbuhan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 44,43 persen menjadi US$ 483,29 juta pada 2017. Perseroan meraup laba bersih sebesar US$ 334,62 juta pada 2016.

Pertumbuhan laba itu didukung dari pendapatan usaha naik 29,08 persen menjadi US$ 3,25 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 2,52 miliar.

Pendapatan usaha perseroan didorong kenaikan 34 persen pada harga jual rata-rata. Divisi pertambangan dan perdagangan batu bara Adaro Energy menyumbangkan 93 persen pendapatan usaha perusahaan seiring pengembangan yang berkelanjutan terhadap bisnis non batu bara.

Pada 2017, produksi batu bara perseroan mencapai 51,79 metrik ton (MT) yang berasal dari seluruh tambang operasional. Beban pokok pendapatan naik 15 persen menjadi US$ 2,11 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 1,83 miliar.

Hal itu didorong kenaikan biaya penambangan akibat kenaikan nisbah kupas, kenaikan harga bahan bakar minyak, serta kenaikan pembayaran royalti kepada pemerintah Indonesia.

Nisbah kupas tercatat sebesar 4,61 kali pada 2017 atau lebih rendah dari pada panduan yang ditetapkan sebesar 4,85 kali pada 2017 karena hujan lebat di operasi penambangan yang terjadi di sebagian besar tahun ini.

Laba bruto pun tumbuh 66,42 persen menjadi US$ 1,41 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 686,27 juta. Laba usaha naik menjadi US$ 951,82 juta pada 2017 dari periode 2016 sebesar US$ 587,61 juta.

PT Adaro Energy Tbk mencatatkan pertumbuhan aset 4,4 persen menjadi US$ 6,81 miliar pada 31 Desember 2017 dari periode 31 Desember 2016 sebesar US$ 6,52 miliar.

Total liabilitas berada di posisi US$ 2,72 miliar pada 31 Desember 2017.Perseroan membayar utang sebesar US$ 129 juta pada 2017 sehingga jumlah utang bank berkurang lima persen dibandingkan tahun lalu menjadi US$ 1,29 miliar.

Perseroan dijadwalkan membayar utang rata-rata untuk 2018-2020 sekitar US$ 238 juta per tahun yang dapat dipenuhi dengan baik oleh kas yang likuid dan arus kas yang kuat.

PT Adaro Energy Tbk juga membagikan dividen tunai sebesar US$ 101,1 juta atau sekitar 30 persen dari laba bersih 2016. Pembayaran dividen ini termasuk dividen interim sebesar US$ 60,8 juta yang dibayarkan pada Januari 2017 dari dividen tunai final sebesar US$ 40,3 juta yang dibayarkan pada Mei 2017. Dividen tunai interim untuk tahun buku 2017 sebesar US$ 100,1 juta telah dibayarkan pada Januari 2018.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya