Kenaikan Saham Energi Hentikan Pelemahan Beruntun Dow Jones

Pada perdagangan pekan ini, Dow Jones kehilangan 2 persen, kinerja mingguan terlemahnya sejak akhir Maret.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Jun 2018, 05:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2018, 05:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street mampu menguat pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut adalah saham-saham di sektor energi.

Indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 mampu parkir di zona hijau tetapi untuk Nasdaq Composite harus mengalami tekanan karena pelemahan saham-saham di sektor teknologi.

Mengutip Reuters, Sabtu (23/6/2018), Dow Jones Industrial Average naik 119,19 poin atau 0,49 persen menjadi 24.580,89. Untuk S&P 500 naik 5,12 poin atau 0,19 persen menjadi 2.754,88. Sedangkan Nasdaq Composite turun 20,14 poin atau 0,26 persen menjadi 7.692,82.

Harga minyak mentah AS ditutup naik 4,6 persen pada USD 68,58 per barel dan harga minyak Brent yang merupakan patokan global naik 3,4 persen menjadi USD 75,55 per barel.

Kenaikan ini terjadi setelah para produsen minyak setuju untuk menaikkan produksi di angka moderat sesuai dengan peningkatan permintaan global.

Harga saham Exxon Mobil naik 2,1 persen dan Chevron naik 2,0 persen. Kedua saham ini menjadi pendorong terbesar penguatan indeks acuan S&P 500. Sedangkan sektor energi di S&P naik 2,2 persen. Sektor ini mencatatkan kenaikan terkuat terkuat harian pada Juni.

"Ini berita besar. Baik mengenai kesepakatan OPEC sendiri maupun dampaknya kepada saham, jelas Chief Investment Strategist Inverness Counsel, New York, AS, Tim Ghriskey.

Pada perdagangan pekan ini, Dow Jones kehilangan 2 persen, kinerja mingguan terlemahnya sejak akhir Maret. Sedangkan untuk S&P 500 turun 0,9 persen dan Nasdaq turun 0,7 persen.

 

Perang Dagang

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Namun memang, penguatan Wall Street belum maksimal karena investor masing dibayang-bayangi akan kekhawatiran perang dagang.

Kekhawatiran perang dagang ini setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan memberlakukan tarif 20 persen pada semua produk mobil impor dari Uni Eropa.

"Tentu saja ini membuat tekanan kepada beberapa sektor dan perusahaan tertentu," jelas Ghriskey.

Harga saham Harley-Davidson turun 2,3 persen. Pembuat sepeda motor AS ini sebelumnya sudah memperingatkan tentang dampak signifikan pada penjualannya jika Uni Eropa memutuskan untuk membalas aksi Trump dengan membatasi impor.

Kekhawatiran perang dagang dengan Eropa tersebut menambah kekhawatiran perang dagang antara China dengan AS. Pada pekan lalu sempat terjadi tekanan setelah Trump mengancam akan mengenakan tarif impor ke China dengan nilai mencapai USD 200 miliar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya