Wall Street Melemah, Kekhawatiran Inflasi dan Perang Dagang Picu Aksi Jual Saham

Pasar saham sudah gelisah sebelum komentar Trump karena beberapa sentimen konsumen dan data pekerjaan sebelumnya menunjukkan peningkatan inflasi dan menaikkan imbal hasil Treasury 10 tahun di atas 4,5% pada sesi tertingginya.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Feb 2025, 09:15 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2025, 09:15 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 444,23 poin atau 0,99% ditutup pada 44.303,40. S&P 500 turun 0,95% menjadi 6.025,99, dan Nasdaq Composite turun 1,36% ditutup pada 19.523,40. (Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup merosot pada perdagangan hari Jumat. Pelemahan Wall Street ini dipicu dua hal yaitu perang tarif dan angka inflasi yang membuat para pelaku pasar khawatir untuk menutup minggu ini.

Indeks harga saham acuan utama merosot selama perdagangan Jumat setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia berencana untuk mengenakan tarif timbal balik pada mitra dagang. Ini bisa berarti menaikkan tingkat tarif secara menyeluruh agar sama dengan tarif yang dikenakan pada AS.

Mengutip CNBC, Sabtu (8/2/2025), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 444,23 poin atau 0,99% ditutup pada 44.303,40. S&P 500 turun 0,95% menjadi 6.025,99, dan Nasdaq Composite turun 1,36% ditutup pada 19.523,40.

Kerugian hari pada perdagangan Jumat membuat indeks utama berada di wilayah negatif pada minggu ini.

"Saya akan mengumumkan perdagangan timbal balik minggu depan, sehingga kita diperlakukan sama dengan negara lain," kata Donald Trump saat bertemu dengan Perdana Menteri Jepang yang sedang berkunjung, Shigeru Ishiba.

"Kita akan mengadakan konferensi pers, dan kita akan menjelaskannya dengan cukup sederhana." kata dia.

Pasar saham sudah gelisah sebelum komentar Trump karena beberapa sentimen konsumen dan data pekerjaan sebelumnya menunjukkan peningkatan inflasi dan menaikkan imbal hasil Treasury 10 tahun di atas 4,5% pada sesi tertingginya.

berdasarkan perhitungan Universitas Michigan, sentimen konsumen turun pada Februari menjadi 67,8. Sedangkan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan 71,3.

Namun, yang mungkin lebih mengkhawatirkan adalah bahwa responden laporan mengantisipasi tingkat inflasi satu tahun mencapai 4,3%, menandai kenaikan satu poin persentase dari bulan sebelumnya dan level tertinggi sejak November 2023.

 

Saham Amazon dan Alphabet

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)... Selengkapnya

Amazon kehilangan 4% setelah arahan dari raksasa e-commerce itu mengecewakan para investor. Perusahaan itu menyerukan pertumbuhan pendapatan sebesar 5% hingga 9% pada kuartal pertama, pertumbuhan terlemah yang pernah tercatat.

Prospek tersebut membayangi pencapaian laba atas dan laba bersih pada kuartal keempat.

Alphabet terus turun menyusul hasil yang agak mengecewakan di awal minggu.

“Kami baru saja mengalami beberapa kekecewaan di area teknologi yang secara tradisional tidak mengecewakan atau area Magnificent Seven, jadi saya pikir kami melihat beberapa rotasi menjauh dari kelompok tersebut,” kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research.

"Saya tidak berpikir bahwa kita sedang menuju pasar yang melemah, tetapi mungkin hanya menuju volatilitas dan kekecewaan jangka pendek." kata dia.

 

Volatilitas Tinggi

Minggu ini merupakan minggu yang penuh volatilitas. Bursa saham jatuh pada hari Senin setelah Presiden Donald Trump pada akhir pekan mengumumkan tarif 10% terhadap Tiongkok.

Ia juga mengusulkan, kemudian menghentikan sementara, pungutan 25% terhadap Kanada dan Meksiko.

S&P 500 kemudian naik selama tiga hari berturut-turut setelah penangguhan tarif sebelum jatuh lagi pada hari Jumat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya