Begini Strategi Investasi Saat Pasar Saham Tertekan

Situasi pasar saham yang tengah volatile atau terkoreksi, sejatinya juga berpeluang memberi keuntungan jangka panjang yang lebih tinggi.

oleh Nurmayanti diperbarui 12 Jul 2018, 19:20 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2018, 19:20 WIB
20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kondisi pasar saham yang terkoreksi dan naik turun memicu kekhawatiran investor. Namun, kondisi ini dinilai dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk menambah investasi pada instrumen saham dan turunannya.

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Sriwidjaja Rauf menjelaskan, situasi pasar saham yang tengah volatile atau terkoreksi, sejatinya juga berpeluang memberi keuntungan jangka panjang yang lebih tinggi.

"Koreksi saham justru memberikan kesempatan bagi investor jangka panjang untuk membeli saham-saham atau reksadana saham yang dengan valuasi yang lebih murah," jelas dia di Jakarta, Kamis (12/7/2018).

Ia menjelaskan, investor dapat memilih instrumen reksadana saham yang portfolionya terdiri dari saham-saham blue chips atau yang berbasis saham indeks IDX30.

RELI, salah satunya yang memiliki beragam produk investasi, termasuk produk reksadana, yang bisa disesuaikan dengan risiko investor.

Investasi sedari dini, terutama di pasar saham maupun reksadana dikatakan sangat penting, karena mampu melawan inflasi. Jika rutin dan disiplin, bukan tidak mungkin keuntungan dari investasi bisa untuk digunakan menambah dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan di masa depan.

Menurut Sriwidjaja, jika seorang investor memiliki tujuan investasi jangka panjang, misal di atas 10 tahun, maka saat ini momen tepat untuk memanfaatkan momentum turunnya harga-harga saham. Sementara, untuk tujuan jangka pendek hingga menengah, bisa dipilih instrumen pasar uang untuk menempatkan dana investasi.

Reksadana pendapatan tetap dengan portofolio obligasi korporasi bisa jadi opsi menarik. Pasalnya, kupon obligasi korporasi umumnya lebih tinggi sehingga dapat mengompensasi dampak penurunan harganya. Selain itu beberapa reksadana berbasis obligasi korporasi juga secara rutin membagikan hasil investasi ke investor.

Sementara, untuk reksadana yang portofolionya SUN saat ini masih cukup volatil. Tapi, kalau harganya turun lebih banyak, juga tetap layak dipilih. Tentu saja, tak kalah penting, dalam berinvestasi selalu sesuaikan dengan tujuan dan anggaran yang tersedia.

Investasikan dana secara bertahap sehingga bisa mendapat average cost of investment yang lebih baik pada saat pasar terkoreksi.

Dalam berinvestasi, pastikan dan tentukan tujuanya, karena akan menentukan produk investasi seperti apa yang harus dimiliki. Tujuan berinvestasi juga harus mencakup jangka waktu berapa tahun akan berinvestasi.

 

 

Hal Lainnya

20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Mengetahui jangka waktu berapa lama berinvestasi bisa menghindarkan dari kegagalan investasi. Mengapa demikian? Karakteristik setiap jenis reksa dana berbeda-beda. Semakin pendek jangka waktu investasi, sebaiknya semakin konservatif atau aman produk yang dipilih, seperti reksadana pendapatan tetap.

"Setiap investasi selalu ada risiko. Semakin tinggi investasi, semakin tinggi pula risikonya," ucap Sriwidjaja.

Pelajari juga karakter diri sendiri. Apakah masuk tipe investor moderat, konservatif atau spekulatif. Kemudian, pilihan investasi yang diambil apakah untuk jangka pangjang atau jangka pendek.

Terakhir, jangan simpan telur dalam satu kerajang. Artinya, dalam berinvestasi, investor harus menyebarkan investasi ke dalam beberapa produk dan portofolio, agar dapat meminimalkan risiko. Pilih produk reksadana paling pas dengan profil risiko dan kebutuhan.

Toh, meski pasar terkoreksi, Sriwidjaja juga menyarankan agar tidak buru-buru keluar dari pasar kendati volatilitas tengah meningkat.

Pasalnya, koreksi saat ini lebih disebabkan sentimen negatif percepatan pertumbuhan ekonomi AS, yang berujung pada melemahnya rupiah. Selain itu, ekonomi Indonesia diyakini masih tumbuh lebih dari 5%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam yang diperkirakan tumbuh 3% tahun ini.

"Lebih baik, investor juga kembali mempelajari isi portofolio dan tujuan investasinya. Selalu jadikan data fundamental ketika membuat keputusan investasi," tegas Sriwidjaja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya