Wall Street Menguat Terdorong Saham Transportasi dan Chip

Sekitar 9,6 miliar saham berpindah tangan di Bursa AS, di atas rata-rata harian 8,6 miliar selama 20 sesi terakhir.

oleh Nurmayanti diperbarui 31 Okt 2018, 05:00 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2018, 05:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York Wall street ditutup melonjak lebih dari 1 persen pada hari Selasa, terdorong kenaikan saham perusahaan chip dan transportasi, seiring langkah investor yang mengambil keuntungan dari harganya yang lebih murah.

Melansir laman Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 431,72 poin, atau 1,77 persen, menjadi 24.874,64. Adapun indeks S & P 500 naik 41,38 poin, atau 1,57 persen, menjadi 2.682,63 dan Nasdaq Composite bertambah 111,36 poin, atau 1,58 persen, menjadi 7.161,65.

"Saat Anda telah mengalami guncangan di sini (pasar) pada bulan Oktober, pada titik tertentu Anda akan mengharapkan beberapa untuk naik dan bertahan," kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services di Hammond, Indiana, seperti dikutip Rabu (31/10/2018).

Pemicu kenaikan pasar saham kali ini adalah penguatan saham perusahaan chip. Seperti indeks perusahaan semikonduktor Philadelphia tercatat melonjak 4,2 persen. Ini merupakan kenaikan persentase satu hari terbesar sejak Maret.

Adapula saham Intel melonjak 5,2 persen dan memberikan dorongan tunggal terbesar kepada indeks S&P 500.

Saham chip juga menguat menyusul kenaikan saham Nvidia dan laporan yang lebih baik dari perkiraan pembuat chip-gear KLA-Tencor. Saham Nvidia melonjak 9,4 persen dan saham KLA-Tencor naik 7,6 persen.

Saham chip sebelumnya telah turun cukup besar, dipicu kekhawatiran baru tentang ketegangan perdagangan AS-Cina.

Selain saham perusahaan chip, pendorong Wall Street adalah saham transportasi. Dow Jones Transport Average melonjak 2,8 persen. Ini menjadu kenaikan satu hari terbesar dalam setahun.

"Penurunan harga minyak mungkin telah meningkatkan pangsa transportasi yang diawasi ketat," kata Carlson.

Volatilitas pasar telah melonjak dalam beberapa minggu terakhir. Ini akibat dari tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi dan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi memuncak dan ketegangan perdagangan. Investor juga mungkin semakin gugup

Adapun indeks S&P berada dalam kecepatan penurunan persentase bulanan terbesarnya dalam lebih dari delapan tahun.

Perusahaan pada indeks ini berada pada posisi untuk membukukan kenaikan sebesar 25,3 persen pada laporan laba kuartal ketiga.

Meskipun perolehan laba besar secara keseluruhan naik, namun beberapa perusahaan ternama telah mengeluarkan laporan yang mengecewakan.

Seperti pada Selasa, saham General Electric jatuh 8,8 persen setelah konglomerat secara drastis mengurangi dividen dan mengatakan pihaknya tengah menghadapi penyelidikan akuntansi lebih lanjuta.

“Saat pendapatan meningkat, kebanyakan dari mereka baik-baik saja,” kata Rick Meckler, Rekanan Cherry Lane Investments di New Vernon, New Jersey.

Sementara saham perusahaan lain yang membukukan kenaikan seperti saham Coca-Cola Co yang naik 2,5 persen setelah pendapatan dan laba triwulanan pembuat minuman ini melampaui ekspektasi Wall Street.

Saham Under Armor Inc melonjak 24,7 persen setelah munculnya optimisme pada laporan pendapatan kuartalan perusahaan dan perkiraan laba selama setahun.

 Sekitar 9,6 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di atas rata-rata harian 8,6 miliar selama 20 sesi terakhir.

Perdagangan Sebelumnya

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street melemah pada penutupan perdagangan hari Senin (Selasa pagi WIB) dipicu kekhawatiran baru dari eskalasi ketegangan perdagangan AS-China dan penurunan tajam saham perusahaan teknologi dan internet.

Sempat menguat di awal sesi, indeks utama AS turun tajam setelah laporan Bloomberg menyatakan AS tengah bersiap diri untuk mengumumkan penerapan tarif pada semua produk impor China pada awal Desember jika pembicaraan antara presiden Donald Trump dan Xi Jinping pada bulan depan berujung kebuntuan.

"Jelas, pertempuran dagang ini berpotensi menimbulkan sesuatu yang lebih buruk dari yang sudah ada," kata Mark Luschini, Kepala Strategi Investasi di Janney Montgomery Scott, Philadelphia seperti dikutip dari Reuters, Selasa (30/10/2018).

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 245,39 poin atau 0,99 persen menjadi 24.442,92, indeks S&P 500 kehilangan 17,44 poin atau 0,66 persen menjadi 2.641,25 dan indeks Nasdaq Composite turun 116,92 poin atau 1,63 persen menjadi 7.050,29.

Saham teknologi seperti Amazon.com Inc (AMZN.O), induk Google Alphabet Inc (GOOGL.O) dan Netflix Inc (NFLX.O), membukukan penurunan tajam. Sektor teknologi S&P 500 hingga turun 1,8 persen.

Saham Facebook (FB.O), Amazon, Netflix dan Alphabet telah kehilangan lebih dari USD 200 miliar dalam nilai pasar dalam dua sesi terakhir.

Sektor industri yang dianggap sensitif terhadap masalah perdagangan, turun 1,7 persen, dengan Boeing Co (BA.N) jatuh 6,6 persen.

Volatilitas pasar telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir, berasal dari suku bunga the Fed yang lebih tinggi dan kekhawatiran tentang ketegangan ekonomi dan perdagangan. Investor juga mungkin semakin gelisah tentang ketidakpastian seputar pemilihan kongres AS, yang tinggal seminggu lagi.

Saham internet juga mungkin telah terluka oleh rencana Inggris untuk membebankan pajak kepada platform online.

Sementara itu, saham pembuat perangkat lunak Red Hat Inc (RHT.N) melonjak 45,4 persen setelah perusahaan itu setuju untuk dibeli oleh IBM Corp (IBM.N) sebesar USD 34 miliar. Tetapi saham IBM turun 4,1 persen, membebani Dow Jones dan S&P.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya