Hari Raya Lebaran, BEI Tetapkan Libur Bursa 3-7 Juni 2019

Libur perdagangan saham dalam rangka libur Lebaran mulai 3 Juni hingga 7 Juni 2019.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Mei 2019, 13:30 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2019, 13:30 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan libur perdagangan bursa dalam menyambut hari raya Lebaran 2019 selama seminggu.

Berdasarkan jadwal libur bursa seperti dikutip dari laman BEI, Senin (27/5/2019), libur perdagangan saham dalam rangka libur Lebaran mulai 3 Juni hingga 7 Juni 2019. Pada 3,4, dan 7 Juni merupakan cuti bersama Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah.

Pada 5 dan 6 Juni memperingati Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah. Dengan libur Lebaran tersebut, ada 15 hari bursa.

"Libur Lebaran dari 3 hingga 7 Juni," ujar Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Senin pekan ini.

Adapun hari libur juga mengacu pada Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 617 Tahun 2018, Nomor 262 Tahun 2018, dan Nomor 16 Tahun 2018 tentang hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2019.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Pemilu Usai, Banyak Perusahaan Antre Melantai di Bursa

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi memuji proses demokrasi yang berlangsung di Indonesia. Dia pun berharap hasil akhir perhitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dapat berjalan tenang dan membawa sentimen positif untuk pasar saham.

"Saya kira kita ini (Indonesia) termasuk demokrasi yang paling bagus kok. Voters-nya 80 persen lho," tuturnya di Gedung BEI, Selasa, 21 Mei 2019.

Dia menjelaskan, meski ada ketidakpuasan dan perbedaan pandangan terkait hasil KPU, hal itu merupakan proses yang wajar ketika menjalankan proses demokrasi di suatu negara.

"Ada ketidakpuasan, biasa. Tapi kan ada saluran resmi (KPU) begitu ya. Jadi kalau sekiranya semuanya berjalan lancar maka oke-oke saja," ujarnya.

Dia pun optimistis, pasca hasil Pemilu ini, semakin banyak perusahaan yang melantai di bursa saham. "IPO pasca Pemilu optimistislah. Makanya berdoa sama-sama, perbedaan itu biasa ya kan," kata dia.

 

BEI Angkat Suara soal IHSG yang Turun Tajam

IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI Laksono Widodo angkat bicara terkait penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tajam terjadi belakangan.

Seperti diketahui, IHSG menunjukkan penurunan sebesar 6,16 persen ke level 5.826,87 dari 6.209,12 pada penutupan pekan lalu.

"Kita tahu ada beberapa hal yang terjadi di domestik. Kalau kita lihat dari perusahaan tercatat pada kuartal-I itu memang lebih rendah dari pada perkiraan analis, jadi analis ini banyak yang melakukan downgrade. Tentunya ini butuh waktu untuk tercermin di harga," terangnya di Gedung BEI, Senin, 20 Mei 2019.

Selain itu, dia menambahkan bahwa situasi politik hingga kisruh panasnya perang dagang turut berdampak besar pada kinerja IHSG di bursa saham.

"Kedua, kita tahu lah ada data-data makro yang kurang preferable. Ketiga, situasi politik meskipun enggak parah-parah banget tapi tetap menimbulkan semacam kekhawatiran dan juga enggak bisa dihindari bahwa kenyatannya perang dagang masih menjadi headline dimana-mana," ucapnya.

Kendati demikian, dia mengatakan otoritas bursa akan menyikapinya secara seksama. Lantaran, menurutnya market (pasar) tidak seharusnya dikekang dengan kepanikan yang berlebih.

"Tentunya kami worry, tapi apakah ini menjadi kejadian yang luar biasa, saya rasa enggak. Jadi menurut saya business as usual no reason to get panic. Enggak ada alasan untuk panil saat ini," kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya