Liputan6.com, Jakarta - Wall street rontok untuk pertama kalinya dalam empat hari pada perdagangan Selasa. Hal ini memberikan sejumlah keuntungan dari penguatan sebelumnya. Penurunan tajam berasaldari saham ritel dan bank.
Dikutip dari laman CNBC, Rabu (20/5/2020), Dow Jones Industrial Average turun 390,51 poin, atau 1,6 persen, menjadi ditutup pada 24.206,86. S&P 500 turun 1,1 persen menjadi 2.922,91. Sementara Nasdaq Composite kehilangan 0,5 persen dan ditutup pada 9.185,10.
Rata-rata pergerakans aham di bawah tekanan sebagai akibat dari kekhawatiran pasar terhadap uji coba vaksin virus corona dari Moderna. Saham perusahaan boteknologi tersebut turun 10,4 persen.
Advertisement
Saham Home Depot kehilangan 3 persen untuk membawa Dow lebih rendah setelah perusahaan mengatakan laba bersih kuartal terakhir turun 10,7 persen karena biaya tambahan terkait dengan pandemi. Meskipun perusahaan juga mengatakan penjualan meningkat 7 persen untuk periode tersebut. Saham Walmart turun 2,1 persen, meskipun penjualan e-commerce melonjak pada kuartal pertama.
Pengecer lain seperti Kohl, Macy dan Nordstrom juga ditutup lebih rendah.
Saham bank turun secara luas pada hari Selasa. Wells Fargo turun 5,8 persen sementara Bank of America dan Citigroup masing-masing turun lebih dari 2,7 persen. JPMorgan turun hampir 2 persen.
"Membeli saham saat harga turun dan kekuatan penjualan telah terbukti menjadi strategi yang paling menguntungkan untuk memainkan bank hingga saat ini," kata Frank Cappelleri, direktur eksekutif di Instinet, dalam sebuah catatan.
Â
Statement Menteri Keuangan AS
Investor mengalihkan perhatian mereka ke Washington ketika Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Ketua Federal Reserve Jerome Powell bersaksi di depan Komite Perbankan Senat. Kesaksian mereka adalah bagian dari pembaruan yang diperlukan untuk Kongres tentang respons ekonomi terhadap pandemi virus corona.
Mnuchin mengatakan pemerintah sepenuhnya siap untuk mengambil kerugian dengan menyiapkan dana talangan demi mempertahankan bisnis dari virus corona. Kesaksian itu muncul setelah Powell mengatakan kepada CBS "60 Menit" bahwa bank sentral masih memiliki banyak amunisi untuk mendukung perekonomian.
Terlepas dari semua ini, "Masih sangat sulit untuk mengubah pergerakan saham menjadi sangat bullish," kata Yousef Abbasi, direktur ekuitas kelembagaan A.S. di INTL FCStone. "Jika kita mendapatkan lebih banyak data dan kota-kota mulai dibuka kembali lockdown, maka saya akan mengantisipasi lebih banyak kepercayaan di kalangan investor," tambahnya.
Data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins menunjukkan lebih dari 4,8 juta kasus telah dikonfirmasi di seluruh dunia, dengan lebih dari 1,5 juta infeksi di AS saja.
Advertisement