Bursa Saham Asia Melonjak, Investor Menanti Data Pekerjaan Australia

Saat ini, investor bursa saham di kawasan Asia-Pasifik tengah menunggu data tenaga kerja Australia.

oleh Athika Rahma diperbarui 13 Agu 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2020, 08:30 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia-Pasifik menguat pada pembukaan perdagangan Kamis pekan ini. Kenaikan ini menyusul lonjakan yang terjadi di bursa Saham AS atau Wall Street.

Saat ini, investor tengah menunggu data tenaga kerja Australia.

Mengutip CNBC, Kamis (13/8/2020), indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 1,58 persen. Sedangkan indeks Topix Jepang juga naik 1,09 persen.

Saham otomotif dan teknologi melonjak di awal perdagangan. Softbank naik 2,87 persen, sementara Sony naik 2,84 persen.

Indeks saham Kospi Korea Selatan naik 0,83 persen. Di Australia, S&P/ASX 200 naik 0,18 persen.

Sementara, data pekerjaan Australia akan dirilis pada pukul 9.30 waktu Singapura. Pengumuman ini dilakukan saat penderita Corona melonjak lagi dalam beberapa pekan terakhir di negara bagian Victoria.

Pihak berwenang harus memberlakukan jam malam dan memperketat pembatasan lagi pekan lalu di Melbourne, kota terbesar kedua di Australia.

Raksasa teknologi China Tencent melaporkan pendapatan kuartalan. Pendapatan perusahaan pembuat games ini naik secara keseluruhan di kuartal kedua. Sementara Tencent melihat beberapa kelemahan dalam bisnis periklanannya.

Secara keseluruhan, keuntungan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham mencapai 33,1 miliar yuan atau USD 4,76 miliar.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Wall Street

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Bursa saham Wall Street kembali menguat pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta), menempatkan indeks acuan S&P 500 di bawah rekor tertinggi sepanjang masa yang ditorehkan pada Februari kemarin.

Pendorong kenaikan bursa saham di New York Amerika Serikat (AS) ini adalah penguatan saham-saham di sektor teknologi setelah sebelumnya mengalami tekanan yang cukup dalam.

Mengutip CNBC, Kamis (13/8/2020), indeks S&P 500 naik 1,4 persen dan merupakan lombatan terbesar dalam hitungan satu hari Indeks ini ditutup di angka 3.380,35.

Menjelang penutupan, indeks acuan ini menpat menyentuh angka 3.386,15. Namun akhirnya S&P 500 mengakhiri sesi 0,4 persen di bawah level tertinggi sepanjang masa dalam perdagangan intraday di 3,393,52.

Sedangkan Dow Jones Industrial Average melonjak 289,93 poin, atau naik 1,1 persen dan ditutup pada 27.976,84. Untuk Nasdaq Composite menguat 2,1 persen menjadi 11.012,24.

Saham-saham teknologi seperti Facebook, Amazon dan Netflix semuanya naik setidaknya 1,5 persen. Sementara Alphabet naik 1,8 persen. Saham Microsoft dan Apple masing-masing kenaikannya berada di atas 2,8 persen.

Namun, saham yang akan sebenarnya diuntungkan dengan adanya pembukaan kembali ekonomi justru mengalami tekanan. Saham Karnaval yang adalah operator kapal pesiar turun 4 persen. Saham JPMorgan Chase, Bank of America dan Citigroup semuanya juga melemah.

“Saat ini sedang terjadi debat besar di pasar saham,” kata analis global dari StoneX, Yousef Abbasi. Perdebatan tersebut apakah kenaikan saham-saham teknologi akan terus berlanjut atau berbalik arah karena adanya harapan penemuan vaksin.

"Pengumuman kinerja kuartal II yang lebih baik dari perkiraan dan harapan data ekonomi yang kuat mulai membenarkan gagasan bahwa sudah saatnya untuk keluar dari saham teknologi?" tambah Abbasi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya