Ekonomi RI Bakal Pulih pada 2021, Sektor Saham Ini Berpotensi Cuan

Ekonomi Indonesia diprediksi pulih pada 2021 dapat berdampak positif untuk sejumlah sektor saham di pasar modal Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Jan 2021, 11:30 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2021, 11:30 WIB
20161110-Hari-ini-IHSG-di-buka-menguat-di-level-5.444,04-AY2
Suasana kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11). Dari 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 181 saham menguat, 39 saham melemah, 63 saham stagnan, dan sisanya belum diperdagangkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Investasi saham koreksi  5,09 persen secara year to date (ytd) ke level  5.979 pada 30 Desember 2020. Meski demikian, investasi saham diprediksi positif pada 2021 didukung dari pemulihan ekonomi Indonesia dan global.

Managing Director and Head of Equity Capital Market PT Samuel International Harry Su mengatakan, sentimen positif mendukung saham pada 2021 dari pemulihan ekonomi domestik dan global seiring ada vaksin COVID-19.

Sedangkan dari sentimen negatif, kenaikan permintaan dapat memicu inflasi. Hal tersebut berdampak negatif untuk pasar saham.

Sementara itu, PT Mandiri Sekuritas menyatakan, 2021 merupakan titik balik dari pemulihan ekonomi di Indonesia.  Kepala Riset PT Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menuturkan, pemulihan ekonomi dan reformasi kebijakan di Indonesia pada 2021 dapat mendukung Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Target IHSG mencapai 6.850 pada akhir 2021.

Optimisme ketersediaan vaksin serta ekspektasi produksi, distribusi, pelaksanaan vaksinasi, dan penerimaan masyarakat pada 2021 diharapkan dapat mempercepat terjadinya herd immunity di masyarakat.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Sentimen Lainnya

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Vaksinasi tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri masyarakat untuk kembali beraktivitas seperti normal sehingga akan mendorong peningkatan daya beli.

“Kami melihat ada enam katalis yang akan mendorong kenaikan pasar saham di Indonesia, antara lain pemulihan ekonomi yang didorong vaksinasi, normalisasi dengan konsolidasi industri pascapandemi, likuiditas global dan domestik yang melimpah, suku bunga global yang rendah, kenaikan harga komoditas, serta dimulainya reformasi struktural pemerintah,” kata dia.

Perbaikan ekonomi global dan domestik akan menguntungkan saham-saham cylical dan juga komoditas. Faktor kedua adalah konsolidasi industri yang akan terjadi terutama di perusahaan-perusahaan yang memiliki struktur modal besar dan memungkinkan ekspansi.

Adrian menyoroti likuiditas domestik yang berlimpah diharapkan akan meningkatkan sisi permintaan konsumsi jika vaksinasi sukses dilaksanakan di Indonesia. Dengan demikian saham-saham yang merupakan kedekatan dari konsumsi domestik yang bersifat discreationary akan diuntungkan.

Dari faktor global, Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dari suku bunga global yang rendah dan likuiditas yang masih berlimpah. Sementara itu, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia masih sangat menarik sehingga mendorong arus dana asing masuk ke Indonesia.

“Faktor terakhir adalah reformasi struktural pemerintah melalui Omnibus Law yang akan mengubah cara pandang investor asing terhadap Indonesia, dan juga berlangsungnya downstreaming di industri mineral yang akan berdampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia di kemudian hari,” kata dia.

Adrian menambahkan, hal tersebut berdampak positif terhadap penguatan daya beli di kemudian hari. Reformasi ini yang membuat Indonesia berbeda ke depannya.

Sektor Saham Pilihan

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk sektor saham memiliki prospek positif, Harry memilih sektor saham konstruksi dan komoditas. Sektor komoditas menjadi pilihan karena pemulihan ekonomi dunia dari COVID-19 serta ketegangan politik antara Amerika Serikat, Rusia dan China yang akan meningkatkan harga minyak dunia.

“Kalau konstruksi karena adanya SWF (sovereign wealth fund),” ujar Harry.

Harry menambahkan, dengan ada SWF sehingga beban utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat berkurang.

Sementara itu, Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji memilih sektor saham beragam yang dapat dicermati pada 2021. Sektor saham itu mulai dari tambang, manufaktur, bank, aneka industri, consumer goods, farmasi, dan infrastruktur.

 Nafan menuturkan, memilih sektor saham tersebut lantaran pertimbangan dividen berpotensi menarik investor.  Selain itu, sentimen program vaksinasi, kinerja penjualan mobil, dan stimulus fiskal menjadi penggerak sektor saham seperti farmasi, otomotif.

Saham Pilihan

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham yang menjadi pilihan Nafan antara lain saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Astra International (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Kemudian ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya