Liputan6.com, Jakarta - Saham Tesla menjadi salah satu saham paling “hot” dan menarik lebih dari setahun. Akan tetapi, saham Tesla tertekan pada pekan ini.
Saham Tesla turun enam persen ke posisi USD 619 pada perdagangan Selasa, 23 Februari 2021. Untuk pertama kalinya, saham Tesla turun di bawah USD 700 sejak 31 Desember 2020.
Tekanan terhadap saham Tesla berlanjut setelah awal pekan juga turun 8,5 persen. Dengan demikian, saham Tesla yang merosot itu menghapus keuntungan selama setahun.
Advertisement
Baca Juga
Saham Tesla ditutup di atas USD 883 pada 26 Januari 2021, dan kemudian tertekan. Saham Tesla tertekan itu membuat kekayaan miliarder yang juga pendiri Tesla Elon Musk merosot. Posisi orang terkaya dunia pun bergeser. Elon Musk pun berada di posisi dua, dan posisi pertama dipegang oleh pendiri Amazon Jeff Bezos.
Berikut sejumlah hal yang menekan saham Tesla, dan aksi jual yang terjadi dikutip dari laman CNN, Rabu (24/2/2021):
1.Bitcoin
Tesla mengumumkan telah investasi USD 1,5 miliar di bitcoin. Hal itu mendorong kenaikan harga bitcoin, dan diperkirakan Tesla mendapatkan keuntungan USD 1 miliar. Hal itu lebih besar dari penjualan mobil dalam setahun.
Namun, pada akhir pekan lalu, ada kritikan terhadap investasi bitcoin. Musk mengunggah kalau harga bitcoin dan mata uang kripto lainnya bernama Ether cenderung tinggi. Hal itu mendorong harga bitcoin turun 9,3 persen pada awal pekan ini. Hal tersebut juga menekan saham Tesla.
"Bitcoin merupakan langkah cerdas dan momen tepat bagi Tesla, tetapi penurunan yang terjadi, risiko dan volatilitas menambah cerita Tesla,” ujar Analis Wedbush Securities, Daniel Ives.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
2.Harga Model Y
Pada Kamis pekan lalu, Tesla memangkas mobil tipe Y dan model 3 masing-masing sekitar USD 2.000. Hal ini membuat harga di kisaran model Y, salah satu model yang menempuh jarak 224 miles untuk isi bahan bakar. Harga mobil Y menjadi USD 38.490 dan model 3 menjadi USD 34.590.
Namun, selama akhir pekan, versi model termurah dari model Y itu menghilang dari situs penjualan Tesla, dan hanya menyisakan SUV jarak jauh dan performa yang lebih mahal. Tesla tidak menjelaskan keputusannya.
Gordon Johnson dari GLJ Research menilai, diskon yang diberikan baru-baru ini dan lainnya menunjukkan kalau kendaraan Tesla tidak memiliki permintaan seperti yang diklaim penggemarnya.
Advertisement
3.Persaingan Meningkat
Produsen mobil baru-baru ini menetapkan target ambisius untuk penjualan mobil listrik. General Motors (GM) meluncurkan versi SUV dari Chevrolet Bolt pada pekan lalu dengan harga jauh di bawah model Y dan mengumumkan niat untuk menjual mobil bebas emisi setelah 2035.
Ford juga menetapkan target kendaraan listrik yang lebih ambisus untuk penjualannya di Eropa. Ford menyatakan, semua model mobil yang dijualnya akan ada kendaraan listrik pada 2030. Apple juga mempertimbangkan untuk bermitra dengan produsen mobil untuk masuk ke bisnis mobil.
"Upaya tersebut membuat beberapa investor Tesla gugup,” ujar Ives.
4.Langkah Investor
Saham Tesla mencapai puncak satu hari sebelum laporan pendapatan yang mengecewakan pada 27 Januari 2021. Keuntungan yang dihasilkan Tesla dari produsen mobil lain melebihi pendapatan bersihnya secara keseluruhan. Johnson menilai, Tesla belum dapat menghasilkan uang dengan membangun dan menjual mobil meski dengan beberapa ukuran keuntungan.
Musk juga bicara tentang kekurangan baterai yang dibutuhkan untuk menggerakkan kendaraan listrik. Ia menuturkan, pasokan baterai milik Tesla dan rencana perluasan produk baterai, perseroan berusaha keras untuk menemukan baterai yang diinginkannya untuk membangun lebih banyak kendaraan.
“Batasan dari kendaraan listrik adalah ketersediaan baterai. Tesla sudah mulai memproduksi semi-tractor jika baterainya tersedia untuk itu,” kata dia.
Advertisement
5. Saham Tesla Sudah Naik Sejak 2020
Saham Tesla naik 743 persen, dan memimpin penguatan pada 2020. Hal ini seiring investor menerima gagasan kalau masa depan industri otomotif akan menjadi listrik. Sejauh ini, Tesla tetap menjadi produsen mobil paling berharga di dunia, dengan nilai pasar jauh di atas gabungan delapan produsen mobil terbesar.
Dengan ada tekanan, saham Tesla sudah naik sekitar 1.300 persen sejak Oktober 2019. Namun, ketika laporkan kinerja laba kuartal III yang mengejutkan investor mendorong saham Tesla tertekan.
Sejumlah investor percaya saham Tesla terbang terlalu tinggi. Akan tetapi, banyak analis percaya kalau Tesla akan kembali bangkit. Ives memiliki target harga USD 950 dalam 12 bulan. Namun, Ives memperingatkan kalau banyak volatilitas terjadi di saham Tesla.