Liputan6.com, Jakarta - PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) menggelar paparan publik pada Senin, (15/3/2021). Dalam kesempatan tersebut, manajemen perusahaan membeberkan kinerja perseroan hingga September 2021.
Dari sisi aset, Direktur Kepatuhan PT Bank IBK Indonesia Tbk Alexander Frans Rori mengatakan terdapat peningkatan sejak Desember 2019 ke September 2020 sebesar 28,5 persen. Aset naik dari Rp 6,4 triliun menjadi Rp 8,2 triliun.
Baca Juga
Adapun dari sisi kredit diberikan, lanjut Alexander, meningkat sebesar 19 persen. Yaitu dari Rp 4,1 triliun menjadi Rp 4,95 triliun. Sementara Dana pihak ketiga (DPK), dari Rp 4,8 triliun menjadi Rp 4,3 triliun, atau terdapat penurunan sebesar 11 persen.
Advertisement
"Hal ini merupakan kebijakan dari perusahaan untuk mengurangi dana-dana dengan tingkat suku bunga yang relatif mahal. Sehingga dapat kita lihat di sini bahwa dana pihak ketiga khususnya deposito mengalami penurunan,” kata dia dalam video konferensi, Senin (15/3/2021).
Kemudian, permodalan dari Desember 2019 sejumlah Rp 1,2 triliun, pada September 2020 menjadi Rp 2,09 triliun, atau bertumbuh sebesar 74,3 persen.
Adapun berkaitan dengan rugi, Alexander memaparkan, pada Desember 2019, perseroan mengalami rugi sebesar Rp 248 miliar. Pada posisi September 2020 mengalami rugi Rp 97,5 miliar.
"Dari gambaran ini, dapat kita lihat bahwa secara umum perseroan mengalami perbaikan. Yaitu dari sisi aset, dari sisi kredit, walaupun di tengah pandemi,” kata Alexander.
Selanjutnya, pendapatan bunga bank pada 2019 posisi Desember sebesar Rp 540 miliar. Sementara pada posisi September 2020 turun menjadi sebesar Rp 324 miliar. Demikian juga dengan biaya bunga posisi Desember 2019 sebesar Rp 384 miliar dan posisi September 2020 turun menjadi Rp 200 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Posisi CAR
Dari sisi rasio, posisi CAR Bank IBK pada 2019 sebesar 26,5. Sementara posisi September 2020, CAR meningkat menjadi 35, 27 persen. Angka ini tumbuh di atas rata-rata industri seperti pada September 2020 adalah sebesar 23,52 persen.
"Pertumbuhan kali ini adalah akibat dari penambahan modal yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali dalam hal ini adalah IBK Korea,” ujar Alexander.
Selanjutnya, pada posisi Desember 2019, non performing loan (NPL) gross tercatat sebesar 11,68, yang secara bertahap dapat diturunkan sehingga pada September 2020 menjadi sebesar 9,58 persen. Adapun NPL net dapat terjaga pada posisi 4,89 pada Desember 2019 dan 3,93 pada September 2020
"ROA masih minus Karena perusahaan masih mengalami rugi. Demikian juga dengan return on equity yang pada September 2020 minus sebesar 10,6 persen,” ia menambahkan.
Net interest margin (NIM) pada posisi Desember 2019 sebesar 2,46 dan pada September 2020 sebesar 2,48. Alexander mengatakan posisi NIM ini masih dapat terjaga dengan kondisi yang cukup baik.
"Adapun berkaitan dengan BOPO perusahaan memang masih tinggi sebagai akibat dari rugi yang dialami, di mana pada Desember 2019 sebesar 151,26 persen, pada posisi September dapat ditekan untuk turun menjadi 128,58 persen,” tutur dia.
Adapun LDR pada posisi Desember 2019 sebesar 85,38, meningkat pada posisi September 2020 menjadi 114,4.
"Prosentase ini terjadi karena akibat dari kebijakan perusahaan di mana perusahaan menurunkan dana deposito dengan tingkat suku bunga yang tinggi dengan tujuan adalah untuk efisiensi sehingga kedepannya perusahaan dapat beroperasi dengan lebih baik,” pungkas dia.
Advertisement