Wall Street Perkasa, Indeks Saham S&P 500 Sentuh 4.000 untuk Pertama Kali

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham S&P 500 naik 1,2 persen ke posisi 4.019,87. Indeks saham Dow Jones menanjak 171,66 poin atau 0,5 persen menjadi 33.153,21.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Apr 2021, 06:34 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2021, 06:34 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 1 April 2021. Indeks saham S&P mencapai posisi 4.000 untuk pertama kali setelah Presiden AS Joe Biden meluncurkan rencana program infrastrukturnya.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham S&P 500 naik 1,2 persen ke posisi 4.019,87. Indeks saham Dow Jones menanjak 171,66 poin atau 0,5 persen menjadi 33.153,21.

Indeks saham Nasdaq menguat 1,8 persen menjadi 13.480,11. Saham Alphabet dan Netflix melonjak lebih dari tiga persen. Sementara itu, saham Amazon dan Microsoft naik lebih dari dua persen.

Saham Microsoft menguat setelah mengumumkan akan mengirim lebih dari 120.000 perangkat headset augmented reality HoloLens kepada Angkatan Darat AS. Kontrak tersebut senilai USD 21,9 miliar selama 10 tahun.

Saham teknologi memimpin kenaikan seiring imbal hasil obligasi melemah dari level tertinggi baru-baru ini. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun 7 poin menjadi 1,68 persen. Imbal hasil obligasi mencapai level tertinggi 14 bulan sekitar 1,77 persen pada pekan lalu.

Pergerakan saham terjadi setelah Biden memperkenalkan proposal infrastruktur bernilai jutaan dolar AS. Rencana tersebut mencakup pengeluaran untuk jalan, jembatan, energi hijau, dan peningkatan sistem air.

Hal ini menandai dorongan belanja besar kedua dari Presiden AS Joe Biden setelah dia teken tagihan bantuan dan stimulus USD 1,9 triliun pada 11 Maret 2021.

"Pembukaan kembali ekonomi AS terus mendukung pasar saham karena cahaya di ujung terowongan semakin dekat. Dukungan kebijakan fiskal dan moneter tetap belum pernah terjadi sebelumnya dan tersebar dengan baik pada saat ini,” ujar Technical Market Strategist Piper Sandler, Craig Johnson, dilansir dari CNBC, Jumat, (2/4/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Pelaku Pasar di Wall Street Khawatir Pajak yang Tinggi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Rencana yang diuraikan Biden pada Rabu, 31 Maret 2021 mencakup sekitar USD 2 triliun untuk pengeluaran selama delapan tahun dan akan menaikkan tarif pajak perusahaan menjadi 28 persen untuk mendanainya.

Namun, pelaku pasar di Wall Street khawatir pajak yang lebih tinggi dapat menimbulkan ancaman bagi kenaikan pendapatan dan harga saham.

Bank of America Equity Strategist, Savita Subramanian menuturkan, pasar mungkin masih perlu mencerna kenaikan pajak yang termasuk dalam rencana tersebut, menciptakan angin untuk saham.

"Saya pikir pasar menilai kabar baik tentang infrastruktur. Saya tidak berpikir pasar selalu menghargai hal negatif, begitulah cara kita akan membayar untuk ini,” ujar Subramanian.

Dari sisi data, indeks aktivitas manufaktur AS melonjak menjadi 64,7 pada Maret 2021 dari posisi Februari 60,8. Hal itu berdasarkan Institute for Supply Management. Indeks aktivitas manufaktur itu level tertinggi sejak Desember 1983.

Investor Mencerna Data Ekonomi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, investor mencerna pembacaan klaim pengangguran mingguan yang lebih buruk dari perkiraan. Klaim pertama kali untuk asuransi pengangguran hingga 27 Maret 2021 berjumlah 719.000 lebih tinggi dari perkiraan ekonomi yang diharapkan 675.000.

Di sisi lain, Micron Technology dan Western Digital sedang menjajaki kesepakatan untuk membeli perusahaan semikonduktor Jepang Kioxia seharga sekitar USD 30 miliar, hal itu berdasarkan Wall Street Journal. Saham Micron melonjak 4,7 persen. Sementara saham Western Digital melonjak 6,9 persen.

Wall street baru saja menutup Maret 2021 dengan kenaikan yang solid. Indeks saham Dow Jones dan S&P 500 masing-masing naik 6,6 persen dan 4,3 persen pada Maret, mencatatkan bulan terbaik sejak November 2020. Indeks saham Nasdaq hanya naik 0,4 persen karena saham teknologi berada di bawah tekanan di tengah kenaikan suku bunga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya