Suku Bunga Acuan BI Tetap 3,5 Persen, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Modal?

BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen. Lalu bagaimana dampaknya ke pasar modal?

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 20 Apr 2021, 16:20 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2021, 16:20 WIB
Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen. Keputusan tersebut berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19 hingga 20 April 2021.

Lalu bagaimana dampaknya ke pasar modal?

Menanggapi hal ini, Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menyebut, tak ada perubahan yang terjadi tentu membuat pergerakan IHSG juga tak mengalami perubahan.

"Iya kalau bunga naik, pasar biasanya akan terkoreksi ya, tapi kalau stay pengaruhnya enggak besar soalnya sama saja kan, tidak ada perubahan," kata Hans kepada Liputan6.com, Selasa (20/4/2021).

Selain itu, bunga acuan yang rendah merupakan salah satu stimulus pemerintah untuk mendorong pergerakan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi hingga saat ini.

"Sekarang bunga rendah itu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. kalau sudah ada kenaikan berarti ekonomi indonesia sudah mulai bergerak," ujarnya.

Sebelumnya, sejumlah ekonom sepakat Bank Indonesia (BI) melalui rapat dewan gubernur (RDG) pada Selasa siang, 20 April 2021 akan kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, suku bunga acuan tidak akan dipangkas lagi lantaran tingkat inflasi di Indonesia pada Maret 2021 lalu tercatat masih rendah sebesar 1,37 persen secara tahunan (year on year). Angka tersebut relatif masih di bawah target BI sebesar 3+1 persen.

"Namun demikian, BI juga tidak akan menurunkan suku bunganya sejalan dengan masih depresiasi rupiah yang secara year to date melemah hingga 3,7 persen," kata Josua, dikutip dari Kanal Bisnis Liputan6.com.

Di sisi lain, Josua juga menyoroti kondisi makroekonomi lain berupa kenaikan impor pada Maret lalu, yang memberikan sinyal bahwa ke depannya transaksi berjalan akan kembali mencatatkan defisit sejalan dengan pemulihan ekonomi, yang mendorong permintaan impor.

Senada, Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah memperkirakan jika Bank Indonesia tidak akan lagi menurunkan suku bunga acuan. Pertimbangannya, rupiah sempat tertekan oleh kenaikan Yield US Treasury.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen. Keputusan tersebut berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19 hingga 20 April 2021.

"Dengan assesment serta perkiraan ekonomi global dan domestik, Rapat Dewan Gubernur memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers secara daring, Jakarta, Selasa, 20 April 2021.

Perry mengatakan, suku bunga Deposit Facility juga tetap sebesar di angka 2,75 persen. Bersamaan dengan keputusan tersebut, bank sentral juga menahan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.

"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dari meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah perkiraan inflasi yang tetap rendah," jelasnya.

Untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut, Bank Indonesia mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudential akomodatif serta mempercepat digitalisasi sistem pembayaran.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya