Liputan6.com, Jakarta - Produk investasi berupa Exchange-Traded Fund (ETF) masih belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Padahal, produk ini tak kalah menarik dibanding instrumen investasi lainnya.
ETF adalah reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.
Kepala Unit Evaluasi dan Pemantauan Divisi Penilaian Perusahaan 2 BEI, Mugi Bayu Pratama menuturkan, strategi investasi ETF ini tergantung pada tujuan investasinya. Idealnya, instrumen ini dipilih untuk investasi jangka menengah hingga jangka panjang.
Advertisement
Baca Juga
"Strategi investasi ETF tergantung tujuan investasinya juga. memang ETF ini cocoknya untuk investasi menengah dan jangka panjang,” kata dia dalam diskusi virtual, Rabu (16/6/2021).
Sebagai gambaran, Mugi menjelaskan jika hendak investasi ETF, biasanya ia mencermati market ETF dengan underline seperti LQ45. “Setelah itu bisa kita tambahkan, dana kita alokasikan untuk saham tematik tertentu,” Mugi menambahkan.
Selain itu, perlu juga mencermati kapan waktu yang tepat untuk membeli dan menjual ETF menggunakan analisa teknikal. Mugi mengatakan, analisa untuk ETF ini relatif lebih mudah dibandingkan harus melakukan stock picking masing-masing saham karena harus lihat fundamental dan teknikal
"Kalau ETF ini kita dipermudah, karena belinya secara diversifikasi. Tinggal dilihat saja pergerakan historikal dari indeksnya kapan bisa masuk dan keluar,” tandas Mugi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Terbanyak di ASEAN
Sebelumnya, untuk memperkaya diversifikasi investasi, investor bisa melirik Exchange Traded Fund (ETF) sebagai solusinya. Umumnya, ETF ini cocok bagi investor yang hendak beralih dari reksa dana dan berniat terjun ke investasi saham.
Di Indonesia, ETF berkembang cukup pesat dalam tiga tahun terakhir. Tren tersebut menjadikan ETF Indonesia sebagai yang terbanyak di Asia Tenggara.
"Puncaknya di 2020 kita memiliki 47 produk ETF. Dimana ada beberapa ETF yang memiliki underlying saham-saham berbasis indeks,” beber Kepala Unit Evaluasi dan Pemantauan Divisi Penilaian Perusahaan 2 BEI, Mugi Bayu Pratama dalam diskusi virtual, Rabu (16/6/2021).
Sebagai perbandingan, Singapore hanya memiliki 30 EFT , Thailand 12 ETF, Malaysia 19 ETF, dan Filipina hanya 1 ETF. Dari sisi penerbit dalam hal ini Manajemen Investasi (MI), Mugi mencatat perkembangannya juga cukup signifikan. Dari semula hanya 2 MI pada 2007, kini sudah ada 22 MI per 2020.
"Untuk perkembangannya lumayan signifikan dari 2007 sampai 2021 itu growthnya lumayan besar dan jumlah MI yang menerbitkan awalnya cuma dua, sekarang 22 MI,” kata dia.
Begitu pula dengan dealer partisipan (DP) yang kini tercatat ada 8, dari smela hanya 2 di 2007. Adapun under management (AUM) yang dikelola oleh MI saat ini mencapai Rp 14,9 trilin. Sehubungan dengan tren kenaikan itu, Bursa berkomitmen untuk mendorong MI untuk menerbitkan lebih banyak ETF.
"Bursa ada inisiatif berikan insentif kepada MI dalam penerbitan ETF dimana Bursa akan membebaskan biaya pencatatan awal dari penerbitan EFT,” kata Mugi.
Bursa juga akan membebaskan biaya penggunaan lisensi yang menjadi acuan ETF dalam satu tahun. Selain itu, bursa juga berikan sosialisasi dan edukasi kepada MI maupun anggota bursa atau broker untuk bisa berperan serta dalam penerbitan ETF ini,” pungkas Mugi.
Advertisement