Mencermati Likuiditas ETF di BEI

ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Jun 2021, 00:33 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2021, 00:33 WIB
Reksadana
Ilustrasi Investasi Uang Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Produk investasi berupa Exchange-Traded Fund (ETF) masih belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Padahal, produk ini tak kalah menarik dibanding instrumen investasi lainnya.

ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek.

ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis BEI Ignatius Denny Wicaksono menuturkan, ETF bisa menjadi pilihan bagi investor ritel pemula sebagai jembatan sebelum masuk ke produk investasi yang lebih kompleks seperti saham. 

"Buat para pemula yang belum berani terjun ke saham bisa juga memilih ETF karena ini terdiversifikasi, dan kita nggak usah pusing memikirkan stock picking nya,” ujar Denny dalam Peluncuran Buku #MulaiDariETF, Kamis (3/6/2021).

Dari sisi likuiditas, Bursa saat ini telah merancang insentif untuk menarik minat pemain di bursa untuk menjadi pembentuk pasar (market makers) sehingga transaksi ETF di bursa dapat menjadi semakin likuid.

"Sebenernya untuk memastikan tersedianya likuiditas ETF baik di pasar primer dan sekunder itu adalah peranan dari dealer partisipan. Dealer partisipan ini wajib menyediakan kuotasi di pasar primer maupun sekunder untuk ETF. Sehingga likuiditasnya ada,” kata Denny.

Sebagai gambaran, jika pada ETF tertentu ada banyak penawaran beli tetapi tidak ada penawaran jual, maka pembentuk pasar (market maker) dapat menyediakan penawaran jual ini. Sehingga terjadi transaksi.

Demikian pula sebaliknya. Jika terdapat banyak penawaran jual tetapi tidak ada penawaran beli, market maker dapat masuk sebagai pembeli. Sehingga terjadi transaksi. Market maker biasanya adalah dealer partisipan itu sendiri, tetapi setiap pihak dapat menjadi pembentuk pasar ETF.

Informasi saja, pembentuk pasar berfungsi menjamin tersedianya harga beli (bid) dan harga jual (offer). Tanpa adanya pembentuk pasar, harga penawaran beli dan harga penawaran jual yang ada mungkin terlalu lebar dan membuat pembeli dan penjual ETF di bursa enggan untuk bertransaksi. 

"Tapi memang di pasar kita belum memberikan aturan terkait kewajiban Bid-Offer Spreads… Kita masih menggunakan incentive based. Jadi per tahun lalu kita sudah mengeluarkan insentif untuk dealer partisipan,” kata Denny.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Jurus BEI Kenalkan Produk ETF

(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan buku bertajuk “#MulaidariETF, Investasi Reksa Dana Gaya Baru yang Efisien, Transparan, dan Fun!”. Hal ini sebagai upaya Bursa untuk mendorong pemahaman masyarakat mengenai produk Exchange-Traded Fund (ETF) yang masih belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Buku tersebut merupakan referensi literatur yang netral mengenai produk ETF atau lebih mudah dikenal dengan istilah Reksa Dana yang diperdagangkan di Bursa. Dengan pengetahuan yang memadai, diharapkan masyarakat dapat merasakan manfaat berinvestasi pada produk ETF.

"Tujuan dari peluncuran buku ini untuk edukasi ke para investor maupun publik di Indonesia supaya lebih memaham ETF,” kata Kepala Divisi Pengembangan Bisnis BEI Ignatius Denny Wicaksono dalam Peluncuran Buku #MulaiDariETF, Kamis, 3 Juni 2021.

Sebagai catatan, Denny menekankan kepada investor untuk terlebih dahulu mengenai profil risiko masing-masing sebelum menentukan investasi. Bagi investor ritel pemula dapat berinvestasi pada ETF karena sifatnya yang mirip reksa dana sehingga dapat digunakan sebagai jembatan sebelum masuk ke produk investasi yang lebih kompleks seperti saham. 

"Buat para pemula yang belum berani terjun ke saham bisa juga memilih ETF karena ini terdiversifikasi, dan kita enggak usah pusing memikirkan stock picking nya,” ujar Denny.

Adapun investor institusi maupun investor yang bukan pemula juga bisa menikmati keunggulan dari aspek transparansi maupun efisiensi.

"Ini juga cocok untuk investor yang belum banyak waktu untuk investasi saham bisa melakukan investasi di ETF. Bisa juga untuk investor profesional,” ia menambahkan.

Dengan penerbitan buku “#MulaidariETF, Investasi Reksa Dana Gaya Baru yang Efisien, Transparan, dan Fun!”, diharapkan semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk mengenal lebih dalam mengenai produk ETF dan memanfaatkannya sebagai salah satu produk pilihan investasi untuk meningkatkan kesejahteraan finansial masyarakat melalui Pasar Modal Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya