Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 8 September 2021. Indeks Dow Jones dan S&P 500 merosot selama tiga hari berturut-turut karena investor menilai kembali prospek pertumbuhan ekonomi.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 68,93 poin ke posisi 35.031,07. Indeks S&P 500 susut 0,1 persen menjadi 4.514,07. Indeks Nasdaq tergelincir hampir 0,6 persen menjadi 15.286,64.
Baca Juga
Rata-rata indeks saham ditutup di zona merah selama tiga hari berturut-turut. Indeks Dow Jones turun lebih dari 260 poin, menambah tekanan sejak Jumat pekan lalu setelah laporan data kerja AS yang mengecewakan. Prospek pada September juga tetap dibayangi oleh varian delta COVID-19.
Advertisement
Di sisi lain, saham Coinbase turun 3,2 persen setelah bursa kripto mengungkapkan menerima pemberitahuan tentang kemungkinan tindakan penegakan hukum dari the Securities and Exchange Commission. Saham Coupa Software turun 4,2 persen meski pun laporan kinerja kuartalannya lebih baik dari perkiraan.
Banyak investor bersiap untuk volatilitas pada September, salah satu bulan terlemah pada 2021. Perubahan harga bisa kembali, terutama indeks S&P 500 naik lebih dari 20 persen, dan tanpa kemunduran lima persen.
"Kami melihat September-Oktober bergejolak sebagai tahap akhir dari transisi pertengahan siklus. Dua bulan ke depan membawa risiko besar terhadap pertumbuhan, kebijakan dan agenda legislatif,” tulis Morgan Stanley Chief Cross Asset Strategist Andrew Sheets, dilansir dari CNBC, Kamis (9/9/2021).
Pada September 2021, indeks S&P 500 melemah. Indeks Dow Jones tergelincir 0,90 persen dan indeks Nasdaq naik hampir 0,2 persen.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Katalis Aksi Jual
Salah satu katalis untuk aksi jual adalah the Federal Reserve dan potensinya untuk kembali menarik stimulus moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendukung ekonomi selama pandemi COVID-19.
Ketua the Fed Jerome Powell telah mengindikasikan bank sentral akan mulai menarik beberapa kebijakan pelonggaran moneter sebelum akhir tahun, meski ia masih melihat kenaikan suku bunga belum akan dilakukan.
“Reli musim panas mendorong indeks S&P 500 ke posisi baru dengan potensi hambatan seperti kenaikan suku bunga telah membuat investor memperdebatkan apakah ekuitas Amerika Serikat dapat membuat keuntungan baru yang berarti sisa tahun ini dan tahun depan,” tulis UBS kepada kliennya.
Dalam catatan UBS juga disebutkan bursa saham AS sedang mengalami kemunduran didorong imbal hasil lebih tinggi. Akan tetapi, ada katalis yang dapat mengangkat indeks S&P 500 pada akhir tahun. UBS menaikkan target indeks S&P 500 menjadi 4.650 pada akhir 2021 dan 4.850 pada 2022.
Pada Rabu, Departemen Tenaga Kerja AS juga merilis survei pembukaan dan perputaran tenaga kerja yang menunjukkan tenaga kerja AS naik menjadi 10,9 juta pada Juli 2021. Lowongan tenaga kerja AS melebihi jumlah pengangguran lebih dari 2 juta pada Juli karena perusahaan berjuang untuk mengisi rekor jumlah lowongan.
Advertisement
Laporan the Fed
Selain itu, dalam Beige Book berkala the Federal Reserve, bank sentral mengatakan bisnis AS mengalami kenaikan inflasi yang diintensifkan oleh kekurangan barang dan kemungkinan akan berlanjut ke konsumen di banyak daerah.
The Fed juga melaporkan pertumbuhan secara keseluruhan telah sedikit bergeser ke kecepatan sedang di tengah meningkatnya kekhawatiran kesehatan masyarakat selama Juli-Agustus 2021.
“Perlambatan dalam kegiatan ekonomi sebagian besar disebabkan oleh mundurnya makan di luar, perjalanan dan pariwisata di sebagian besar distrik yang mencerminkan masalah keamanan karena munculnya varian delta dan dalam beberapa kasus, pembatasan perjalanan internasional,” tulis the Fed.