Melihat Prospek Indeks LQ45 dan Saham Pilihannya

Secara year to date (ytd), indeks LQ45 naik 0,53 persen ke posisi 939,88. Sedangkan IHSG melonjak 8,41 persen ke posisi 6.481.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Okt 2021, 09:43 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2021, 18:21 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks LQ45 mampu bergerak perkasa pada 4-8 Oktober 2021. Indeks LQ45 naik 4,06 persen ke posisi 939.883. Lalu bagaimana prospek indeks LQ45 hingga akhir 2021?

Secara year to date (ytd), indeks LQ45 naik 0,53 persen ke posisi 939,88. Sedangkan IHSG melonjak 8,41 persen ke posisi 6.481.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas, Frankie W.Prasetio mengatakan,  kinerja indeks LQ45 masih terpaut jauh dari indeks utama IHSG.

Namun, pergerakan IHSG beberapa pekan ini, menurut Frankie ditopang oleh saham-saham LQ45 setelah alami fase sideways cukup panjang pada April-September. Sentimen utama yang mengangkat indeks LQ45 yaitu aksi beli investor asing.

"Investor asing sudah mulai melakukan pembelian inflow di saham-saham Indonesia dan sudah mulai melirik saham-saham dengan fundamental kuat,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (10/10/2021).

Ia menambahkan, rata-rata kinerja saham LQ45 masih stabil dan bertumbuh dengan fundamental kuat tetapi harganya cenderung lesu sepanjang semester I 2021.

Selain aksi beli investor asing, harga komoditas yang menguat juga mengangkat indeks LQ45. “Harga komoditas energi seperti batu bara, minyak dan gas melambung tinggi, turut menjadi penopang kenaikan yang signifikan pada saham-saham sektor komoditas energi terutama pada wadah LQ45,” kata Frankie.

Lalu bagaimana prospek indeks LQ45 hingga akhir 2021?

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai prospek indeks LQ45 serta saham-saham yang tercatat di dalamnya memiliki prospek bagus pada kuartal IV 2021.

"Prospek indeks LQ45 dan saham-sahamnya bagus di kuartal IV ini. Karena secara historical, mayoritas naik. Terutama di akhir tahun nanti karena ada aktivitas window dressing," kata dia kepada Liputan6.com.

Window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor. Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan investor agar melirik perusahaan sebagai tujuan investasi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sentimen yang Perlu Dicermati

IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Frankie menuturkan, ada kekhawatiran efek tapering off the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) dan isu krisis energi global menjadi pertimbangan bagi para investor untuk dinamika yang mungkin bisa terjadi pada pasar modal pada akhir 2021.

"Khususnya jika sentimen tersebut malah menjadi sentimen negatif yang membuat pasar modal koreksi,  sehingga para investor tentu akan memilih saham-saham LQ45 yang memiliki fundamental kuat untuk meminimalkan risiko,” ujar dia.

Frankie menambahkan, hal itu dapat menjadi pertimbangan untuk melirik saham-saham LQ45. Saham-saham LQ45 itu pun menjadi daya tarik investor asing dan domestik.

Saham Pilihan LQ45

IHSG Menguat
Layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk saham pilihan yang menarik, Frankie memilih saham komoditas energi antara lain batu bara dan crude palm oil (CPO) yaitu PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

"Hanya saja karena saham-saham ini sudah alami reli, investor boleh melakukan buy on weakness saat terjadi koreksi di saham-saham tersebut, kata dia.

Sementara itu, Sukarno memilih saham perbankan. Sektor ini bakal menjadi penopang kenaikan indeks di akhir tahun. Hal itu lantaran sektor perbankan memiliki bobot yang besar terhadap indeks.

"Tapi jika ingin memilih saham yang berpeluang naik secara persentase, kita lihat saham-saham yang secara YTD minus dalam. Tapi dilihat lagi kinerjanya terbaru seperti apa,” imbuhnya.

Selain perbankan, Sukarno juga menjagokan saham kontruksi. “Saya lebih jagokan saham-saham konstruksi bakal potensi kenaikan yang tinggi,” pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya