Wall Street Beragam, The Fed Ingatkan Kenaikan Inflasi

Wall street beragam pada akhir pekan seiring investor mencerna komentar baru tentang pengurangan pembelian aset dan inflasi dari the Fed.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Okt 2021, 07:06 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2021, 07:05 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Jumat, 22 Oktober 2021. Akan tetapi, selama sepekan, wall street menguat dengan indeks Dow Jones meraih rekor baru.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak dekati 74 poin atau 0,2 persen menjadi 35.677,02, dan merupakan rekor baru sejak 16 Agustus 2021. Indeks S&P 500 melemah 0,1 persen ke posisi 4.544,90 setelah sentuh posisi rekor. Indeks Nasdaq tergelincir 0,8 persen menjadi 15.090,20.

Selama sebulan, indeks S&P 500 dan indeks Dow Jones melompat lebih dari lima persen. Indeks Nasdaq bertambah 4,4 persen.

Wall street beragam pada akhir pekan seiring investor mencerna komentar baru tentang pengurangan pembelian aset dan inflasi dari ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell, di tengah banyak laporan keuangan dari perusahaan besar.

Ketua bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve, Jerome Powell menuturkan, bank sentral berada di jalur untuk memulai pengurangan pembelian aset jika ekonomi berkembang secara luas seperti yang diharapkan. Pengurangan pembelian aset itu akan selesai pada pertengahan tahun depan.

Bank sentral sebelumnya yakin ekonomi mendekati pemulihan yang akan menjamin dimulainya program pembelian aset era krisis the Federal Reserve.

Powell juga memperkirakan tekanan inflasi yang meningkat didorong oleh kendala pasokan global kemungkinan akan bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya. Ia prediksi, hal itu terjadi hingga tahun depan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saham Snap Tertekan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Di sisi lain, indeks acuan Nasdaq berkinerja buruk menyusul sejumlah perusahaan teknologi yang mencatat pendapatan lebih lemah dari perkiraan.

Saham Snap merosot 27 persen setelah kehilangan pendapatan kuartal III dan menawarkan bantuan kuartal saat ini lemah dengan pembaruan privasi Ios Apple merusak bisnis periklanan platform media sosial.

Saham Snap yang tertekan itu juga berimbas ke saham Facebook dan Alphabet. Saham Intel juga turun setelah perusahaan mengatakan margin akan berada di bawah tekanan hingga tiga tahun ke depan, sebagian mencerminkan tantangan dari kekurangan bahan global.

Saham Chipotle berfluktuasi antara keuntungan dan kerugian kecil meskipun membukukan penjualan kuartalan lebih baik dari perkiraan, meski perusahaan menandai kekurangan staf yang meluas.

Terlepas dari sejumlah hasil laporan keuangan yang beragam, indeks S&P 500 dan Dow Jones dekati rekor sepanjang masa didorong oleh perkiraan sebelumnya yang melampaui laba perusahaan dan data ekonomi kuartalan.

Hal itu telah mencegah kekhawatiran atas lingkungan pertumbuhan ekonomi yang melambat setelah lonjakan aktivitas pembukaan kembali awal tahun ini.

Data baru pada Kamis, 21 Oktober 2021 menunjukkan klaim pengangguran mingguan meningkat ke level terendah sejak Maret 2020, turun lebih dari yang diperkirakan karena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemisahan paksa lainnya yang melambat berlanjut di pasar tenaga kerja.

Menanti Laporan Keuangan Perusahaan Teknologi Besar

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Penjualan rumah juga mencatat lonjakan terbesar sejak September 2020 menunjukkan permintaan yang masih kuat untuk rumah bahkan ketika persediaan tetap ketat dan harga merangkak lebih tinggi.

Berdasarkan hasil kuartalan sejauh ini, banyak perusahaan telah menunjukkan berhasil meningkatkan laba bahkan menghadapi kenaikan biaya, tenaga kerja, serta tantangan rantai pasokan.

“Jangan lupa, kami keluar dari margin yang sangat tinggi, jadi ada ruang untuk sedikit kompresi di sana. Apa yang kami lihat dalam rilis pendapatan awal yang mungkin menjadi alasan pasar saham mencapai level tertinggi baru, leverage operasi di dalam perusahaan saat ini sangat signifikan,” ujar Pendiri Smith Capital investors, Gibson Smith dilansir dari Yahoo Finance, dikutip Sabtu (23/10/2021).

Ia menambahkan, pertumbuhan pendapatan di sekitar 18 persen, dan laba bersih antarah 50,60,70 persen positif untuk perusahaan di AS. “Saya pikir sebenarnya akan menjadi bahan bakar untuk mendorong harga saham ke tingkat lebih tinggi,” kata dia.

Investor berharap untuk penegasan lebih lanjut tentang tren solid yang terlihat sejauh ini dalam laba perusahaan pekan depan dengan serangkaian hasil pendapatan kuartal III yang lebih kuat yang akan dirilis. Apple, Amazon hingga Amazon akan melaporkan hasil kuartalan pekan depan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya