Sinyal Kuat The Fed Dongkrak Suku Bunga

The Fed memberikan alasan rencana menaikkan suku bunga dan tapering.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Des 2021, 21:37 WIB
Diterbitkan 16 Des 2021, 21:37 WIB
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Liputan6.com, Washington - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federasl Reserve (the Fed) menyampaikan pihaknya mengakhiri pembelian obligasi periode pandemi COVID-19 pada Maret 2022. Kemudian the Fed mulai menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali 2022.

Dalam pernyataan pada Rabu (15/12/2021), the Fed memberikan alasan atas kebijakan baru tersebut. Bank sentral AS harus secepat mungkin mengatasi lonjakan inflasi karena ekonomi mulai bekerja penuh.

“Perekonomian AS tidak lagi membutuhkan peningkatan stimulus dari kebijakan,” ujar Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, dilansir dari laman Channel News Asia, Kamis (16/12/2021).

Saat itu, Jerome Powell membandingkan situasi AS yang dekati depresi di awal pandemi COVID-19 pada 2020. Sekarang, kondisi sudah membaik dengan harga dan upah berangsur naik dan terjadi perbaikan di pasar kerja dengan cepat.

Usai pertemuan dua hari lalu, Powell mengatakan laju inflasi sangat tinggi dan menurut pandangan Powell The Fed berpotensi membuat kemajuan pesat dalam menciptakan lapangan kerja maksimum.

Kombinasi situasi ini membuat pejabat The Fed yakin kebijakan akan berjalan lancar. Selain itu, The Fed menilai sudah waktunya keluar dari regulasi pandemi yang diberlakukan dua tahun lalu.

Tujuan Bank sentral AS menerapkan skenario aturan dan proyeksi ekonominya terlepas dari penyebaran varian omicron.

Dengan ditetapkannya regulasi baru ini menuntun kepada serangkaian kondisi ekonomi yang ramah “pendaratan lunak” dengan inflasi mulai mereda. Tingkat suku bunga lambat laun meningkat secara komparatif dan tingkat pengangguran menyusut 3,5 persen selama tiga tahun.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sejumlah Analis Skeptis

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

"Ini adalah perkiraan yang secara implisit memiliki perkembangan menguntungkan dan memungkinkan The Fed meninggalkan akomodasi dan meraih inflasi yang menguntungkan," tutur chief economist Dreyfuss & Mellon Vincent Reinhart.

Reinhart juga mencatat proyeksi siklus kenaikan suku bunga tiga tahunan The Fed tidak pernah sesuai target. Regulasi akan dianggap membatasi tetapi inflasi diperkirakan turun. Dia pun mempertanyakan apakah itu cara bertaruh The Fed.

Intinya pejabat Fed berpikir demikian. Dalam proyeksi ekonomi baru, regulator  memperkirakan inflasi akan mencapai 2,6 persen tahun depan atau meningkat dari 2,2 persen dari proyeksi The Fed pada September. Angka ini kemudian turun menjadi 2,3 persen pada 2023 dan 2,1 persen pada 2024.

Pengangguran juga susut 3,5 persen tahun depan. Jauh di bawah target regulasi berkelanjutan jangka panjang, angka ini pun stabil hingga 2024.

Sebagai hasil dari kombinasi terjadi penguatan kenaikan harga dan lapangan kerja. Stakeholder skala menengah  memproyeksikan suku bunga acuan The Fed perlu naik dari level mendekati nol saat ini menjadi 0,9 persen pada akhir 2022.

Itu akan memulai siklus pendakian sehingga tingkat kebijakan naik menjadi 1,6 persen pada 2023 dan 2,1 persen pada 2024. Lantaran hasil rapat pada rapat Rabu waktu setempat masih longgar menurut sebagian besar analis.

Pembelian Obligasi

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Berdasarkan pengumuman terbaru ada referensi nilai inflasi sebagai "sementara”.  The Fed mengakui kenaikan harga telah melampaui target sebanyak 2 persen dalam beberapa waktu. Inflasi tahunan berjalan lebih dari dua kali lipat target Fed dalam beberapa bulan terakhir.

Untuk membuka pintu bagi biaya pinjaman yang lebih tinggi, The Fed menggandakan laju pembelian obligasi dan menempatkannya di jalur guna mengakhiri pembelian Treasuries and mortgage-backed securities (MBS) pada Maret. 

Sampai saat ini, bank sentral telah membeli USD 120 miliar treasuries dan MBS setiap bulan demi mendorong pemulihan ekonomi. Trader memperkirakan kenaikan suku bunga pertama pada Mei dan dua lagi pada akhir 2022.

Tidak Asal-asalan

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Dalam membuat keputusan terkait kenaikan suku bunga, The Fed mempertimbangkan beberapa sentimen yaitu perbaikan lebih lanjut di pasar kerja.

Proyeksi kebijakan baru meninggalkan sedikit keraguan yakni biaya pinjaman naik tahun depan tanpa ada kejutan ekonomi besar. Ke-18 anggota The Fed mengindikasikan setidaknya satu kenaikan tarif akan sesuai sebelum akhir 2022.

Semua mengatakan, proyeksi baru dan pernyataan kebijakan mulai menjabarkan rencana bank sentral keluar dari kebijakan moneter luar biasa yang diberlakukan pada musim semi 2020 demi merawat ekonomi dari dampak pandemi.

Krisis kesehatan masih berlangsung di AS. The Fed mengakui varian omicorn meningkatkan ketidakpastian jalannya permulihan perekonomian.

Powell mengatakan kepada wartawan dia ingin tahu bagaimana pasar tenaga kerja AS akan berfungsi setelah orang-orang bebas dari perawatan kesehatan, pengasuhan anak, dan kekhawatiran pandemi lainnya.

“Sayangnya, kondisi itu sepertinya tidak akan datang dalam waktu dekat,” tutur Powell.

Kestabilan Harga Perlu Dijaga

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Dia sedikit meremehkan imbas omicorn terhdapa potensi risiko ekonomi. The Fed tidak harus melanjutkan pembelian obligasi darurat atau mengambil langkah lain guna melawan gelombang baru COVID-19. Meskipun kinerja ekonomi sedikit banyaknya kasus positif COVID-19 berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

Pejabat Fed memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 4,0 persen pada 2022. Artinya terjadi progres 3,8 persem dari perkiraan 3 pada September dan lebih dari dua kali lipat tren yang mendasari ekonomi.

Dalam beberapa komentarnya sarkatis tentang inflasi, Powell mengatakan kini kenaikan harga yang tajam telah muncul sebagai ancaman yang lebih besar bagi pekerjaan daripada bahaya pandemi.

"Urgensi tinggi kami adalah ekspansi panjang lainnya. Itulah yang benar-benar diperlukan untuk kembali ke jenis pasar tenaga kerja yang ingin kita lihat. Untuk mewujudkannya perlu memastikan kita mampu menjaga stabilitas harga," tambahnya.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya