Evergrande Pindah Kantor ke Guangzhou

Awalnya kantor Evergrande berlokasi di Guangzhou. Kemudian pindah ke Shenzhen sejak 2017.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jan 2022, 16:59 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2022, 16:59 WIB
Serunya Keliling Kota Shenzhen dengan Bus Wisata
uah bus wisata terlihat di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China selatan (22/10/2020). Shenzhen pada Kamis (22/10) meluncurkan tiga jalur bus wisata bagi wisatawan, yang masing-masing menampilkan budaya, teknologi, dan pemandangan malam kota tersebut. (Xinhua/Mao Siqian)

Liputan6.com, Shenzhen - Perusahaan properti China Evergrande Group resmi meninggalkan kantor utama yang berlokasi di Shenzhen dan pindah ke kota terdekat, Guangzhou. Hal ini sesuai laporan kantor berita China The Paper pada Senin, 10 Januari 2022.

Pada Senin sore, logo perusahaan telah dicopot di salah satu sisi gedung. Petugas keamanan yang didampingi oleh kendaraan keamanan berjaga-jaga. Beberapa di antaranya mengatakan Evergrande telah meninggalkan gedung bulan lalu. Demikian mengutip dari laman Channel News Asia, Selasa (11/1/2022)

Evergrande tidak menanggapi ataupun berkomentar atas tindakan ini.

Gedung Shenzhen ini menjadi tempat peristiwa kekacauan demontrasi pada September 2021. Investor memadati lobi gedung untuk menuntut pembayaran kembali pinjaman dan produk keuangan.

Tahun lalu, pemerintah Guangzhou mengirim tim kerja ke Evergrande, sumber mengatakan kepada Reuters. Sumber turut mengutarakan tuntutan hukum terhadap perusahaan dari seluruh China sedang ditangani oleh pengadilan di kota, yang merupakan ibu kota provinsi Guangdong, Shenzhen.

Awalnya kantor Evergrande berlokasi di Guangzhou. Kemudian pindah ke Shenzhen sejak 2017.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Terjerat Utang Jumbo

Pengembang dengan hutang terbanyak di dunia, memiliki kewajiban lebih dari USD 300 miliar, atau setara Rp 4,28 kuadriliun (estimasi kurs Rp 14.282 per dolar AS). Termasuk hampir USD 20 miliar atau Rp 285,6 triliun obligasi luar negeri. Lembaga pemeringkat  menganggap pengembang gagal bayar usai melewati tenggat waktu pada bulan lalu.

Pada Selasa, 4 Januari 2022 juga terjadi di kantor Guangzhou. Dengan sekitar 100 investor dalam produk keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan berkumpul untuk mengungkapkan kekhawatiran tentang mendapatkan uang mereka kembali.

Kerumunan kecil pengunjuk rasa terus berkumpul di dekat lokasi sejak itu. Hal ini diutarakan oleh sepeuluh 10 pengunjuk rasa kepada Reuters.

 

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya