Wall Street Melambung, Investor Pantau Kenaikan Kasus COVID-19 di Eropa

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 274,17 poin atau 0,8 persen dalam lima hari berturut-turut menjadi 34.754,93.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Mar 2022, 05:37 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2022, 05:37 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 18 Maret 2022. Bahkan rata-rata indeks acuan di wall street mencatat pekan terbaik dalam lebih dari setahun.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 274,17 poin atau 0,8 persen dalam lima hari berturut-turut menjadi 34.754,93. Indeks S&P 500 naik 1,1 persen menjadi 4.463,12. Indeks Nasdaq bertambah 2,05 persen menjadi 13.893,84.

Dua indeks melonjak dalam empat hari berturut-turut. Rata-rata indeks acuan mencatat pekan terbaik sejak November 2020.

Pada pekan ini, indeks S&P 500 mencatat kenaikan 6,1 persen. Indeks Dow Jones menguat 5,5 persen. Indeks Nasdaq bertambah 8,1 persen.

Investor terus mencerna berita dari the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini. Selain itu, kenaikan kasus COVID-19 di Eropa yang berasal dari subvariant yang muncul dan perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

"Hal terburuk tentang krisis apa pun adalah ketidakpastian. Anda tidak tahu apa artinya dan ke mana arahnya, dan Anda bereaksi keras sebagai investor untuk menyingkir,” Chief Investment Strategist The Leuthold Group, Jim Paulsen dikutip dari CNBC, Sabtu (19/3/2022).

Namun, ia menilai pasar telah menunjukkan sedikit lebih baik dan kejatuhan ekonomi tidak akan terjadi.

Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Presiden China Xi Jinping membahas invasi Rusia ke Ukraina. Xi menuturkan kepada Biden, Amerika Serikat dan China masing-masing memiliki kewajiban untuk mempromosikan perdamaian.

Rusia telah mengajukan permintaan bantuan militer dan ekonomi dari China. Panggilan itu dipandang sebagai ujian kritis apakah Biden dapat meyakinkan Beijing untuk tetap berada di sela-sela konflik.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham di Wall Street

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Rusia juga dilaporkan melakukan pembayaran obligasi USD 117 juta sehingga menghindari apa yang akan menjadi default mata uang asing bersejarah. Selain itu, saham juga memperpanjang kenaikan setelah laporan tersebut. Bloomberg melaporkan lembaga kliring di Eropa dan AS telah memproses pembayaran.

Investor juga menilai selera risiko mereka sendiri. Keuntungan besar pekan ini datang dengan sisi volatilitas, yang tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan dalam waktu dekat.

"Untuk 2022, volatilitas akan menjadi narasi investor," ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk.

Di sisi lain, saham teknologi memimpin pasar lebih tinggi. Saham Salesforce dan Apple masing-masing naik 3,9 persen dan 2 persen. Saham Nvidia naik 6,8 persen, Meta Platforms menguat 4,1 persen. Kemudian saham Paycom dan Fortinet naik 4,6 persen dan 5,4 persen.

Saham Moderna naik 6,3 persen seiring perusahaan mencari persetujuan FDA untuk suntikan booster COVID-19 kedua untuk orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih.

Saham Boeing naik 1,3 persen setelah Reuters melaporkan perusahaan sedang dalam pembicaraan dengan Delta Airlines untuk pesanan penting 737 MAX 10 jet.

Mencerna Hasil Pertemuan The Fed

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Trader juga masih mencerna hasil pertemuan the Federal Reserve pada awal pekan ini. Bank sentral AS mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga sebanyak enam kali pada pertemuan yang tersisa tahun ini. The Fed juga menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2018.

Pada Jumat pekan ini, Gubernur the Fed Christopher Walker mengatakan, bank sentral AS mungkin perlu memberlakukan satu atau lebih kenaikan suku bunga 50 basis poin untuk menjinakkan inflasi yang “mengamuk”.

Chief Global Strategist Nikko Asset Management, John Vail menuturkan, harapan investor untuk inflasi selama lima tahun ke depan sedikit diturunkan.

"Jika dipertahankan, akan terus membantu the Fed dan pasar meski pun suku bunga agak lebih tinggi," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya