Menelisik Prospek Pasar Modal Indonesia di Tengah Derasnya Aliran Dana Asing

Analis menilai masuknya dana asing ke pasar modal dalam negeri lantaran prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai cukup baik

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Apr 2022, 15:32 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2022, 15:32 WIB
Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Aliran dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia masih mengalir deras. Sepanjang 2022, investor asing melakukan aksi beli saham di seluruh pasar senilai Rp 41,39 triliun.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 14 April 2022, IHSG melemah 0,38 persen ke posisi 7.235,53. Total frekuensi perdagangan 1.541.608 kali dengan volume perdagangan 26 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 16, 1 triliun. Investor asing beli saham Rp 80,13 miliar.

Secara garis besar, analis menilai masuknya dana asing ke pasar modal dalam negeri lantaran prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai cukup baik secara fundamental.

Adapun sejumlah sektor saham yang diminati investor asing antara lain perbankan, telekomunikasi, otomotif dan komoditas.

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Bageur Stock, Andy Wibowo Gunawan menilai, alasan investor asing melakukan akumulasi di saham-saham sektor perbankan karena saham-saham sektor perbankan memiliki bobot (weighting) signifikan terhadap IHSG.

"Sementara itu, menurut pendapat saya alasan asing juga mengakumulasi saham-saham komoditas karena tidak terlepas adanya kenaikkan harga global komoditas serta menjelang musim pembagian dividen,” kata dia kepada Liputan6.com, ditulis Jumat (15/4/2022).

Meski begitu, Andy mengatakan potensi asing akan keluar dari pasar saham selalu ada. Namun, kembali lagi dengan kondisi makro ekonomi Indonesia serta valuasi pasar saham Indonesia dibandingkan dengan pasar saham negara-negara lain.

"Dalam jangka pendek menurut saya investor asing akan masuk ke saham-saham yang berpotensi memberikan dividen yang besar. Sementara itu, dalam jangka panjang saya melihat investor asing akan masuk ke saham-saham yang memiliki fundamental keuangan dan prospek bisnis yang solid,” imbuhnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Alasan Investor Asing Masuk Pasar Saham Indonesia

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Petugas kebersihan bekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Transaksi bursa agak surut dengan nyaris 11 miliar saham diperdagangkan sebanyak lebih dari 939.000 kali. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Senada, Pengamat pasar modal yang juga founder Traderindo.com Wahyu Laksono menilai fundamental Indonesia dari sisi IHSG maupun nilai tukar Rupiah masih cukup terjaga. Sementara pasar luar negeri cenderung mengalami tekanan.

"Ini yang paling krusial. Bagusnya fundamental dan teknikal domestik… Kondisi AS dan Eropa cenderung melemah dan membuat kita lebih menarik,” kata dia.

Dari global, Wahyu mencermati ada dua isu besar. Pertama, yakni terkait inflasi dan yield. Menurutnya, Amerika Serikat (AS) dan Eropa terancam inflasi layaknya era 1970an terkait harga komoditas yang mirip super cycle. Ditambah, masalah natural gas dan situasi geopolitik Rusia—Ukraina.

"Lalu secara yield, saat ini tuntutan kenaikan suku bunga sangat besar tapi kondisi yield membuat serba salah dan mirip kondisi 1997-1998. Di mana jika suku bunga naik akan memicu ancaman finansial dan memaksa untuk segera berbalik cut rate,” ujar Wahyu.

Kedua, sejak awal pandemi Wall Street sempat anjlok, namun langsung rebound dan pada 2020–2021 acap mencetak ATH. Sementara IHSG justru cukup stabil selama pandmei, di bawah 6.700, level tertingginya pada 2017.

"Jelas Wall Street over valuasi dan rentan bubble burst. Jika elemen valuasi didukung better fundamental, maka prinsip air berlaku. Yaitu mengalir ke tempat yg rendah. Itulah potensi IHSG, dimana capital inflow masuk karena aliran valuasi yang lebih baik,” kata Wahyu.

Atas kondisi itu, Wahyu beranggapan bahwa entimen positif untuk Indonesia bisa jadi juga mendukung laju IHSG, dan memicu bullish emiten terutama yang terkait komoditas.

Namun, sebagai catatan Wahyu mengatakan kondisi ini bisa saja berbalik arah, meski tidak dalam waktu dekat. Ia mengamini, apa yang naik akan turun. Begitupun kondisi pasar domestik.

“Kapan kita akan turun? Jika valuasi sudah cukup. Ada saat kapital lari berbalik ke tempat yang lebih baik. Kapan? Paling satu atau dua tahun akan pasti terjadi,”

“Saat IHSG koreksi signifikan nantinya, sektor terkuat yang sebelumnya diuntungkan justru mereka yang paling rentan untuk koreksi. Reversal. Bisa jadi yang emiten perbankan dan komoditas atau pertambangan,” pungkasnya.

Aksi Investor Asing

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, investor asing mencatatkan aksi beli saham signifikan sepanjang 2022. Sektor saham keuangan pun menjadi pilihan.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (15/4/2022), laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,38 persen ke posisi 7.235,53 pada Kamis, 14 April 2022. Dengan demikian, secara year to date, IHSG menguat 9,94 persen.

Adapun sepanjang 2022, penguatan IHSG ditopang sejumlah sektor saham. Salah satunya sektor saham energi. Indeks sektor saham IDXenergy memimpin penguatan dengan naik 41,87 persen. Disusul indeks sektor saham sektor transportasi dan logistik yang melambung 23,21 persen dan indeks sektor saham IDX sector industrials menanjak 18,26 persen.

Di sisi lain, investor asing masih mencatat aksi beli saham. Tercatat investor asing beli saham Rp 80,13 miliar pada Kamis, 14 April 2021. Dengan demikian, aksi beli investor asing sepanjang 2022 mencapai Rp 41,39 triliun.

Mengutip data RTI, investor asing rajin belanja saham emiten perbankan, telekomunikasi dan tambang. Sepanjang 2022 di seluruh pasar secara year to date, investor asing membeli saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 10,1 triliun, dan memimpin aksi beli oleh investor asing. Diikuti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 9,7 triliun dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 5,8 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, aliran dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia berarti ada kepercayaan investor asing terhadap ekonomi Indonesia yang cukup kuat meskipun sentimen global tidak mendukung. Hal ini seiring ada konflik Rusia-Ukraina dan kondisi ekonomi Amerika Serikat yang tinggi inflasinya.

"Yang menyebabkan asing masuk juga yakni kenaikan harga komoditas yang berdampak pada kinerja emiten yang berkaitan dan berdampak pada kinerja IHSG sendiri,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

10 Saham yang Dibeli Investor Asing Sepanjang 2022

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Berikut 10 saham yang diakumulasi oleh investor asing di seluruh pasar sepanjang tahun berjalan 2022:

1.PT Bank Rakyat Indonesia Tbk senilai Rp 10,1 triliun

2.PT Telkom Indonesia Tbk senilai Rp 9,7 triliun

3.PT Bank Negara Indonesia Tbk senilai Rp 5,8 triliun

4.PT Bank Central Asia Tbk senilai Rp 5,8 triliun

5.PT Astra International Tbk senilai Rp 3,7 triliun

6.PT Bank Jago Tbk senilai Rp 2,7 triliun

7.PT Elang Mahkota Teknologi Tbk senilai Rp 2,7 triliun

8.PT Bank Mandiri Tbk senilai Rp 2,1 triliun

9.PT Adaro Energy Tbk senilai Rp 1,6 triliun

10.PT United Tractors Tbk senilai Rp 1,5 triliun

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya