Liputan6.com, Jakarta - Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Lianawaty Suwono menambah kepemilikan saham pada 15 Juni 2022.
Direktur BCA Lianawaty Suwono, membeli 45.200 lembar saham BBCA dengan harga Rp 7.350 per lembar dan 45.400 lembar saham BBCA dengan harga Rp 7.325 pada 15 Juni 2022.
Baca Juga
Dengan demikian nilai pembelian saham tersebut sekitar Rp 664,77 juta. Setelah melakukan transaksi itu, Lianawaty memegang 1.729.108 lembar saham BBCA dari sebelumnya 1.638.508 lembar.
Advertisement
"Status kepemilikan saham langsung," tulis manajemen BCA, dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Kamis (23/6/2022).
Sebelumnya, baru-baru ini, sejumlah direksi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menambah kepemilikan saham mereka. Transaksi dilakukan pada periode 9-13 Mei 2022 dengan jumlah dan nominal yang variatif.
Salah satunya Lianawaty Suwono. Ia membeli 68.000 lembar saham BBCA pada 13 Mei dengan harga Rp 7.350 per lembar. Dengan demikian nilai pembelian saham tersebut sekitar Rp 499,80 juta. Usai transaksi, Lianawaty genggam 1.638.508 lembar saham BBCA dari sebelumnya 1.570.508 lembar.
Lalu, Santoso membeli 30.000 lembar saham BBCA dengan harga Rp 7.400 per lembar pada 13 Mei 2022. Nilai transaksi pembelian Rp 222 juta. Sehingga menambah kepemilikannya menjadi 2.006.646 lembar dari sebelumnya 1.976.646 lembar.
Vera Eve Lim tercatat dua kali melakukan pembelian. Pada 10 Mei 2022, Vera membeli 264.500 lembar saham BBCA dengan harga 7.550 per lembar. Nilai pembelian saham sekitar Rp 1,9 miliar. Dengan demikian, Vera memegang 1.479.582 lembar saham BBCA dari sebelumnya 1.215.082 lembar.
Ia kembali melakukan pembelian 136.000 lembar saham BBCA pada 12 Mei dengan harga Rp 7.300 per lembar. Dengan demikian, nilai pembelian saham BBCA Rp 992,80 juta. Sehingga total saham BBCA yang dimiliki Vera saat ini adalah 1.616.082 lembar.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dibanding Lonjakan Suku Bunga, Bos BCA Lebih Cemas Kenaikan GWM
Sebelum, tren kenaikan suku bunga acuan global terus berlanjut. The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat (AS) juga ditakutkan akan kembali memperketat kebijakan moneter sebagai upaya mengendalikan inflasi.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja pun mewaspadai kebijakan serupa turut dilakukan Bank Indonesia (BI), meskipun pihak bersangkutan masih menahan suku bunga acuan di level 3,50 persen.
Meskipun keputusan itu terlihat dovish, Jahja lebih mewaspadai kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) yang akan terus terjadi hingga September 2022 mendatang.
"BI belom naikkan bunga acuan, jadi belom terlalu terasa. Tapi sampai dengan September BI akan ketatkan uang beredar, mungkin setelah September lebih terasa," kata Jahja kepada Liputan6.com, Rabu, 8 Juni 2022.
Seperti diketahui, BI per 1 Juni 2022 mulai menaikan GWM rupiah untuk bank umum konvensional dari 5 persen menjadi 6 persen. GWM akan terus dinaikan menjadi 7,5 persen mulai 1 Juli 2022, dan 9,0 persen pada 1 September 2022.
Kebijakan tersebut dinilai sebagai upaya bank sentral memaksimalkan sejumlah instrumen moneternya untuk meredam laju inflasi, tanpa perlu menaikan tingkat suku bunga acuan.
Pun bila BI-7 Day Reverse Repo Rate kelak naik, Jahja beserta jajaran direksi BCA tak ingin terburu-buru menaikan suku bunga deposito rupiahnya.
"Likuiditas kita banyak, jadi belom perlu langsung ikut naikkan bunga deposito," pungkas dia.
Advertisement
BCA Raup Laba Bersih Rp 8,1 Triliun pada Kuartal I 2022, Naik 14,6 Persen
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA dan entitas anak membukukan laba bersih sebesar Rp8,1 triliun pada triwulan I 2022. Angka ini tumbuh 14,6 persen secara tahunan atau year on year (YoY).
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja menyampaikan, peningkatan laba bersih di triwulan I 2022 didukung peningkatan aktivitas kredit, transaksi, dan CASA. Seiring dengan pemulihan perekonomian nasional, total kredit naik 8,6 persen secara YoY.
"Didukung oleh pencapaian-pencapaian yang positif tersebut, laba bersih tumbuh 14,6 persen YoY menjadi Rp8,1 triliun," ujarnya dalam konferensi pers paparan Kinerja Kuartal I-2022 di Jakarta, Kamis (22/4).
Dia merinci, pertumbuhan kredit terjadi di semua segmen, baik kredit untuk bisnis maupun konsumsi. Adapun, untuk kredit korporasi naik 9,2 persen YoY mencapai Rp286,9 triliun di Maret 2022.
Lalu, seiring dengan aktivitas bisnis yang membaik, kredit komersial dan UKM naik 8,2 persen YoY menjadi Rp188,8 triliun. Sementara itu, pertumbuhan kredit tertinggi dicatatkan oleh segmen KPR, yakni tumbuh 9,8 persen YoY menjadi Rp98,2 triliun.
"KKB mencetak rebound dengan naik 3,6 persen YoY menjadi Rp41,6 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit tumbuh 4,9 persen YoY menjadi Rp12,0 triliun. Total portofolio kredit konsumer naik 7,6 persen YoY menjadi Rp154,8 triliun," ucapnya.
Pertumbuhan Kredit BCA
Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 13,8 persen di triwulan I 2022, dibandingkan 19,4 persen di tahun sebelumnya.
Lalu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan) terjaga sebesar 2,3 persen. Torehan ini didukung kebijakan relaksasi restrukturisasi.
Di sisi pendanaan, CASA naik 21,7 persen YoY mencapai Rp798,2 triliun, berkontribusi hingga 80 persen dari total dana pihak ketiga. Sementara itu, deposito juga tumbuh 3,1 persen YoY menjadi Rp199,6 triliun.
Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga naik 17,5 persen YoY menjadi Rp997,8 triliun. Sehingga, turut mendorong total aset BCA naik 15,5 persen YoY menjadi Rp1.259,4 triliun di akhir Maret 2022.
"Pengembangan solusi digital secara konsisten pada platform perbankan transaksi, ditambah tingkat kepercayaan nasabah yang tinggi, menjadi modal utama untuk memperkokoh kontribusi CASA sebagai dana inti bank," bebernya. Selanjutnya, BCA juga senantiasa memperkuat ekspansi ekosistem digital dan basis nasabah melalui kolaborasi dengan berbagai mitra strategis. Di tiga bulan pertama tahun 2022, total volume transaksi naik 43 persen YoY mencapai lebih dari 5 miliar transaksi.
Kemudian, seiring solidnya pertumbuhan likuiditas dan kredit, BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) selama tiga bulan pertama tahun 2022 naik 2,5 persen YoY menjadi Rp14,5 triliun. Pendapatan selain bunga tumbuh 19,5 persen YoY menjadi Rp5,9 triliun di periode yang sama, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 15,8 persen YoY.
Advertisement