Liputan6.com, Jakarta - Pertahanan pasar modal Indonesia disebut kian tinggi dari waktu ke waktu. Bahkan meski kondisi ekonomi mengalami naik turun dipengaruhi sentimen global.
Direktur Utama MNC Sekuritas, Susy Meilina mengatakan kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi tanah air tampaknya semakin kuat. "Hal ini terbukti dari semakin kuatnya investor domestik, terutama retail dalam menopang kinerja IHSG beberapa tahun terakhir," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu, 10 Agustus 2022.
Baca Juga
Selain tingkat kepercayaan diri (confidence level) investor yang kuat, pasar modal Indonesia juga ditopang literasi yang semakin tinggi.
Advertisement
Menurut Susy, investor muda mempunyai keinginan belajar investasi saham sejak dini. Hal itu terbukti dari profil investor didominasi segmen milenial.
"Tantangan yang perlu dihadapi ke depan adalah bersama-sama menciptakan investor yang berkualitas dan tidak hanya menjadi investor musiman yang sekadar ikut-ikutan," imbuh dia.
Diakui, saat ini investor memang cukup mudah memperoleh informasi mengenai pasar modal. Meski begitu, Susy bersama MNC Sekuritas gencar melakukan edukasi untuk mewujudkan investor cerdas. Ke depannya, Susy meyakini bursa akan mempertimbangkan opsi untuk menabah produk investasi.
Hal itu seiring dengan jumlah investor yang terus mengalami pertumbuhan. Di sisi lain, Susy mengatakan sudah sepatutnya bursa berinovasi, mengingat mayoritas investor pasar modal saat ini didominasi generasi muda.
"Pasar modal Indonesia perlu terus berinovasi dalam memberikan kemudahan investasi, melahirkan fitur-fitur dan produk yang up to date agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan investasi yang dinamis termasuk derivatative dan fixed income agar Anggota Bursa juga ada tambahan revenue," ujar Susy.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
45 Tahun Pasar Modal Kembali Aktif, Transaksi Harian Saham Naik 15 Persen
Sebelumnya, pasar modal Indonesia mencatatkan kinerja yang positif di tengah kondisi yang masih dibayangi pandemi COVID-19. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 7,68 persen dan saat ini masih yang tertinggi di kawasan ASEAN.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertinggi dalam sejarah bangsa Indonesia yang menembus level 7.276 pada 21 April 2022.
“Kemarin malam sebagai informasi kita juga sudah tembus 7.000. Sebagaimana saya ingat pada waktu kami menjabat di periode awal setelah RUPS 29 Juni indeks kita saat itu turun merah di angka 6.800, tapi sampai tiga hari terakhir indeks kita kembali tembus ke 7.102,” kata Iman dalam sambutan acara HUT ke-45 Pasar Modal Indonesia, Rabu (10/8/2022).
Selain itu, Iman juga menyebutkan, kapitalisasi pasar mencapai Rp 9.300 triliun. Sedangkan, rata-rata nilai transaksi harian atau RNTH meningkat 15 persen secara year to date.
"Rata-rata transaksi harian terakhir sepanjang tahun 2022 rata-rata transaksinya meningkat 15 persen year to date atau rata-rata sebesar Rp 15,4 triliun rupiah. Tiga hari terakhir kita pernah mencapai trading harian sebesar Rp 21 triliun lebih,” ungkapnya.
BEI menargetkan sebanyak 55 emiten dapat tercatat di pasar modal Indonesia hingga akhir 2022. Namun, BEI juga memiliki sejumlah tantangan ke depan untuk memperoleh emiten dengan kinerja yang baik bagi pasar modal.
"Kita tidak hanya bicara tentang kuantitas artinya jumlah yang kita punya, tetapi bagaimana juga ke depan kita memperoleh emiten dengan kualitas yang memang bisa memperoleh kinerja yang baik di pasar modal,” pungkasnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
45 Emiten Proses Rights Issue, Dominan Sektor Keuangan
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 45 perusahaan tercatat atau emiten sedang dalam proses rights issue hingga 1 Agustus 2022. Total dana yang diperkirakan dihimpun dari rights issue mencapai Rp 36,9 triliun.
"Berdasarkan catatan kami, sampai dengan 1 Agustus 2022 terdapat 45 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline rights issue. Total dana yang diperkirakan diperoleh melalui rights issue sebesar Rp 36,9 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (3/8/2022).
Ia menuturkan, dari 45 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline rights issue antara lain:
6 perusahaan dari sektor basic materials
5 perusahaan dari sektor consumer cyclicals
2 perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
3 perusahaan dari sektor energy
17 perusahaan dari sektor financials
1 perusahaan dari sektor healthcare
2 perusahaan dari sektor industrials
2 perusahaan dari sektor properties & real estates
1 perusahaan dari sektor teknologi
3 perusahaan dari sektor transportation & logistics
3 perusahaan dari sektor infrastructures
Nyoman menuturkan, ditinjau dari jumlah emiten yang berada pada pipeline rights issue, mencerminkan ada kepercayaan untuk memanfaatkan pasar modal Indonesia sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan.
Ia mengatakan, hal ini sejalan dengan perusahaan yang menggalang dana melalui pencatatan saham di BEI. Hingga 1 Agustus 2022 terdapat 29 perusahaan yang telah mencatatkan saham di BEI dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 19,5 triliun.
"Sedangkan pada pipeline Pencatatan saham, masih ada 32 calon Perusahaan Tercatat yang berada dalam antrian untuk mencatatkan sahamnya di BEI,” tutur dia.
Jumlah Emiten
Berdasarkan catatan BEI, dengan memperhitungkan jumlah pipeline Pencatatan saham saat ini, diperkirakan pada Jumat 5 Agustus 2022, total Perusahaan Tercatat yang mencatatkan saham di BEI menembus angka 800. Nyoman menilai, hal tersebut merupakan pencapaian BEI yang patut disyukuri.
"Pencapaian ini juga tidak terlepas dari dukungan dan kebijakan dari Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BEI dan self-regulatory organization (SRO) lainnya dalam rangka membuat kondisi pasar modal yang kondusif pada masa yang dinamis,” kata dia.
Sebelumnya pada 2020, total emiten yang mencatatkan saham telah mencapai 700. Hal ini diharapkan sebagai tonggak awal BEI ke depan untuk menjadi Bursa yang paling aktif di ASEAN. Pada 2021, BEI merupakan Bursa di ASEAN dengan Pencatatan saham baru terbanyak selama empat tahun berturut-turut.
"Selain Pencatatan saham baru, pada 2021 juga menjadi tonggak sejarah baru bagi BEI di mana nilai rights issue perusahaan tercatat mencapai angka Rp180,7 triliun. Pada tahun tersebut, satu Perusahaan Tercatat yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah melakukan rights issue dengan nilai fund raised tertinggi sebesar Rp95,9 triliun,” ujar dia.
Advertisement