Pasar Khawatir Credit Suisse Seperti Lehman Brothers, Ini Kata Ekonom

Harga saham Credit Suisse telah menurun selama berbulan-bulan. Kekhawatiran telah meningkat sejak CEO Ulrich Korner pekan lalu mengirim memo kepada karyawan

oleh Elga Nurmutia diperbarui 05 Okt 2022, 18:01 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2022, 18:01 WIB
Ilustrasi credit suisse (Foto: Jan Huber/Unsplash)
Ilustrasi credit suisse (Foto: Jan Huber/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Credit Suisse berada di tengah gejolak pasar di tengah rumor bank berada di ambang kebangkrutan.

Investor bergegas jual saham bank yang berbasis di Zurich di tengah kekhawatiran tentang kesehatan keuangannya karena bersiap bersiap ungkap rencana restrukturusasi mahal yang dijadwalkan akhir bulan ini.

Spekulasi bank tersebut dapat gagal telah memicu perbandingan  dengan runtuhnya bank investasi Amerika Serikat Lehman Brothers pada 2008 yang memicu krisis ekonomi terburuk sejak Great Depression. Namun, ekonom memperingatkan terhadal hal itu seiring perbedaan signifikan antara dulu dan sekarang. Demikian mengutip laman Al Jazaeera, Rabu (5/10/2022).

Mengapa Credit Suisse di Bawah Pengawasan?

Sementara itu, harga saham Credit Suisse telah menurun selama berbulan-bulan, kekhawatiran telah meningkat sejak CEO Ulrich Korner pekan lalu mengirim memo kepada karyawan yang bertujuan meyakinkan karyawan tentang masa depan bank.

Dalam memo yang dikirim pada Jumat, 30 September 2022, Korner memperingatkan agar tidak membingungkan “harga saham sehari-hari” dengan basis modal dan posisi likuiditas yang kuat perbankan. Ia juga bersikeras kalau restrukturisasi yang akan datang akan memastikan “masa depan jangka panjang dan berkelanjutan” pemberi pinjaman.

Korner juga membidik banyak pernyataan faktual yang tidak akurat yang dibuat di media tentang lembaga keuangan berusia 166 tahun.

Alih-alih menenangkan investor, memo itu memicu kecemasan baru tentang posisi bank. Di media sosial, sejumlah investor dengan pengikut besar termasuk Lark Davis dan Graham Stephan mengunggah perbandingan dengan Lehman Brothers yang dengan cepat menjadi viral.

Pada Senin, saham Credit Suisse turun 11,5 persen mencapai rekor terendah USD 3,64. Pada saat yang sama credit default swaps-jenis investasi berfungsi sebagai asuransi terhadap default perusahaan naik ke level tertinggi sepanjang masa.

Hadapi Sejumlah Skandal

Adapun bank terbesar di Eropa ini telah menghadapi sejumlah serangkaian skandal dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya trading jobs untuk bisnis di Hong Kong, mempekerjakan detektif swasta untuk memata-matai karyawan, pencucian uang untuk organisasi kriminal di Bulgaria, dan fasilitasi pinjaman korup di Mozambik. Bank pun setuju bayar denda USD 475 juta.

Bank juga mengalami kerugian miliaran dolar AS dari runtuhnya hedge fund Archegos dan perusahaan jasa keuangan Greensill pada 2021. Di tengah gejolak, pemberi pinjaman telah kehilangan hampir 60 persen dari nilai pasarnya pada 2022.

“Credit Suisse memiliki rekam jejak yang buruk yang menampilkan Archegos dan Greensill, jadi tidak ada banyak kepercayaan diri,” ujar Profesor Duke University Fuqua School of Business, Campbell R Harvey kepada Al Jazeera.

Ia mengatakan, Credit Suisse berganti CEO dan surat internal CEO kepada karyawan tidak meyakinkan. “Jika Anda harus menjelaskan kepada karyawan yang sedang terjadi, itu pertanda buruk,” kata dia.

Di bawah restrukturisasi yang diumumkan setelah penunjukan Korner pada Juli 2022, Credit Suisse berusaha mengecilkan bank investasi dan fokus pada aset management.

Analis memperkirakan Credit Suisse perlu mengumpulkan USD 4 miliar-USD 6 miliar untuk melaksanakan restrukturisasi yang dapat terbukti menantang karena investor melihat bank sebagai taruhan yang makin berisiko.

Apakah Berpotensi Seperti Lehman Brothers?

Bisakah Credit Suisse menyebabkan keadaan seperti gaya Lehman Brothers?

Analis umumnya melihat hal itu sebagai hal yang tidak mungkin. Pertama-tama, terlepas dari kesengsaraan Credit Suisse, pemberi pinjaman memiliki modal dalam jumlah besar untuk menahan kerugian apapun.

Menurut Analis JPMorgan Chase, total aset mencapai USD 732,7 miliar pada akhir kuartal II 2022, dan seperlima di antaranya disimpan dalam bentuk tunai. Pada Senin, 3 Oktober 2022, analis Citibank menolak perbandingan dengan kondisi 2008. Hal ini seiring rasio cakupan likuditas Credit Suisse, porsi uang tunai dan aset lain yang dapat diakses dengan cepat dalam krisis termasuk terbaik di kelasnya sebesar 191 persen.

“Saya tidak berpikir ini adalah Lehman Brothers. Rasio tier satu mereka 13,5 persen,” ujar Harvey yang mengacu pada porsi modal terdiri dari aset inti yang dianggap regulator sebagai penanda utama kekuatan keuangan.

Di sisi lain, lingkungan keuangan global juga telah berubah secara signifikan sejak Lehman Brothers bangkrut. Bank diatur lebih ketat dari pada 2008 dan memiliki lebih banyak modal untuk kelola risiko.

Kata Ekonom

"Bank-bank besar umumnya memiliki modal yang jauh lebih baik daripada 2008, dan pandangan saya sendiri tentang Lehman selalu sebagian besar masalah ketika Lehman gagal berasal dari fakta semua orang mengharapkan Lehman untuk ditebus,” ujar Profesor University of Pennsylvania Law School, David Skeel.

Ia menuturkan, regulator AS telah memberi isyarat ketika Bear Stearns tersandung pada Maret 2008 kalau tidak akan membiarkan bank besar gagal, kemudian mengejutkan pasar dengan membiarkan Lehman gagal. “Saya menduga situasi Credit Suisse tidak akan berdampak langsung, baik karena tingkat modal yang umumnya tinggi dan keadaan yang sangat berbeda pada 2008,” kata dia.

Ekonom Bere, Holger Schmieding menuturkan, meski tidak dapat komentari kesehatan Credit Suisse, krisis yang serupa pada 2008 sangat kecil kemungkinannya.

“Risiko peristiwa gaya Lehman mendekati nol karena apapun masalahnya dengan bank mana pun atau mungkin tidak, regulator dan bank sentral jauh lebih siap untuk mengatasi masalah seperti itu sejak awal,” ujar Schmieding kepada Al Jazeera.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya