Liputan6.com, Jakarta - PT Modern Internasional Tbk (MDRN) memproyeksikan pendapatan pada 2023 akan sama pada tahun ini.
Komisaris Modern Internasional, Martino menuturkan, pada 2023, pendapatan ditargetkan akan sama seperti 2022, yaitu Rp 66 miliar. Selain itu, bisnis baru di bidang kesehatan juga akan berkontribusi pada pendapatan Modern Internasional.
Baca Juga
"Pada 2022 pendapatan masih mengalami penurunan dibanding 2021, 2022 pendapatan Rp 66 miliar dibandingkan 2021 sekitar Rp 78 miliar," kata Martino dalam paparan publik Modern Internasional, Kamis (29/12/2022).
Advertisement
Sedangkan, laba bersih tahun ini ditopang penjualan aset atau restrukturisasi yang membuat laba perseroan menjadi positif.
Martino mengatakan, pada tahun ini tidak ada belanja modal (capital expenditure/apex) untuk ekspansi bisnis. Namun, pada 2023 masih dipertimbangkan.
"Pada 2023, kami masih melihat, kemungkinan capex tidak akan besar," kata dia.
Ia mengaku, perseroan masih fokus terhadap efisiensi agar perusahaan lebih sehat lagi.
Merujuk laporan keuangannya, penjualan bersih perseroan hingga kuartal III Rp 56,53 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 57,94 miliar.
Beban pokok penjualan Rp 34,79 miliar hingga 30 September 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 39,34 miliar.
Kemudian, laba bersih hingga kuartal III 2022 mencapai Rp 32,15 miliar dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih Rp 9,93 miliar.
Modern Internasional (MDRN) Bakal Terjun di Bisnis Kesehatan
Sebelumnya, PT Modern Internasional Tbk (MDRN) berencana terjun di bisnis kesehatan pada 2023.
Direktur Utama Modern Internasional, Laurentius Linggodigdo menuturkan, pihaknya telah memiliki pengalaman maupun koneksi pelanggan dan prinsipal, yaitu LG.
"Kami menyediakan alat-alat rumah sakit dan juga fasilitas kesehatan, seperti monitor dan lainnya," kata Laurentius dalam paparan publik Modern Internasional, Kamis (29/12/2022).
Dia mengatakan, monitor yang dijual perseroan ini dikhususkan untuk medical grid di mana alat tersebut digunakan dalam analisis hasil rekam medis. Alat tersebut berbeda dengan monitor TV. Bahkan, Laurentius juga yakin kebutuhan monitor milik MDRN akan meningkat. Selain itu, MDRN masih mencari mitra untuk memasarkan produk baru bersama LG.
Adapun, sejumlah strategi yang disiapkan perseroam dalam rangka menjual dan memasarkan produknga.
"Kami akan sering mengikuti pameran, seminar, demo produk dan aktif road show ke rumah sakit baik dari swasta dan pemerintah. Kami juga akan aktif ikut webinar untuk menjangkau end user secara langsung," kata dia.
Merujuk laporan keuangannya, penjualan bersih Modern Internasional hingga kuartal III Rp 56,53 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 57,94 miliar.
Beban pokok penjualan Rp 34,79 miliar hingga 30 September 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 39,34 miliar.
Kemudian, laba bersih hingga kuartal III 2022 mencapai Rp 32,15 miliar dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih Rp 9,93 miliar.
Advertisement
Pembukaan IHSG pada 29 Desember 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan koreksi pada perdagangan saham Kamis (29/12/2022). Koreksi IHSG mengikuti bursa saham Asia dan wall street dan mayoritas sektor saham tertekan.
Mengutip data RTI, pada pembukaan perdagangan, IHSG stagnan di posisi 6.850,52. IHSG sempat melemah 0,72 persen ke 6.800. Pada pukul 09.12 WIB, IHSG susut 0,85 persen ke posisi 6.792. Indeks LQ45 merosot 0,52 persen ke posisi 928,89. Mayoritas indeks acuan tertekan.
Pada awal sesi perdagangan, IHSG berada di level tertinggi 6.850,52 dan terendah 6.786,98. Sebanyak 227 saham melemah sehingga menekan IHSG. 148 saham menguat. 214 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 92.633 kali dengan volume perdagangan 1,3 miliar saham. Nilai transaksi Rp 694,8 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.751.
Indeks sektor saham tertekan kecuali indeks sektor saham kesehatan menguat 0,27 persen, sektor saham properti bertambah 0,53 persen, sektor saham teknologi mendaki 0,32 persen, dan sektor saham infrastruktur menanjak 0,10 persen.
Sementara itu, sektor saham energi merosot 2,25 persen, dan pimpin koreksi. Sektor saham basic melemah 0,55 persen, sektor saham industri terpangkas 0,57 persen, sektor saham nonsiklikal susut 0,42 persen. Selain itu, sektor saham siklikal terpangkas 0,59 persen, sektor saham keuangan turun 0,83 persen, dan sektor saham transportasi melemah 0,27 persen.