Laba Emiten Bank di AS Gagal Pukau Investor

Sejumlah perusahaan bank Amerika Serikat melaporkan laba yang solid tetapi gagal memukau investor.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Jan 2023, 15:26 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2023, 15:26 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Liputan6.com, New York - JPMorgan Chase, Bank of America, Citigroup dan raksasa aset manajemen BlackRock membukukan kinerja melampaui perkiraan wall street pada Jumat, 13 Januari 2023. Namun, investor awalnya sedikit kecewa.

Pada perdagangan yang bergejolak, sebagian besar saham bank anjlok pada pembukaan perdagangan sebelum menguat. Saham JPMorgan Chase naik sekitar 2,5 persen pada perdagangan Jumat sore. Saham BofA bertambah 2 persen. Saham Wells Fargo yang melaporkan laba meleset dari target wall street naik 3 persen. Saham Citi mendaki 2 persen dan BlackRock mendatar.

"Laba solid tetapi pasar khawatir dengan kekhawatiran resesi," ujar Direktur Pelaksana dan Head of North American bank Coverage MUFG, John Curran dikutip dari CNN, Minggu (15/1/2023).

Investor mungkin khawatir dengan nada suram dari bank-bank besar.Pemimpin masih mengkhawatirkan inflasi dan ancaman resesi pada 2023 menyusul kenaikan suku bunga besar-besaran oleh bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed).

CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon menuturkan,  meski ekonomi masih kuat dan konsumen belanja, dan bisnis sehat, pihaknya belum mengetahui efek akhir dari hambatan yang berasal dari ketegangan geopolitik termasuk perang di Ukraina, kondisi energi dan pasokan makanan yang rentan, inflasi yang terus menerus kikis daya beli serta mendorong suku bunga lebih tinggi.

Perseroan berharap "resesi ringan" sebagai kasus ekonomi dasar. CFO JPMorgan Jeremy Barnum menambahkan, selain perlambatan telah dimulai di unit pinjaman rumah mulai melihat “angin” dalam kredit.

Khawatir Resesi

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sementara itu, CEO BofA Brian Moynihan mencatat lingkungan ekonomi yang semakin melambat. Sedangkan CEO Wells Fargo Charlie Scharf mengatakan, pihaknya hati-hati mengamati dampak dari kenaikan suku bunga lebih tinggi kepada pelanggan. Wells Fargo baru-baru ini mengumumkan rencana kembali menarik bisnis hipoteknya yang masif.

Mengutip CNN, bank jelas khawatir tentang resesi yang menjulang dan wall street telah memperhatikannya.

Analis Moody’s Investors Service Peter Nerby menyebutkan dalam laporan kalau ketentuan kredit meningkat di JPMorgan Chase dan Citi membangun modal dan cadangan untuk antisipasi perlambatan di pasar inti. Kenaikan suku bunga the Fed juga tidak membantu.

“Suku bunga lebih tinggi dari perkiraan menimbulkan risiko signifikan terhadap prospek kualitas kredit, pertumbuhan pinjaman dan margin bunga bersih,” ujar Portfolio Manager Aptus Capital Advisors, David Wagner.

 

Peluang BlackRock

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Kekhawatiran tentang ekonomi adalah salah satu alasan saham anjlok pada 2022, mengalami tahun terburuk sejak 2008. Sebagai akibat dari kemerosotan wall street terjadi perlambatan besar dalam aktivitas merger dan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Hal tersebut juga menekan bisnis investasi untuk bank top. JPMorgan Chase dan Citi masing-masing mengatakan, biaya konsultasi anjlok hampir 60 persen.

Adapun laporan kinerja keuangan kuartal IV 2022 Goldman Sachs dan Morgan Stanley akan memberi lebih banyak warna tentang kesehatan wall street pada Selasa depan.

Goldman Sachs yang agresif membangun bisnis konsumer selama beberapa tahun terakhir berjuang hasilkan uang di divisi tersebut. Goldman Sachs mengungkapkan dalam pengajuan pada Jumat, 13 Januari 2023 kalau kehilangan lebih dari USD 3 milair dalam bisnis konsumen sejak 2020.

Namun, ada beberapa tanda optimisme. BlackRock melaporkan kenaikan aset yang dikelola pada kuartal IV 2022 seiring lonjakan saham pada Oktober dan November 2022.

“Lingkungan saat ini menawarkan peluang luar biasa bagi investor jangka panjang,” ujar CEO BlackRock Larry Fink.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya