Menakar Peluang Cuan Saham INDY Usai Terjun ke Sektor Kesehatan

PT Indika Energy Tbk (INDY) melakukan diversifikasi usaha ke sektor kesehatan. Lalu bagaimana dampaknya dan rekomendasi saham INDY?

oleh Elga Nurmutia diperbarui 28 Jan 2023, 07:45 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2023, 07:45 WIB
PT Indika Energy Tbk (INDY) (Foto: PT Indika Energy Tbk)
PT Indika Energy Tbk tengah menggenjot bisnis di sektor non energi, salah satunya sektor kesehatan. (Foto: PT Indika Energy Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) tengah melakukan ekspansi ke sektor kesehatan. Lantas, bagaimana prospek saham INDY?

Perseroan melalui anak-anak usahanya, PT Bioneer Indika Group (BIG) dan PT Indika Medika Nusantara (IMAN) telah mendirikan perusahaan bernama PT Bioneer Indika Diagnostik (BID). BID akan menjalankan kegiatan usaha di bidang distribusi alat kesehatan.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani menilai prospek saham INDY masih terbilang bagus.

"Kalau kita lihat saat ini saham nya bisa disebutkan lumayan undervalued dibandingkan dengan rata-rata emiten di sektor energi berdasarkan PBV dan PER," kata Arjun kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (28/1/2023).

Selain itu, Indika Energy memiliki fundamental yang kuat dari sisi kinerja keuangan. Perseroan berhasil mendapatkan keuntugan pada kuartal III dibandingkan year on year pada tahun lalu masih rugi. 

Bahkan, Indika Energy juga secara agresif lagi diversifikasi bisnis mereka diluar bidang batu bara. Selain kesehatan, Indika Energy menjajaki bidang minyak dan juga kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Menurut ia, hal tersebut bisa menjadi katalis kenaikan kinerja keuangan INDY, jadi prospeknya bagus.

Sementara itu, analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibunatama menuturkan, saat ini, Indika Energy menjajaki investasi ke sektor kesehatan, akan tetapi kalau melihat sebagai persentase, porsi pendapatan dari sektor kesehatan masih kecil dibandingkan segmen pendapatan yang lain, terutama segmen pendapatan batu bara.

Menurut ia, dampak dari penjajakan bisnis di sektor kesehatan tidak terlalu signifikan. Hal itu disebabkan karena bisnisnya masih di tahap awal.

"Indika Energy melepaskan identitasnya sebagai pendukung ekonomi lama dengan keunggulannya pada batu bara dengan terjun ke usaha futuristik di berbagai bidang seperti kedokteran diagnostik molekuler dan kendaraan listrik," kata Ezaridho.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Rekomendasi Saham Indika Energy

IHSG Menguat
Seorang pria mengambil gambar layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Oleh karena itu, Indika Energy fokus untuk menjadi perusahaan investasi yang berorientasi terhadap kemajuan teknologi di Indonesia. Perbentukan JV Bioneer Indika Group (BIG) akan membantu INDY mencapai target kontribusi 50 persen dari segmen batu bara dan 50 persen dari segmen non-batubara.

Sedangkan, untuk katalis sahamnya, antara lain diversifikasi portfolio segmen bisnis dan investasi INDY serta harga batu bara yang sudah menstabilisasi dan masih tinggi.

Bagi para investor, Ezaridho merekomendasikan beli untuk saham INDY dengan target harga Rp 3.700 per saham. 

"Kami menginisiasi INDY dengan peringkat buy pada target price Rp 3.700 (potensi return 27 persen dari harga saat ini 2,910)," kata dia.

Selain pemulihan peralihan dari kerugian bersih akibat lonjakan ASP batubara dan volume penjualan baru-baru ini, Henan Putihrai Sekuritas menyukai perusahaan setelah upaya deleveraging yang berkelanjutan dan komitmennya untuk menjadi net zero carbon pada 2050.

"Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa hal itu layak untuk diberikan valuasi yang lebih premium,: ujar dia.

Di sisi lain, investor juga masih perlu mencermati risiko investasi dari saham INDY, yakni permintaan batu bara yang lebih rendah dari perkiraan dari negara-negara yang menghadapi ketidakstabilan politik dan ekonomi seperti China dan juga tingkat penurunan harga batu bara yang lebih cepat dari perkiraan.

Indika Energy Bikin Anak Usaha di Sektor Kesehatan

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya,  Indika Energy Tbk (INDY) bersama anak usaha perseroan PT Indika Energy Infrastructure (IEI) mendirikan perusahaan baru bernama PT Indika Medika Nusantara (IMAN).

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (14/11/2022), PT Indika Energy Tbk mendirikan PT Indika Medika Nusantara sebagai perusahaan sub-holding untuk rencana ekspansi kegiatan usaha perseroan di sektor kesehatan.

Anak-anak perusahaan dari dari IMAN selanjutnya dapat melakukan kegiatan usaha antara lain manufaktur untuk alat kesehatan dan obat farmasi, perdagangan besar untuk alat kesehatan dan obat farmasi, serta aktivitas penunjang jasa kesehatan lainnya.

“Penyertaan saham perseroan dan IEI dalam IMAN merupakan langkah perseroan secara grup untuk melakukan ekspansi usaha ke sektor kesehatan,” tulis Sekretaris Perusahaan PT Indika Energy Tbk, Adi Pramono.

Adapun pemegang saham Indika Medika Nusantara antara lain PT Indika Energy Tbk sebesar 99,99 persen, Indika Energy Infrastructure sebesar 0,0025 persen.

Pada perdagangan Senin, 14 November 2022 pukul 10.46 WIB, saham INDY naik 4,09 persen ke posisi Rp 2.800 per saham.

Saham Indika Energy dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 2.700 per saham. Saham INDY berada di level tertinggi Rp 2.810 dan terendah Rp 2.700 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.167 kali dengan volume perdagangan 99.619 saham. Nilai transaksi Rp 27,5 miliar.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya