Bursa Saham Asia Beragam Jelang Pertemuan Bank Sentral The Fed

Bursa Saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan saham Senin, 12 Juni 2023. Investor bersiap hadapi pertemuan kebijakan the Fed.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Jun 2023, 08:57 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2023, 08:57 WIB
Bursa Saham Asia Beragam Jelang Pertemuan Bank Sentral The Fed
Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Senin (12/6/2023) setelah investor hadapi bursa saham yang menguat dan mengantisipasi pertemuan bank sentral utama dari sejumlah negara.(Foto: Jason Briscoe/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Senin (12/6/2023) setelah investor hadapi bursa saham yang menguat dan mengantisipasi pertemuan bank sentral utama dari sejumlah negara.

Dikutip dari CNBC, Federal Open Market Committee (FOMC) gelar pertemuan pada 13-14 Juni 2023.  Sementara itu, Bank Sentral Eropa gelar rapat pada Kamis, dan Bank Sentral Jepang akan melakukan pertemuan pada Jumat.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 dibuka naik 0,45 persen, dan sentuh level tertinggi dalam 33 tahun. Sedangkan indeks Topix bertambah 0,48 persen.

Indeks Korea Selatan dibuka menguat. Indeks Kospi menanjak 0,32 persen dan indeks Kosdaq melejit 0,2 persen.

Hal ini berlawanan dengan bursa saham Hong Kong. Indeks berjangka Hang Seng dibuka melemah ke posisi 19.340, dari penutupan sebelumnya 19.389,95. Sedangkan bursa saham Australia libur.

Pekan lalu di wall street, indeks S&P 500 mencatat penguatan dan raih level tertinggi sejak Agustus. Tiga indeks acuan utama menguat. Indeks S&P 500 naik 0,11 persen. Indeks Dow Jones bertambah 0,13 persen dan indeks Nasdaq menguat 0,16 persen.

Harga grosir Jepang naik 5,1 persen pada Mei dari tahun sebelumnya, sedikit lebih rendah dari 5,8 persen yang tercatat pada April. Kenaikan indeks harga produsen yang merupakan tingkat paling lambat sejak Juli 2021, dan lebih rendah dari perkiraan ekonom yang disurvei Reuters dengan naik 5,5 persen.

Harga grosir melemah 0,7 persen, jauh lebih rendah dari perkiraan Reuters 0,2 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penutupan Wall Street pada 9 Juni 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kompak menguat pada perdagangan saham Jumat, 9 Juni 2023. Indeks S&P 500 menguat dan sentuh level 4.300 untuk pertama kali sejak Agustus 2022 seiring investor bersiap dengan rilis data ekonomi inflasi dan pertemuan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (10/6/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,11 persen ke posisi 4.298,86. Indeks Nasdaq bertambah 0,16 persen ke posisi 13.259,14. Indeks Dow Jones menguat 43,17 poin atau 0,13 persen ke posisi 33.876,78.

Pada pekan ini, indeks S&P 500 naik 0,39 persen, dan kenaikan tersebut menandai penguatan selama empat sesi berturut-turut. Indeks Nasdaq bertambah 0,14 persen, dan membukukan kemenangan ketujuh berturut-turut. Indeks Dow Jones melesat 0,34 persen.

Selain tiga indeks acuan itu, indeks saham kapitalisasi juga menguat selama sepekan. Indeks Russell 2000 melemah tipis pada Jumat pekan ini, tetapi membukukan kenaikan mingguan sebesar 1,9 persen.

“Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa saat di mana investor tampaknya merasakan kepastian yang lebih besar. Kami pikir itu menjadi titik balik dari sentimen bearish yang lebih berhati-hati,” ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk dikutip dari CNBC.

Ia menuturkan, pada beberapa minggu ke depan akan terlihat  jelas kalau ekonomi lebih tangguh. “Itu akan menyadarkan pelaku pasar kalau saham kapitalisasi kecil dan siklikal mungkin memiliki kesempatan masuk akal untuk atasi ketertinggalan,” tutur dia.

Pasar juga melihat angka indeks harga konsumen pekan depan dan pertemuan the Federal Open Market Committee. Pasar saat ini mengantisipasi kemungkinan lebih dari 71 persen bank sentral AS atau the Fed akan hentikan kenaikan suku bunga pada pertemuan Juni.

 


Lonjakan Saham Tesla

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Selain itu, saham Tesla juga mencatat kenaikan sebesar 4 persen. Saham Tesla menguat dalam 11 sesi. Reli panjang terjadi terhadap saham Tesla terakhir pada Januari 2021.

Di sisi lain, berdasarkan prediksi FactSet, laba perusahaan untuk S&P 500 akan turun pada kuartal II 2023. Laba diprediksi merosot 6,4 persen dari tahun lalu selama periode April-Juni. Itu akan menjadi penurunan terbesar sejak kuartal II 2020 yang ditandai pandemi COVID-19 dan lebih buruk dari penurunan 2,1 persen dari kuartal I.

Pada 31 Maret 2023, FactSet prediksi penurunan 4,8 persen pada kuartal tersebut. Sejak saat itu, 66 perushaaan telah mengeluarkan panduan laba negatif sementara 44 perusahaan telah mengeluarkan prospek positif.

John Butters dari FactSet mengatakan perusahaan prediksi laba akan berbalik pada semester II 2023, meningkat 0,8 persen pada kuartal III dan 8,2 persen pada akhir tahun.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya