Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten perbankan merilis laporan keuangan untuk tahun buku 2022. Hingga Rabu, 9 Agustus 2023, termasuk tiga bank pelat merah sudah menyampaikan laporan keuangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Tiga bank tersebut, yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI) atau BNI, dan Bank Tabungan Negara (BBTN) atau BTN.
Simak uraian kinerja masing-masing emiten bank berikut ini:
Baca Juga
Laba
Dari sisi raihan laba, Bank Mandiri memimpin dengan raihan laba secara konsolidasi melesat 24,9 persen yoy menjadi Rp 25,2 triliun hingga Juni 2023.
Advertisement
Sedangkan, secara bank only, laba yang diperoleh Bank Mandiri tercatat mencapai Rp 23 triliun, naik 24,08 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 18,53 triliun. Disusul BNI dengan laba bersih Rp 10,3 triliun hingga semester I 2023. Laba tersebut naik 17 persen yoy.
Sementara di posisi ketiga ada BTN yang berhasil mencatat laba bersih Rp 1,5 triliun hingga Juni 2023. Capaian ini naik 2,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,47 triliun. Â
Penyaluran Kredit
Bank Mandiri secara konsolidasi berhasil menyalurkan kredit secara konsolidasi tumbuh 11,8 persen year on year (yoy) mencapai Rp 1.272,07 triliun.
Pada periode yang sama, penyaluran kredit dan pembiayaan BTN mencapai sekitar Rp 308 triliun. Perolehan tersebut tumbuh 7,52 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 286,15 triliun. Sementara penyaluran kredit BNI sampai dengan paruh pertama 2023 meningkat 4,9 persen yoy menjadi Rp 650,8 triliun dari Rp 620,42 triliun pada semester I 2022.
Dana Pihak Ketiga
Total dana pihak ketiga (DPK) secara konsolidasi Bank Mandiri tumbuh positif 8,47 persen yoy dari Rp 1.318,42 triliun per Juni 2022 menjadi Rp 1.430,13 triliun di akhir Juni 2023, yang ditopang oleh dana murah atau current account and saving account (CASA).
Tabungan secara konsolidasi tumbuh 5,80 persen yoy menjadi Rp 552,4 triliun dan giro secara konsolidasi melesat 21,2 persen yoy menjadi Rp 497,6 triliun.
DPK BNI menyentuh angka Rp 765 triliun pada semester I 2023 atau naik 10,6 persen yoy. Lalu, dana murah (current accounts savings account/CASA) turut meningkat 11,1 persen yoy menjadi Rp 532,34 triliun hingga Juni 2023. Dengan demikian, aset perseroan meningkat 8,3 persen yoy, yakni sebesar Rp 1.025,09 triliun hingga akhir Juni 2023.
Adapun DPK BTN pada semester I 2023 mencapai Rp 313,26 triliun atau naik 1,94 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 307,31 triliun. Dari jumlah tersebut perolehan dana murah atau CASA mencapai Rp 170,22 triliun naik sekitar 24 persen dibandingkan akhir Juni 2022 sebesar Rp 137,45 triliun.
Advertisement
Penyaluran Kredit Naik, Laba Bank Bakal Moncer Semester II 2023
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae memperkirakan, laba perbankan masih akan terus tumbuh di semester II 2023. Prediksi itu keluar lantaran penyaluran kredit bank diyakini berlanjut hingga akhir tahun nanti.
"Laba perbankan diperkirakan masih akan tumbuh seiring dengan proyeksi peningkatan kredit," ujar Dian dalam pernyataan tertulis, Minggu (6/8/2023).
Menurut dia, pencadangan atas kerugian kredit atau credit loss sudah dilakukan bank secara bertahap sejak dimulainya kebijakan restrukturisasi kredit pada awal 2020 hingga saat ini, dimana restrukturisasinya hanya untuk sektor dan wilayah tertentu.
"Sehingga pembentukan cadangan tidak akan mengganggu tren peningkatan laba perbankan," imbuh Dian.
Sebelumnya, Dian menilai, di tengah pelemahan permintaan global, sektor perbankan Indonesia tetap resilien dengan fungsi intermediasi yang terjaga serta ditopang permodalan yang memadai.
OJK mencatat pada Juni 2023, kredit tumbuh sebesar 7,76 persen yoy menjadi Rp 6.656 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 9,60 persen yoy.
"Per jenis kepemilikan, pertumbuhan kredit Bank BUMN tumbuh tertinggi yaitu sebesar 8,30 persen yoy," kata Dian dalam Konferensi Pers RDK Bulanan Juli 2023 beberapa waktu lalu.
Secara tahunan, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juni 2023 meningkat menjadi 5,79 persen YoY atau sebesar Rp 8.042 triliun, jika dibandingkan Mei 2023 sebesar 6,55 persen yoy, dengan pertumbuhan terendah pada Tabungan di level 2,97 persen yoy.
Â
Likuiditas Bank
Selanjutnya, pihak otoritas juga mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas. Likuiditas industri perbankan pada Juni 2023 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas yang terjaga.
Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) turun masing-masing menjadi 119,05 persen dan 26,73 persen, atau tetap jauh di atas treshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
Lebih lanjut, OJK menilai kualitas kredit masih terjaga dengan rasio NPL net perbankan stabil di level 0,77 persen dan NPL gross turun menjadi 2,44 persen.
Selanjutnya, risiko pasar juga relatif rendah ditinjau dari Posisi Devisa Neto (PDN) tercatat stabil rendah sebesar 1,50 persen pada Juli 2023, masih jauh di bawah threshold 20 persen.
Kemudian, risiko yang terkait dengan suku bunga juga melandai seiring dengan mulai melandainya yield SBN, karena semakin terbatasnya ruang kenaikan suku bunga The Fed alias Fed Fund Rate (FFR) di AS.
"Untuk mengantisipasi potensi risiko yang mungkin timbul ke depan, kondisi industri perbankan tercatat cukup resilien dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan sebesar 25,41 persen," pungkas Dian.
Â
Advertisement