Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham Indonesia disebut masih menarik pada sisa 2023. Dari dalam negeri, Investment Analyst Infovesta Capital Advisory, Fajar Dwi Alfia menerangkan, salah satu katalis positifnya adalah datangnya tahun pemilihan umum (pemilu) di Indonesia.
"Tahun politik dan pemilu secara historis akan menarik investor asing masuk ke pasar saham. Jadi seharusnya sampai akhir tahun masih akan aliran dana investor asing yang masuk," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (6/9/2023).
Baca Juga
Dalam catatannya, sejak awal tahun sebelum Agustus investor asing masih melakukan net buy cukup signifikan. Namun, sejak Agustus ada gejolak pasar keuangan global sehingga membuat aksi jual oleh investor asing cukup deras.
Advertisement
Sentimennya tidak lain adalah terkait pemangkasan peringkat utang AS dan rencana pemerintah AS untuk menambah suplai surat utang guna memenuhi belanja pemerintah dalam waktu dekat dan menjelang pemilu.
"Hal tersebut membuat yield obligasi AS 10 tahun naik ke level tertingginya sejak tahun 2007, di samping juga karena ekspektasi pasar akan potensi kenaikan suku bunga The Fed satu kali lagi," imbuh Fajar.
Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Samuel Kesuma, CFA mengatakan hal lain yang menarik dari pasar saham Indonesia yakni dari sisi valuasi yang berada di bawah 15 persen. Di sisi lain, pertumbuhan profitabilitas perusahaan yang baik, pandangan positif investor asing terhadap Indonesia dan valuasinya yang atraktif diharapkan dapat menjadi faktor pendorong pasar saham ke depannya.
Valuasi yang cenderung rendah membuat pergerakan pasar tidak terlalu sensitif terhadap guncangan di pasar finansial, sehingga mengurangi risiko downside. Kondisi ini disebut menjadi poin positif untuk menggaet investor asing.
"Indonesia cukup spesial posisinya di mata investor asing karena mereka inginkan pertumbuhan. Sedangkan di dunia, pertumbuhan saat ini relatif langka. Negara maju pertumbuhannya dikhawatirkan melambat. China setelah reopening ternyata recovery-nya juga mengecewakan. Jadi investor asing melihat Indonesia sebagai salah satu negara yang menarik," ujar Samuel.
Pasar Saham Indonesia Masih Kuat
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pasar saham Indonesia masih terbilang resilien hingga akhir Agustus 2023. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengungkapkan, indeks harga saham gabungan (IHSG) sampai dengan 31 Agustus 2023 menguat sebesar 0,32 persen mtd ke level 6.953,26 dibandingkan Juli 2023 yaitu sebesar 6.931,36.
Namun, di sisi lain, non-resident mencatatkan dana sing yang keluar atau outflow sebesar Rp 20,10 triliun mtd. Hal ini utamanya akibat transaksi crossing. Sebagai perbandingan, per Juli 2023 terjadi inflow Rp 2,72 triliun mtd.
"Secara year to date, IHSG menguat sebesar 1,50 persen dengan non-residen membukukan net sell Rp 1,18 triliun, dibandingkan Juli 2023 itu masih net buy sebesar 18,92 triliun ytd," beber Inarno.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi (Indonesia Composite Bond Index/ICBI) menguat 0,09 persen mtd atau 7,17 persen ytd ke level 369,52. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-residen tercatat sebesar Rp 211,93 miliar mtd.
Secara year to date, masih tercatat tercatat outflow sebesar Rp 561,98 miliar. Sejalan dengan pergerakan global, pasar SBN membukukan outflow investor asing sebesar Rp 8,89 triliun mtd dibandingkan Juli 2023 inflow sebesar Rp 8,30 triliun. Sehingga mendorong kenaikan yield SBN rata-rata sebesar 11,88 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield SBN turun rata-rata 41,92 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp 84,11 triliun ytd.
Â
Â
Advertisement
Catatan OJK: 59 Perusahaan Siap Debut di Bursa, Incar Dana Rp 12,47 triliun
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati penghimpunan dana di pasar modal terus melanjutkan kenaikan. Hingga 31 Agustus 2023, total penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp 172,38 triliun dari berbagai instrumen.
Sementara, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan masih terdapat 94 rencana penawaran umum dalam pipeline OJK.
"Di pipeline masih terdapat 94 rencana penawaran umum dengan perkiraan nilai sebesar Rp 43,43 triliun," terang Inarno dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan Agustus 2023, Selasa (5/9/2023).
Jika dirinci, terdapat 59 perusahaan dalam pipeline IPO dengan dana dibidik sekitar Rp 12,47 triliun. 9 perusahaan bakal gelar PUT dengan senilai Rp 4,99 triliun, 9 perusahaan terbitkan EBUS senilai Rp 12,51 triliun, dan 17 perusahaan untuk PUB EBUS senilai Rp 13,46 triliun.
Minat penghimpunan dana di pasar modal sejalan dengan kondisi pasar saham yang dinilai masih resilien hingga akhir Agustus 2023. Per 31 Agustus 2023, indeks harga saham gabungan (IHSG) sampai dengan 31 Agustus 2023 menguat sebesar 0,32 persen mtd ke level 6.953,26 dibandingkan Juli 2023 yaitu sebesar 6.931,36, Non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp 20,10 triliun mtd, utamanya akibat transaksi crossing per Juli 2023 inflow Rp 2,72 triliun mtd.
Penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terbesar itu pada Agustus 2023 dicatatkan oleh saham di sektor barang baku dan infrastruktur
"Secara year to date, IHSG menguat sebesar 1,50 persen dengan non-residen membukukan net sell Rp 1,18 triliun, dibandingkan Juli 2023 itu masih net buy sebesar 18,92 triliun ytd," beber Inarno.
Adapun dari sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham pada Agustus 2023 itu menjadi 11,20 triliun mtd, dan juga Rp 10,38 triliun ytd. Dibandingkan Juli sebesar Rp 9,66 triliun mtd atau Rp 10,24 triliun ytd.
Â