Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI berkomitmen terus mendukung green economy (ekonomi hijau). Ini mengingat, hal tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan.
Terkait hal tersebut, Direktur Finance & Strategy Bank Syariah IndonesiaAde Cahyo Nugroho menuturkan, pihaknya tengah berupaya menggenjot ekonomi hijau di ranah perbankan syariah. Sebab, ekonomi hijau tersebut sejalan dengan prinsip syariah.
Baca Juga
"Ada yang namanya maqashid syariah yang memang kami diharapkan pada ujungnya memang praktek perbankan syariah itu bisa menghadirkan kebaikan," kata Ade dalam acara Kompas100 CEO Forum dalam sesi CEO Insight, Senin (23/10/2023).
Advertisement
Sebagaimana diketahui, maqashid syariah adalah ketaatan dalam menjalankan prinsip-prinsip syariah yang tujuannya demi terwujudnya kemaslahatan umat. Penerapan maqashid syariah melibatkan sejumlah kegiatan manusia yang berkait dengan menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga harta, dan menjaga keturunan.
Oleh sebab itu penerapan maqashid syariah memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang terlibat harus benar-benar mengerti dan paham tentang prinsip-prinsip syariah itu sendiri sehingga tidak menjerumuskan para pengguna dalam kegiatan yang terlarang.
"Jadi yang nomor satu misalnya maqashid syariah itu despite of adanya murabahah apapun tidak boleh sesuatu yang merusak lingkungan itu satu, itu peraturan basicnya gitu kita gak boleh melakukan aktivitas yang merusak lingkungan merusak keturunan, merusak akal," kata dia.
Dengan demikian, BSI tidak boleh memberikan kredit atau pembiayaan kepada sektor yang tidak sesuai dengan peraturan tersebut.
"BSI tidak memberikan pembiayaan kepada alkohol, bukan karena alkohol haram karena alkohol dipandang bisa merusak akal, akal pikiran manusia dan bisa merusak keturunan juga. Jadi, filosofinya ini harus kita pisahkan memang bank syariah ini selain menjalankan akad yang diatur tapi esensinya juga harus dapat," imbuhnya.
Konsep Green Economy
Selain itu, BSI juga tidak boleh menyalurkan pembiayaan untuk senjata. Karena,hal itu akan mendukung upaya-upaya yang merusak manusia lain dan tidak sejalan dengan prinsip bank syariah.
Meski demikian, BSI masih memiliki peluang yang cerah dalam mengembangkan bisnisnya. Salah satunya melalui konsep green economy hingga SDG's.
"Awal-awal kita dulu merasa ini keterbatasannya bank syariah tapi makin kesini kita merasa loh kok makin sejalan ya sama konsep-konsep green economy, SDGs dan seterusnya," ujar dia.
Dalam rangka menggenjot green economy, BSI sedang mempertimbangkan soal penyaluran pembiayaan mobil listrik hingga pemberian kredit bagi perusahaan yang mendukung industri hijau.
"Contohnya, sedang kami pikirkan bagaimana kalau orang ambil pembiayaan mobil listrik atau kredit mobil listrik di BSI dapat lebih murah, atau ketika kami ngasih kredit ke PLN misalkan untuk dibangun energi alternatif kami bisa kasih pricing yang lebih murah nah ini yang sedang kita pikirkan banget," kata Ade.
Tak hanya itu, BSI juga mempertimbangkan untuk menawarkan KPR atau mortgage dengan solar panel bisa mendapatkan subsidi cicilan. Sebab, hal itu akan membawa kebaikan untuk green economy.
Advertisement
Implementasikan ESG
BSI juga konsisten dalam mengimplementasikan environment, social, and governance (ESG). Portfolio pembiayaan keuangan berkelanjutan BSI mencapai Rp52,6 triliun atau 23,77 persen dari total pembiayaan BSI tumbuh 4,99 persen secara year on year.
Untuk mendorong implementasi keuangan berkelanjutan, BSI juga mendorong upaya sustainable operation melalui program pengurangan emisi dan pelestarian lingkungan. Di antaranya green building office Gedung Landmark BSI di Aceh dan penggunaan solar panel di BSI Mayestik dan Mataram.
Selain itu, percepatan implementasi penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik berbasis Baterai (KBLBB) dengan penyediaan 35 unit motor listrik untuk kendaraan operasional di masjid BSI rest area cipali KM 166A, serta paperless dokumen melalui e-doc BSI.
Target 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) optimistis laba bakal tumbuh dua digit hingga akhir 2023. Lantas, bagaimana strategi BSI dalam mengerek laba tersebut?
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi dalam rangka mencapai pertumbuhan laba hingga akhir tahun ini. Salah satunya, BSI memilih segmen prospektif agar mampu menopang pertumbuhan kinerja.
"Untuk mencapai target laba akhir tahun. Seperti yang diketahui, strategi perseroan adalah tentunya kita sudah memilih segmen yang kita ingin tumbuh, proyeksi laba akan tumbuh double digit," kata Hery dalam konferensi pers, Selasa (19/9/2023).
Adapun fokus pertama Bank Syariah Indonesia, yakni akan melakukan ekspansi pembiayaan pada segmen yang bisa tumbuh sehat dan berkelanjutan dengan berkisar 15-16 persen. Kemudian, melakukan perbaikan kualitas pembiayaan, BSI juga telah membuktikan dalam beberapa kuartal non performing financing (NPF) lebih baik alias NPF mengalami penurunan.
"BSI juga saat ini sedang terus fokus meningkatkan transaction banking retail maupun wholesale, tujuannya bagaimana kita dapatkan dana murah kalau nasabah transaksi lewat kanal baik cabang m-banking, atm, saldo nasabah akan bertambah besar,” kata dia.
Selain itu, dari sisi inisiatif BSI ada QRIS, smart agent atau agent banking ini akan jadi engine untuk pengumpulan dana murah. BSI juga berharap tabungan bisnis dengan target market adalah pedagang dan pengusaha dan tabungan wadiah bisa mendorong pertumbuhan laba.
BSI juga mulai mengaktifkan lagi weekend banking di wilayah yang memiliki pusat dagang. Tujuannya untuk memberikan keleluasaan bagi nasabah untuk transaksi termasuk menyetor uang.
"Kami juga tingkatkan rasio tingkatan dana murah kita. Di sisi lain mendorong pendapatan melalui transaksi melalui mobile banking untuk meningkatkan fee based income,” ujarnya.
Advertisement