Jepang Pimpin Penguatan di Bursa Saham Asia Jelang Pertemuan The Fed

Bursa saham Jepang memimpin penguatan di antara bursa saham Asia Pasifik pada Selasa, 12 Desember 2023 jelang pertemuan the Fed.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Des 2023, 08:27 WIB
Diterbitkan 12 Des 2023, 08:27 WIB
Jepang Pimpin Penguatan di Bursa Saham Asia Jelang Pertemuan The Fed
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Selasa (12/12/2023).(AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Selasa (12/12/2023). Bursa saham Jepang memimpin kenaikan pada sesi kedua berturut-turut menjelang pertemuan terakhir bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pada 2023.

Dikutip dari CNBC,indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 1,06 persen. Indeks Topix bertambah 0,5 persen. Harga produsen di Jepang meningkat lebih cepat dari perkiraan. Indeks harga produsen naik 0,3 persen year on year (YoY) dibandingkan kenaikan 0,1 persen yang diprediksi ekonom yang disurvei Reuters.

Pertemuan dua hari the Fed dimulai pada Selasa pekan ini. Bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga stabil di kisaran 5,25 persen-5,5 persen.

Yen Jepang menunjukkan kekuatan terhadap dolar AS. Yen diperdagangkan sekitar 0,1 persen lebih tinggi pada 146,04 seiring investor akan mengamati dengan cermat dampak keputusan the Fed terhadap dolar AS dan yen.

Pelaku pasar juga akan menilai rilis inflasi pada November 2023 pada Selasa malam yang diperkirakan sebesar 3,1 persen, menurut jajak pendapat Reuters. Angka ini sedikit lebih rendah dari 3,2 persen yang terlihat pada Oktober.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat tipis pada awal perdagangan dan berada pada level tertinggi sejak September. Indeks Kospi Korea Selatan dibuka menguat 0,41 persen. Sedangkan indeks Kosdaq naik 0,2 persen.

Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 16.344, menunjukkan pembukaan perdagangan lebih rendah setelah sentuh level terendah dalam satu tahun.

Di wall street, tiga indeks saham acuan menguat. Indeks Dow Jones mencatat kenaikan dalam tiga hari berturut-turut. Indeks Dow Jones bertambah 0,43 persen ke level tertinggi sejak Januari 2022. Sementara itu, indeks S&P 500 mendaki 0,39 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,20 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penutupan Bursa Saham Asia pada 11 Desember 2023

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham China berbalik arah naik pada perdagangan Senin, 11 Desember 2023. Hal ini setelah data menunjukkan tekanan deflasi yang terus menerus melemah akibat turunnya permintaan domestik.

Dikutip dari CNBC, bursa saham Jepang melonjak seiring meningkatnya spekulasi kalau bank sentral mungkin tidak akan menaikkan suku bunga pekan depan.

Di sisi lain, inflasi November dari China menunjukkan penurunan harga konsumen yang lebih cepat dari perkiraan. Indeks harga konsumen turun 0,5 persen year on year (YoY), lebih besar dari penurunan 0,1 persen yang diprediksi ekonom yang disurvei Reuters dan penurunan tercepat sejak November 2020.

Indeks harga produsen turun 3% tahun-ke-tahun, dibandingkan dengan penurunan 2,6% pada Oktober dan ekspektasi penurunan 2,8%. Hal ini juga menandai penurunan PPI selama 14 bulan berturut-turut dan tercepat sejak Agustus.

Indeks CSI 300 Tiongkok berakhir 0,59% lebih tinggi pada 3,419.45 setelah jatuh lebih dari 1% pada hari sebelumnya, sementara indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1% pada jam terakhir perdagangan.

 


Penutupan Wall Street pada 11 Desember 2023

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Senin, 11 Desember 2023. Indeks S&P 500 menguat pada awal pekan ini seiring investor mencoba melanjutkan momentum akhir tahun wall street.

Dikutip dari CNBC, Selasa (12/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,39 persen ke posisi 4.622,44. Indeks saham acuan tersebut ditutup ke level tertinggi sejak Maret 2022. Indeks Dow Jones bertambah 157,06 poin atau 0,43 persen ke posisi 36.404,93, yang merupakan penutupan tertinggi sejak Januari 2022. Indeks Nasdaq mendaki 0,20 persen ke posisi 14.432,49.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq mengalami kenaikan selama enam minggu berturut-turut. Pekan ini, investor menantikan data inflasi utama yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar dan kebijakan suku bunga the Federal Reserve (the Fed). Bank sentral memulai pertemuan dua harinya pada Selasa pekan ini.

Dalam hal data ekonomi, pembacaan indeks harga konsumen November akan dirilis pada Selasa pekan ini. Sedangkan indeks harga produsen akan dirilis pada Rabu pekan ini. Rilis data yang akan datang adalah beberapa hambatan terakhir yang tersisa bagi pasar untuk tetap kuat hingga akhir 2023.

“Tidak ada yang mengharapkan kenaikan suku bunga, namun angka inflasi lebih tinggi dari perkiraan dapat meredam gagasan penurunan suku bunga akan terjadi lebih cepat,” kata Head of Trading and Investing E-Trade, Chris Larkin.


Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Di sisi lain, saham Macy’s menguat lebih dari 19 persen di tengah berita, peritel tersebut menerima tawaran pembelian USD 5,8 miliar. Saham teknologi Apple dan Nvidia masing-masing naik 1,3 persen dan 1,9 persen, sehingga membatasi kenaikan indeks Nasdaq.

Saham Meta merosot 2,2 persen. The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25 persen-5,5 persen. Ketua the Fed Jerome Powell diperkirakan kembali menegaskan komitmen untuk menurunkan inflasi dalam konferensi persnya pada Rabu pekan ini. Sekitar 40 persen kemungkinan bank sentral AS akan menurunkan suku bunga 25 basis poin (bps) pada Maret 2023.

Sementara itu, Analis Morgan Stanley Manan Gosalia menuturkan, saham bank murah tetapi kemungkinan besar tidak akan menguat selama investor antisipasi lonjakan kredit mace pada 2024.

Harga saham saat ini mencerminkan asumsi penyisihan provisi akan mencapai 1 persen dari rata-rata rasio pinjaman di seluruh grup pada 2024 yaitu 2 kali tingkat yang terlihat selama tech bubble dan 3 kali puncak pada 2015-2016. “Asumsi tahun depan dua kali lipat harga saham Morgan Stanley,” tulis analis.

Tanda-tanda peringatan semakin menumpuk. Pinjaman real estate komersial non-akrual untuk bank yang ditanggung oleh Morgan Stanley melonjak 40 persen pada kuartal III dibandingkan kuartal II, dan sekitar 140 persen year-to-date.

Pada saat yang sama, gagal bayar obligasi dengan imbal hasil tinggi mulai meningkat.  Morgan Stanley menyebutkan, yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah kebijakan moneter yang lebih longgar pada 2024 tidak akan membantu karena siklus kredit masa lalu. “Tagihan oleh bank terus meningkat bahkan setelah the Fed mulai menurunkan suku bunga. Intinya bagi investor adalah saham-saham bank tidak memperoleh kelipatan harga terhadap laba yang lebih tinggi saat kredit memburuk,”

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya