Liputan6.com, Jakarta - Raksasa perusahaan minyak Saudi Arabia, Aramco melaporkan kinerja keuangan pada 2023. Aramco mencatat laba turun 25 persen menjadi USD 121,3 miliar atau sekitar Rp 1.880 triliun (asumsi dolar AS terhadap rupiah di kisaran 15.504) pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 161,1 miliar atau sekitar Rp 2.497 triliun. Penurunan laba itu didorong dividen jumbo di tengah tantangan ekonomi.
Dikutip dari CNBC, ditulis Selasa (12/3/2024), Aramco menaikkan dividen dasar pada kuartal IV sebesar 4 persen menjadi USD 20,3 miliar dan menaikkan dividen terkait kinerja sebesar 9 persen menjadi USD 10,8 miliar. Dengan demikian, total pembayaran dividen sebesar USD 31 miliar atau sekitar Rp 480,60 triliun masing-masing untuk pemerintah Arab Saudi dan pemegang saham Aramco.
Baca Juga
Laba meski menurun, hasil kinerja keuangan Aramco masih mencatat rekor laba bersih tertinggi kedua bagi Aramco, jauh melampaui laba perusahaan-perusahaan sejenis.
Advertisement
“Penurunan tahun ke tahun ini disebabkan rendahnya harga minyak mentah dan volume penjualan serta berkurangnya margin penyulingan dan bahan kimia, yang sebagian diimbangi oleh penurunan royalti produksi sepanjang tahun dan lebih rendahnya pajak penghasilan dan zakat,” ujar Aramco dikutip dari CNBC.
Selain laba, pendapatan Aramco juga terpangkas 17 persen menjadi USD 440,88 miliar atau sekitar Rp 6.840 triliun dari periode 2022 USD 535,19 miliar atau sekitar Rp 8.303 triliun. Kas juga turun menjadi USD 101,1 miliar pada 2023 dibandingkan 2022 sebesar USD 148,5 miliar.
“Ini adalah tahun di mana permintaan minyak global mencapai rekor meski terjadi gejolak geopolitik, hambatan ekonomi dan tekanan inflasi,” ujar CEO Aramco, Amin Nasser.
Ia prediksi pasar minyak global akan tetap sehat selama sisa tahun ini. “Dan kami memperkirakan pasar tersebut akan cukup kuat dengan pertumbuhan sekitar 1,5 juta barel,” ujar Nasser.
Adapun Arab Saudi memimpin negara-negara OPEC+ pekan lalu untuk memutuskan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga akhir Juni.
Pengalihan Saham
Di sisi lain, laba Perseroan juga diperoleh setelah pemerintah Saudi transfer tambahan 8 persen saham Aramco senilai USD 164 miliar ke Public Investment Fund (PIF) atau Dana Investasi Publik. Yasir Al-Rumayyan sebagai ketua dewan direksi dan gubernur PIF.
Pengalihan saham ke PIF merupakan salah satu transaksi terbesar yang dilakukan Aramco sejak pencatatan saham dan akan memungkinkan PIF mendapatkan keuntungan dari kebijakan pembayaran dividen besar Aramco.
Aramco membayar dividen sebesar USD 97,8 miliar pada 2023, naik 30 persen dari 2022. Dividen terkait kinerja setahun penuh pada 2024 diperkirakan USD 43,1 miliar.
"Pengalihan saham tidak mengubah apapun. Kami sehat dan tidak perlu menerbitkan saham baru,” ujar Chief Financial Officer Ziad Al-Murshed.
PIF telah memiliki 4 persen saham Aramco dan pengendali Sanabil, perusahaan investasi yang juga memiliki 4 persen saham Aramco. Kepemilikan saham oleh PIF di Aramco mencapai 16 persen senilai USD 328 miliar. Ini akan perkuat posisi pendanaan keuangan dan meningkatkan modal untuk investasi seiring secara bertahan diversifikasi ekonomi dari minyak.
Kepemilikan saham baru di Aramco juga mendorong PIF semakin dekat untuk mencapai target aset yang dikelola sebesar USD 1 triliun pada akhir 2025.
Advertisement
Lebih Banyak Investasi
Aramco juga menegaskan akan hentikan rencana dongkrak kapasitas produksi minyak dari 12 juta barel per hari menjadi 13 juta barel per hari. Ini sebuah langkah yang akan pangkas investasi sekitar USD 40 miliar antara 2024 dan 2028.
“Petunjuk baru-baru ini dari pemerintah untuk pertahankan kapasitas maksimal berkelanjutan kami pada 12 juta barel per hari memberikan peningkatan fleksibilitas, serta peluang untuk fokus pada peningkatan produksi gas dan mengembangkan bisnis cairan ke bahan kimia,” ujar Nasser.
Adapun Aramco ingin kerek investasi di usaha lain termasuk gas dan infrastruktur gas. Perseroan punya target meningkatkan produksi gas lebih dari 60 persen pada 2030 dibandingkan 2021. Investasi gas andalan Perseroan adalah proyek Jaffoura, proyek gas terbesar di Timur Tengah dengan perkiraan 200 triliun standar kaki kubik gas alam.
Tunda Kenaikan Produksi
Sebelumnya, raksasa minyak Arab Saudi, Aramco mengumumkan bahwa pihaknya menunda rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah dari 12 juta barel per hari menjadi 13 juta barel per hari.
Penundaan itu diputuskan di tengah pertanyaan pasar yang meluas mengenai masa depan permintaan minyak dunia.
Dalam sebuah pernyataan, eksportir minyak mentah terbesar di dunia itu mengatakan pihaknya telah diperintahkan oleh Kementerian Energi Arab Saudi untuk mempertahankan Kapasitas Berkelanjutan Maksimum (MSC) pada tingkat saat ini, seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (30/1/2024).
Namun Aramco, yang melakukan IPO pada tahun 2019, tidak mengungkapkan alasan di balik keputusan penundaan.
Tunggu Maret 2024
Perusahaan mengatakan akan memperbarui panduan belanja modalnya ketika hasil setahun penuh tahun 2023 diumumkan pada bulan Maret mendatang.
Dilaporkan,harga minyak mentah Brent untuk pengiriman bukan Maret naik 0,24% dari harga penutupan sebelumnya di $82,60 per barel.
Permintaan minyak global diproyeksikan meningkat sebesar 2,3 juta barel per hari pada tahun 2023 menjadi 101,7 juta barel per hari, menurut laporan tahunan Badan Energi Internasional (IEA) yang diterbitkan pada bulan Desember 2023.
Namun, IEA mencatat bahwa hal ini menutupi dampak melemahnya iklim makroekonomi lebih lanjut.
“Pertumbuhan permintaan global pada kuartal keempat tahun 2023 telah direvisi turun hampir 400 kb/hari, dengan Eropa menyumbang lebih dari setengah penurunan tersebut,” kata IEA.
“Perlambatan ini akan terus berlanjut pada tahun 2024, dengan kenaikan global berkurang separuhnya menjadi 1,1 juta b/h, karena pertumbuhan PDB masih berada di bawah tren di negara-negara besar,” ungkapnya.
Advertisement