Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Papua mencatat pertumbuhan investasi di reksa dana meningkat. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan transaksi saham di wilayah setempat sentuh Rp167,73 miliar hingga Februari 2024.
Kepala Bagian Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Papua Yosua Rinaldy menuturkan, transaksi saham mencapai Rp 167,73 miliar karena pertumbuhan rekening tertinggi terdapat pada reksa dana yaitu 64,72 persen secara year on year (yoy) dan diikuti dengan saham sebesar 32,01 persen yoy.
Baca Juga
"Jadi pada Februari 2024, total rekening Single Investor Identification (SID) tercatat mencapai 59.416 rekening atau sebesar 27,93 persen,” ujar dia seperti dikutip dari Antara, Senin (13/5/2024).
Advertisement
Yosua menuturkan, jumlah rekening ini terdiri dari rekening reksa dana sebanyak 53.201, rekening saham sebanyak 26.315 dan rekening Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 2.692.
“Selain itu, juga berdasarkan pantauan kami untuk kinerja Industri Keuangan Non Bank (IKNB) pada periode Maret 2024 menunjukkan kinerja yang cukup baik, terlihat dari indikator keuangan utama yang bertumbuh dan pada level terjaga,” kata dia.
Yosua mengatakan, seperti terlihat pada kinerja dana pensiun mampu tumbuh positif, tercermin dari total investasi posisi Januari 2024 mencapai Rp1,017 miliar. “Begitu pula dengan piutang yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan posisi Februari 2024 yang juga tumbuh 2,73 persen yoy menjadi Rp1,85 triliun,” ia menambahkan.
Ia mengatakan, selain itu juga perusahaan penjaminan mencatatkan pertumbuhan yang sangat baik terlihat dari outstanding penjaminan pada posisi Desember 2023 bertumbuh sebesar 144,06 persen secara yoy menjadi Rp216,2 miliar.
"Kemudian pada total pembiayaan modal ventura posisi Februari 2024 naik sebesar 19,38 persen yoy menjadi Rp4,37 miliar. Di sisi lain kinerja fintech peer to peer (P2P) menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dari sisi pinjaman yang disalurkan sebesar 24,93 persen yoy,” tutur dia.
Investor Pasar Modal Indonesia Tembus 12,56 Juta per 15 Maret 2024
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengungkapkan jumlah investor pasar modal berhasil mencapai 12,56 juta investor per 15 Maret 2024.
BEI menargetkan penambahan jumlah investor sebanyak 2 juta investor pada 2024. Iman menuturkan, sebesar 80 persen investor pasar modal berusia di bawah 40 tahun. Ini menunjukkan pasar modal Indonesia dipengaruhi secara dominan oleh generasi muda.
Adapun rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) juga mengalami pertumbuhan sebesar 2,7% menjadi Rp 11 triliun per hari dari sebelumnya Rp 10,7 triliun.
"Frekuensi perdagangan per 15 Maret 2024 ikut menguat 1,9% menjadi 1,20 juta kali per hari,” kata Iman dalam acara Buka Puasa Bersama Manajemen BEI, Rabu (20/3/2024).
Selain itu, dari sisi investor asing, Iman menuturkan telah mencatatkan nilai transaksi net buy sebesar Rp 26,1 triliun. Angka tersebut merupakan peningkatan jika dibandingkan akhir tahun lalu. Investor asing banyak melakukan net buy di sektor keuangan, infrastruktur dan consumer.
"Untuk net sell investor asing juga terjadi pada sektor-sektor tersebut. Komposisi investor asing yang masuk tidak banyak berubah. Saat ini, investor asing positif melihat Indonesia, yang menandakan bahwa investor tidak lagi wait and see,” ujar Iman.
Sedangkan untuk komposisi transaksi investor per Februari 2024 yaitu sebesar 35 persen atau senilai Rp 3,7 triliun dari investor ritel, 30,7 persen atau senilai Rp 3,3 triliun dari investor institusi, dan 34,3 persen atau senilai 3,7 triliun dari investor asing. Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami penguatan sebesar 0,76% secara year to date hingga 15 Maret 2024.
Advertisement
OJK Ungkap Penyebab Investor Asing Kabur dari Pasar Modal
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai masih ada potensi aksi beli atau net buy dari investor asing pada 2024. Ini mengingat, aksi jual bersih (net sell) investor asing bergantung pada situasi global.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menuturkan, sentimen global akan memberikan pengaruh terhadap posisi investor asing dalam memilih langkah beli atau jual. Misalnya, pada pertengahan tahun lalu aksi jual terbilang tinggi, tetapi memasuki akhir tahun investor asing mencatatkan aksi beli kembali di pasar modal.
"Kalau kita lihat di tahap 2023 pertengahan tahun terlihat aspek selling tinggi tapi penghujung tahun kembali buying tapi memang kondisi global dianggap atau diharapkan investor internasional lebih stabil. Kalau itu sudah stabil memang maka peluang kondisi net buy dari resident investor akan lebih tinggi," kata Mahendra saat ditemui di Jakarta, Selasa (2/1/2023).
Investor Domestik Harus Ditingkatkan
Di samping itu, ia mengungkapkan, investor domestik juga harus ditingkatkan. Sebab, dibandingkan dengan potensi yang cukup besar, investor domestik jumlahnya masih kecil.
"Namun yang juga menjadi catatan dari pelajaran itu adalah basis utamanya adalah investor dalam negeri harus ditingkatkan. Walaupun sudah mencapai rekor tertinggi di atas 12 juta tapi dibandingkan potensinya masih kecil," kata dia.
Dalam rangka menggenjot jumlah investor domestik di pasar modal, OJK menyebutkan kunci utamanya adalah integritas, kredibilitas, dan Good Corporate Governance (GCG) serta perlindungan konsumen terhadap seluruh pelaku pasar modal Indonesia.
Total investor di pasar modal Indonesia kini telah mencapai 12,16 juta atau meningkat 5 kali lipat dalam 4 tahun terakhir, dengan mayoritasnya didominasi investor bawah 40 tahun.
Advertisement