Bursa Saham Asia Bervariasi Jelang Pertemuan The Fed

Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Senin, 10 Juni 2024 di tengah pelaku pasar menanti pertemuan the Fed dan data ekonomi Jepang.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Jun 2024, 09:17 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2024, 09:17 WIB
Bursa Saham Asia Bervariasi Jelang Pertemuan The Fed
Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Senin (10/6/2024) setelah laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan pada Jumat pekan lalu. (Foto by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Senin (10/6/2024) setelah laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan pada Jumat pekan lalu. Data ekonomi itu menunjukkan pertumbuhan perekrutan dan upah meningkat pada Mei 2024.

Dikutip dari CNBC, hal ini menambah narasi kalau the Federal Reserve (the Fed) tidak perlu terburu-buru menurunkan suku bunga. Pelaku pasar tidak mengharapkan the Federal Open Market Committee (FOMC) untuk memangkas suku bunga pada pertemuannya pekan ini atau pertemuan berikutnya pada Juli 2024.

Pada pekan ini di Asia, investor akan melihat angka produk domestik bruto (PDB) Jepang kuartal I pada Senin pekan ini. Diikuti oleh keputusan suku bunga Bank of Japan pada Jumat pekan ini.

Sementara itu, inflasi China dan India pada Mei akan dirilis pada Rabu pekan ini.

Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,19 persen pada awal perdagangan. Indeks Topix mendaki 0,38 persen. Sementara itu, indeks Kospi di Korea Selatan susut 1 persen dan indeks Kosdaq tergelincir 0,5 persen. Sejumlah bursa saham Asia libur pada awal pekan ini termasuk Australia, China, Hong Kong dan Taiwan.

Di wall street, indeks S&P 500 mendatar  usai menyentuh rekor tertinggi secara intraday. Indeks Dow Jones tergelincir 0,22 persen dan indeks Nasdaq turun 0,23 persen. Meski melemah, tiga indeks saham acuan masih membukukan keuntungan secara mingguan. Indeks Dow Jones naik 0,29 persen, indeks S&P 500 bertambah 1,32 persen dan indeks Nasdaq menguat 2,38 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bursa Saham Asia Beragam pada Pekan Lalu

Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Jumat, 7 Juni 2024. Hal ini seiring investor mengamati data ekonomi dari China dan mencerna angka pengeluaran rumah tangga Jepang. Selain itu, pasar juga menilai penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa.

Mengutip CNBC, ekspor China pada Mei mengalahkan harapan dengan naik 7,6 persen dibandingkan prediksi 6 persen dari jajak pendapat ekonom Reuters dan jauh lebih tinggi dari kenaikan 1,5 persen yang terlihat pada April.

Adapun impor naik 1,8 persen YoY, meleset dari harapan 4,2 persen dalam jajak pendapat Reuters.

Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,75 persen setelah pengumuman data perdagangan. Indeks CSI 300 di China merosot 0,50 persen ke posisi 3.574,11. Hal ini menandai kerugian tiga hari berturut-turut.

Selain itu, Jepang merilis angka pengeluaran rumah tangga pada April, sebuah metrik utama untuk menilai apakah siklus baik yang diharapkan Bank of Japan berupa kenaikan upah dan harga.

Di sisi lain, pengeluaran konsumsi bulanan rata-rata per rumah tangga pada April adalah 313.300 yen, naik 3,4 persen secara nominal dan naik 0,5 persen secara riil. Hal ini menandai kenaikan pertama dalam belanja rumah tangga riil sejak Februari 2023.

Adapun gaji pada April adalah hal yang penting untuk diperhatikan karena kenaikan upah biasanya mulai berlaku pada bulan ini, yang menandai awal tahun keuangan perusahaan-perusahaan Jepang.

Indeks Nikkei 225 di Jepang melemah 0,05 persen ke posisi 38.683,93. Indeks Topix susut ke posisi 2.755,03. Indeks Kospi di Korea Selatan menguat 1,23 persen ke posisi 2.722,67. Indeks Kosdaq bertambah 1,81 persen ke posisi 866,18. Indeks ASX 200 di Australia mendaki 0,49 persen.


The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga 2 Kali pada 2024

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Sebelumnya, pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan kembali menjadi perhatian pelaku pasar. Hal ini setelah data ekonomi yang bervariasi dari Amerika Serikat (AS) dan penurunan suku bunga dari Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Kanada.

Sentimen tersebut membuat pelaku pasar berharap terhadap pertemuan the Fed. "Ini akan menjadi pertemuan penting seperti yang kita harapkan sebuah dot plot baru bersama dengan harapan the Fed terhadap ekonomi AS ke depan dan arah yang ditetapkan,” demikian mengutip dari riset Ashmore Asset Management Indonesia.

Berdasarkan data inflasi yang dilihat sejak kuartal I, kalau melihat dari dot plot menunjukkan penurunan suku bunga sebanyak dua kali saja pada 2024. Hal ini memungkinkan tingkat fleksibilitas lebih besar bagi the Fed serta menunjukkan peningkatan kehati-hatian di kalangan pejabat the Fed.

Hal ini mengingatkan ketua the Fed Jerome Powell sering menekankan pentingnya meraih kepercayaan lebih besar terhadap inflasi secara berkelanjutan bergerak lebih rendah. Diperlukan melihat banyak data sebelum the Fed memutuskan mengambil tindakan. Data Bloomberg terbaru menunjukkan harapan lebih tinggi terhadap penurunan suku bunga.

"Jika memang demikian, penurunan suku bunga sudah diperkirakan sepenuhnya pada November, dan satu lagi sudah diperkirakan kemungkinan besar pada Desember,” demikian dikutip.

Selain itu, pemangkasan suku bunga diperkirakan sebesar 49 basis poin pada akhir tahun dibandingkan harapan pekan lalu 34 basis poin.

Adapun Ashmore melihat ketidakpastian global masih menjadi tema utama. “Kami merekomendasikan untuk tetap melakukan diversifikasi di reksa dana saham dan pendapatan tetap,”

Adapun pada pekan lalu, IHSG ditutup melemah ke posisi 6.898. Koreksi IHSG didorong sektor saham infrastruktur dan bahan baku yang masing-masing berkontribusi 4,27 persen.

 

 


Sentimen Pekan Lalu

IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada pekan lalu, sentimen datang dari Amerika Serikat yang menunjukkan data tenaga kerja lebih rendah dari yang diharapkan. Namun, the ISM Services PMI di Amerika Serikat melonjak menjadi 53,8 pada Mei 2024, tertinggi dalam sembilan bulan dan di atas harapan 50,8. Di sisi lain, inflasi inti lebih rendah dari yang diharapkan.

"Hal ini membawa harapan yang lebih optimistis penurunan suku bunga,” demikian dikutip.

Selain itu, Bank Sentral Kanada juga memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 4,75 persen pada Juni 2024, seperti yang diharapkan. Bank sentral Kanada juga berikan sinyal akan pangkas suku bunga lagi jika inflasi melambat. Bank Sentral Kanada memiliki kepercayaan diri kuat kalau inflasi akan penuhi target.

Selain itu, Bank Sentral Eropa juga memotong suku bunga acuan 25 basis poin pada Juni 2024, dan sesuai harapan pelaku pasar. Hal ini setelah inflasi turun lebih dari 2,5 persen sejak September 2023. Dari Indonesia tercatat deflasi 0,03 persen pada Mei 2024, pertama sejak Agustus 2023.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya