Liputan6.com, Jakarta - PT Adira Finance Tbk (ADMF) merevisi target piutang pembiayaan pada 2024. Direktur Keuangan Adira Finance, Sylvanus Gani Kukuh Mendrofa menuturkan, hal itu menyesuaikan perkembangan industri otomotif saat ini yang memang masih lesu.
"Dengan terjadinya koreksi industri penjualan sepeda motor maupun penjualan mobil, semestinya target dari pertumbuhan piutang pun akan terkoreksi," kata Gani kepada wartawan, dikutip Jumat (2/8/2024).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan piutang pembiayaan multifinance masih memiliki peluang tumbuh di kisaran 9–11 persen sampai akhir 2024. Sementara itu, piutang pembiayaan yang dikelola Adira Finance (termasuk pembiayaan bersama) mengalami pertumbuhan sebesar 15 persen yoy menjadi Rp 58,4 triliun per Juni 2024.
Advertisement
Namun, di sisi lain, kondisi industri otomotif juga dihadapkan dengan tantangan. Di mana penjualan ritel mobil baru mengalami penurunan sebesar 15 persen y/y menjadi 432 ribu unit selama semester pertama 2024. Sementara untuk penjualan sepeda motor baru relatif stabil yaitu sebesar 3 juta unit.
Hal tersebut dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang relatif menurun, suku bunga yang masih tinggi, serta depresiasi nilai tukar Rupiah.
"Jadi ada koreksi. Misalkan menjadi single digit di tengah pertumbuhan otomotif yang mungkin tumbuh di kisaran negatif. Tapi positifnya mungkin tidak akan seperti aspirasi semula double digit. Demikian juga Adira Finance mungkin aspirasinya juga akan menyesuaikan dengan single digit," imbuh Gani.
Seiring dengan lesunya industri otomotif pada semester pertama 2024, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru sedikit mengalami penurunan sebesar 2 persen menjadi Rp 20 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
ROA dan ROE Perseroan
Dari sisi keuangan, perusahaan membukukan total pendapatan mencapai Rp 5,0 triliun, naik sebesar 11 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara itu, total beban meningkat sebesar 16 persen y/y menjadi Rp4,0 triliun pada semester I-2024.
"Peningkatan pada beban disebabkan naiknya biaya pendanaan Perusahaan seiring dengan peningkatan suku bunga. Dengan demikian, laba bersih Perusahaan setelah pajak dibukukan sebesar Rp 765 miliar atau mengalami penurunan sebesar 7 persen yoy," ungkap Gani.
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) Perusahaan masing- masing tercatat menjadi sebesar 6,1 persen dan 14,2 persen pada semester I 2024.
Dari sisi pendanaan, perusahaan terus melakukan diversifikasi sumber pendanaan baik melalui dukungan berkelanjutan dari pembiayaan bersama dengan Perusahaan induknya, Bank Danamon, dan memperoleh pinjaman eksternal dari bank (baik bank dalam negeri maupun luar negeri) dan pasar modal (obligasi lokal dan sukuk mudharabah).
Per posisi Juni 2024, pembiayaan bersama mewakili 47 persen dari piutang yang dikelola. Sementara itu, total pinjaman Perusahaan pada Juni 2024 meningkat sebesar 44 persen y/y menjadi Rp 21,5 triliun, terdiri dari pinjaman bank (dalam negeri dan luar negeri) dan obligasi & sukuk masing-masing berkontribusi 64 persen:36 persen. Hasilnya, gearing ratio sebesar 2,2 kali pada Juni 2024.
Advertisement
Industri Otomotif Lesu, Laba Adira Finance Susut 6,51% pada Semester I 2024
Sebelumnya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) mengumumkan kinerja paruh pertama tahun ini yang berakhir pada 30 Juni. Pada periode tersebut, perseroan berhasil memcatatkan pertumbuhan dari sisi pendapatan.
Pendapatan Adira Finance pada semester I 2024 naik 10,62 persen menjadi Rp 5 triliun dibandingkan semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 4,52 triliun. Bersamaan dengan itu, total beban pada semester I 2024 naik menjadi Rp 4,04 triliun dari Rp 3,47 triliun pada semester I 2023.
Alhasil, ADMF membukukan laba periode berjalan sebesar Rp 765,2 miliar atau turun 6,51 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 818,5 miliar.
Presiden Direktur Adira Finance, Dewa Made Susila mengatakan penurunan kinerja perseroan ini sejalan dengan kondisi industri otomotif yang masih lesu.
Di tengah stagnasi ekonomi global, perekonomian domestik pada pertengahan tahun 2024 juga dihadapkan pada tantangan yang ditandai dengan penurunan permintaan akibat peningkatan harga khususnya kebutuhan pokok, pelemahan kinerja manufaktur, dan pelemahan nilai tukar.
Seiring kondisi tersebut, industri otomotif juga dihadapkan dengan tantangan di mana penjualan ritel mobil baru mengalami penurunan sebesar 15% yoy menjadi 432 ribu unit selama semester pertama 2024. Sementara untuk penjualan sepeda motor baru relatif stabil yaitu sebesar 3 juta unit. Hal tersebut dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang relatif menurun, suku bunga yang masih tinggi, serta depresiasi nilai tukar Rupiah.
"Seiring dengan melesunya industri otomotif di sepanjang semester pertama 2024, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru sedikit mengalami penurunan sebesar 2% menjadi Rp 20 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, piutang pembiayaan yang dikelola Perusahaan (termasuk pembiayaan bersama) mengalami pertumbuhan sebesar 15% yoy menjadi Rp 58,4 triliun,” kata Made kepada media di kawasan Menteng, Kamis (1/8/2024).
Pengembangan Bisnis Non Otomotif
Adira Finance akan terus menerapkan berbagai inisiatif strategi untuk mendorong kinerja bisnis di tengah tantangan yang terjadi saat ini. Salah satunya adalah terus mengembangkan bisnis non-otomotif seperti pinjaman multiguna.
Perseroan mencatat pertumbuhan pembiayaan baru di segmen non-otomotif sebesar 21% yoy, mencapai Rp 4,6 triliun. Pembiayaan multiguna berkontribusi terbesar dalam pembiayaan non-otomotif perusahaan.
Selain itu, Perusahaan mencatatkan pembiayaan baru di segmen syariah sebesar Rp 4,3 triliun atau mewakili 22% dari total pembiayaan baru. Untuk dapat mendorong pertumbuhan pembiayaan syariah, Perusahaan akan terus melakukan kegiatan pemasaran, ekspansi dari kanal-kanal penjualan di komunitas syariah, serta memaksimalkan penjualan produk syariah khususnya non-otomotif seperti produk AMANAH (Adira Multi Dana Syariah).
Advertisement