Liputan6.com, Jakarta - PT Century Textile Industry Tbk (CNTX) berencana untuk mengubah status perusahaan dari sebelumnya perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup atau go private. CNTX bakal melakukan tender offer dengan harga Rp 400 per saham.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (20/8/2024), Direktur CNTX, Tomoaki Nakajima, menjelaskan beberapa alasan perusahaan ingin menjadi perusahaan tertutup.
Alasannya adalah karena kinerja keuangan Century Textile Industry yang merugi telah memengaruhi harga saham perusahaan. Selain itu, CNTX tidak membagikan dividen kepada pemegang saham sejak tahun buku 2005, karena saldo laba perusahaan yang negatif.
Advertisement
“Setelah terakhir kali melakukan penanaman modal baru pada 2001, CNTX tidak melakukan penggalangan dana dari pasar modal dan tidak memiliki rencana melakukan penggalangan dana di pasar modal di masa depan,” kata Nakajima.
Adapun saham CNTX tidak dapat memenuhi ketentuan free float di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan saham tidak aktif diperdagangkan. Menurutnya, hal ini menyulitkan pemegang saham publik untuk bertransaksi di BEI.
“Dengan rencana delisting ini, diharapkan para investor publik dapat menjual saham mereka,” jelasnya.
Nakajima menjelaskan Penfabric Sdn. Berhad selaku pengendali CNTX akan melakukan penawaran tender untuk membeli saham yang dimiliki oleh para pemegang saham publik di harga Rp 400 per saham.
CNTX akan meminta persetujuan terkait langkah go private ini dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 September 2024. Jika langkah ini disetujui pembatalan pencatatan efek di BEI akan dilakukan pada 12 Maret 2025.
Ada 3 Sentimen Bayangi Pasar Saham Pekan Ini, Apa Saja?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.432 atau menguat 2,41% dalam seminggu pada penutupan perdagangan pada Jumat, 16 Agustus 2024. Saat ini IHSG berada di resistance ATH di level 7.400-7.450 dan berpotensi mencetak ATH baru pada Agustus ini.
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani menjelaskan, penguatan IHSG yang signifikan tersebut tertopang 2 top gainers yakni sektor saham IDX Consumer Cyclicals dan IDX Energy.
Dimas menuturkan market pada 12-16 Agustus 2024 lalu dipengaruhi oleh data Producer Price Index (PPI) AS bulan Juli, inflasi tahunan AS Juli dan penjualan ritel bulanan AS pada Juli.
"Ketika data ini rilis dan hasilnya lebih baik dari prediksinya, pelaku pasar meresponnya dengan positif karena ekspektasi yang sesuai bahwa The Fed mulai bisa menurunkan suku bunga acuannya pada September mendatang,” kata Dimas, dalam keterangan resmi, dikutip Senin (19/8/2024).
Advertisement
Sentimen Pekan Ini
Berbicara tentang potensi market pada minggu ini 19-23 Agustus 2024, Dimas mengimbau para trader untuk memerhatikan tiga sentimen yakni RDG Bank Indonesia, pertemuan otoritas moneter dunia dan FOMC Minutes.
Terkait RDG Bank Indonesia, pada Rabu minggu ini Bank Indonesia akan mengumumkan keputusan tingkat suku bunga acuan. Berdasarkan konsensusnya, BI Rate akan tetap berada di level yang sama (6,25%).
"Keputusan ini konsisten dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam target 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025 dan efektivitas dalam menjaga aliran masuk modal asing,” jelasnya.
Sementara itu terkait sentimen pertemuan otoritas moneter dunia pada Kamis minggu ini, agenda forum diskusi terbuka yang rutin diadakan setiap tahun bernama "Jackson Hole Symposium" fokus pada isu tantangan ekonomi global.
Terakhir sentimen FOMC Minutes. Pada hari yang sama pandangan para pejabat The Fed juga menjadi momen yang dinantikan oleh pelaku pasar.
Setiap enam minggu sekali Federal Open Market Committee (FOMC) mengadakan pertemuan untuk membahas kondisi ekonomi AS dan membuat keputusan penting tentang kebijakan moneter.