Strategi Berburu Saham Ritel

Industri ritel merupakan sektor yang bergerak dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 29 Nov 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2024, 19:00 WIB
Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Industri ritel merupakan sektor yang bergerak dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir. Industri ini berperan penting dalam rantai distribusi, menghubungkan produsen dengan konsumen melalui berbagai format seperti toko fisik, platform e-commerce, atau kombinasi keduanya (omnichannel).

Secara garis besar, sektor ritel dibagi menjadi dua kategori utama yakni retail staples (kebutuhan pokok) dan retail discretionary (kebutuhan sekunder/tersier). Retail staples mengacu pada ritel yang menyediakan barang kebutuhan pokok atau harian yang bersifat esensial bagi masyarakat.

Produk dalam kategori ini memiliki beberapa karakteristik utama. Antara lain bersifat kebutuhan primer (basic needs). Permintaan cenderung stabil, bahkan saat kondisi ekonomi melemah.

Meliputi produk seperti makanan, minuman, obat-obatan, kebutuhan rumah tangga, dan barang habis pakai seperti sembako (beras, minyak goreng, gula), obat-obatan dan vitamin, produk pembersih rumah tangga, dan barang kebutuhan bayi seperti susu dan popok.

Sementara, retail discretionary meliputi ritel yang menawarkan barang dan jasa yang bersifat sekunder atau tersier, yaitu produk-produk yang dikonsumsi setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Sektor ini lebih sensitif terhadap siklus ekonomi karena tergantung pada daya beli masyarakat.

Beberapa karakteristik retail discretionary antara lain bersifat kebutuhan non-esensial. Permintaan naik saat ekonomi membaik dan masyarakat memiliki daya beli lebih tinggi. Menyediakan produk yang berkaitan dengan gaya hidup, hiburan, dan kemewahan.

Contoh produknya seperti pakaian, aksesoris, dan alas kaki. Elektronik seperti smartphone, laptop, dan perangkat rumah tangga. Lalu furnitur dan dekorasi rumah. Serta produk kecantikan, perawatan kulit, dan barang mewah.

Sektor ini menjadi pilihan menarik untuk investasi dalam bentuk saham. Namun investasi di sektor ritel memerlukan pemahaman mendalam tentang dinamika pasar, tren konsumen, serta faktor ekonomi makro yang memengaruhi daya beli.

 

Strategi Investasi Sektor Ritel

IHSG Dibuka di Dua Arah
Layar grafik pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berikut beberapa strategi investasi di sektor ritel:

1. Diversifikasi dalam Sub-Sektor

• Ritel Staples: Investasikan pada emiten yang menjual kebutuhan pokok karena sifatnya defensif, bahkan dalam kondisi ekonomi yang sulit.

• Ritel Discretionary: Fokus pada perusahaan yang menjual produk gaya hidup, fashion, atau elektronik yang cenderung tumbuh lebih cepat saat ekonomi membaik.

2. Perhatikan Tren Konsumen

• E-commerce: Investasi pada emiten yang kuat dalam strategi digital atau memiliki platform online, seperti BELI (Blibli) atau BUKA (Bukalapak).

• Konsumen Premium: Emiten yang melayani kelas menengah ke atas berpotensi bertumbuh lebih tinggi seiring meningkatnya pendapatan masyarakat.

3. Evaluasi Fundamentalisme Perusahaan

• Kinerja Keuangan: Fokus pada emiten dengan pendapatan yang stabil atau tumbuh, margin laba yang sehat, dan utang yang terkendali.

• Ekspansi dan Inovasi: Perusahaan yang memperluas jaringan toko atau berinovasi melalui omnichannel memiliki potensi lebih besar untuk pertumbuhan.

• Efisiensi Operasional: Emiten yang mampu menjaga biaya operasional rendah (seperti logistik dan distribusi) cenderung memiliki keunggulan kompetitif.

dan penetrasi digital yang semakin dalam.

4. Pertimbangkan Siklus Ekonomi

• Saat Ekonomi Lesu: Fokus pada sektor staples (kebutuhan primer) karena permintaannya tetap stabil.

• Saat Ekonomi Tumbuh: Sektor discretionary cenderung unggul karena daya beli konsumen meningkat untuk produk gaya hidup dan hiburan.

 

Selanjutnya

IHSG Ditutup Melemah 0,74 Persen ke Level 6.812
Sebanyak 206 saham naik, 337 saham turun, dan 190 saham stagnan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

5. Perhatikan Faktor Makroekonomi

• Inflasi dan Suku Bunga: Inflasi tinggi dapat mengurangi daya beli konsumen. Sebaliknya, suku bunga rendah cenderung mendukung belanja konsumen.

• Pertumbuhan Konsumsi Domestik: Di Indonesia, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50% terhadap PDB, sehingga sektor ritel berpeluang besar untuk tumbuh.

6. Analisis Tren Jangka Panjang

• Pergeseran ke Digital: Emiten yang memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan pengalaman pelanggan lebih menarik untuk investasi.

• Sustainability dan ESG: Konsumen semakin memilih merek yang ramah lingkungan, sehingga emiten dengan inisiatif keberlanjutan memiliki daya tarik jangka panjang.

7. Fokus pada Emiten dengan Keunggulan Kompetitif

• Merek Kuat: Emiten dengan merek yang terkenal memiliki keunggulan dalam menarik pelanggan (misalnya, Alfamart, Hypermart, atau Nike melalui MAPI).

• Skala Operasi: Perusahaan dengan jaringan toko yang luas, seperti AMRT, memiliki efisiensi biaya dan pangsa pasar yang lebih besar.

8. Rekomendasi Strategi Portofolio

• Kombinasikan Staples dan Discretionary: Pastikan portofolio memiliki keseimbangan antara emiten staples yang defensif dan discretionary yang lebih agresif.

• Manfaatkan Koreksi Pasar: Lakukan pembelian saat harga saham terkoreksi, terutama pada emiten dengan fundamental yang kuat.

• Pantau Dividend Yield: Emiten yang secara rutin memberikan dividen, seperti ACES atau RALS, cocok untuk investor yang mengincar pendapatan pasif.

Dengan pendekatan ini, investor dapat memanfaatkan potensi pertumbuhan sektor ritel di Indonesia yang terus berkembang, terutama dengan adanya peningkatan konsumsi domestik

Daftar Saham Retail Yang Familiar Dan Sudah Terdaftar Di BEI

Hari Ini, Indeks Harga Saham Gabungan Ditutup di Zona Hijau
IHSG ditutup pada level 7.220,88. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berikut ini daftar saham retail berdasarkan klasifikasi industri sub sektor:

Drug Retail & Distributors :

DAYA - PT Duta Intidaya Tbk

EMPT - PT Enseval Putera Megatrading Tbk

SDPC - PT Millennium Pharmacon International Tbk

 

Sub Sektor Food Retail & Distributors :

DMND - PT Diamond Food Indonesia Tbk

KMDS - PT PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk

PCAR - Prima cakrawala Abadi Tbk

WICO - PT Wicaksana Overseas International Tbk

 

Sub Sektor Supermarkets & Convenience Store :

AMRT - PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk

HERO - PT Hero Supermarket Tbk

MIDI - PT Midi Utama Indonesia Tbk

MPPA - PT Matahari Putra Prima Tbk

RANC - PT Supra Boga Lestari Tbk

 

Sub Sektor Department Stores :

LPPF - PT Matahari Department Tbk

RALS- PT Ramayana LEstari Sentosa Tbk

SONA - PT Sona Topas Tourism Industry Tbk

 

Sub Sektor Apparel & Textile Retail :

MAPA - PT Map Aktif Adiperkasa Tbk

MAPI - PT MItra Adiperkasa Tbk

ZONE - PT Mega Perintis Tbk

 

Sub Sektor Automotive Retail :

BOGA - PT Bintang Oto Global Tbk

CARS - PT Industri dan PErdagangan Bintraco Dharma Tbk

IMAS - PT Indomobil Sukses Internasional Tbk

MPMX - Mitra Pinasthika Mustika Tbk

PMJS - Putra Mandiri Jembar Tbk

TURI - Tunas Ridean Tbk

 

Sub Sektor Electronics Retail :

ECII - PT Electronic City Indonesia Tbk

ERAA - PT Erajaya Swasembada Tbk

GLOB - PT Global Teleshop Tbk

SLIS - PT Gaya Abadi Sempurna Tbk

TELE - PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk

TRIO - PT Trikomsel Oke TBk

ACES - PT Ace HArdware Indonesia Tbk

CSAP - PT Catur Sentosa Adiprana Tbk

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya