Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengatakan terjadi peningkatan signifikan dari jumlah investor saham syariah dalam 5 tahun terakhir. Bahkan, peningkatannya mencapai 140 persen dari 2019 hingga 2024 ini.
Dia menerangkan, pada 2019 lalu, jumlah investor saham syariah tercatat sebanyak 59 ribu. Namun, angka itu meningkat tajam menjadi 194 ribu investor di 2024 ini.
Baca Juga
"Jumlah investor kita yang kita bicara 5 tahun terakhir itu hanya 59 ribu yang ada di di 2019 menjadi 194 ribu atau meningkat sebanyak hampir 140 persen," kata Iman dalam Peluncuran Buku 'Pasar Modal Syariah', di Main Hall BEI, Jakarta, Jumat (28/11/2024).
Advertisement
Bukti Makin Menarik
Dia menerangkan peningkatan jumlah investor itu jadi bukti kalau investasi saham syariah bisa menarik di pasar modal. Jumlah saham syariah juga meningkat 50 persen, dari 410 di 2019 menjadi 643 di 2024.
"Jadi, peningkatannya 5 tahun terakhir cukup signifikan secara jumlah saham yang termasuk daftar efek sariah," ucapnya.
Pada sisi kapitalisasi pasar juga meningkat sebesar 93 persen. Iman mencatat besarannya dari Rp 3,5 triliun menjadi hampir Rp 7 triliun.
"Dengan nilai investasi rata-rata harian yang sebelumnya hanya Rp 4 miliar per hari di 2019 menjadi Rp 7,5 miliar atau naik sebesar 85 persen," pungkasnya.
IHSG Ditutup Melemah ke 7.114, Saham ADRO Jadi Beban
 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada Jumat sore ini. Pelemahan dipimpin oleh saham-saham sektor energi. IHSG ditutup melemah 85,89 poin atau 1,19 persen ke posisi 7.114,27. Sementara indeks LQ45 turun 16,69 poin atau 1,91 persen ke posisi 856,78.
“Dari sisi eksternal, bursa saham regional Asia cenderung melemah. Pasar tampaknya fokus mencerna rilis data ekonomi dari Jepang dan Korea Selatan," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya dikutip dari Antara, Jumat (29/11/2024).
Pasar bereaksi terhadap data yang menunjukkan bahwa inflasi Jepang meningkat di atas 2 persen pada November, memicu spekulasi bahwa Bank of Japan (BOJ) akan menaikkan suku bunga pada bulan depan.
Saat ini, pasar memperkirakan peluang sebesar 60 persen untuk kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember, naik dari sekitar 50 persen seminggu sebelumnya.
Sebelumnya, Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, telah mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, kemungkinan paling cepat bulan depan, dengan alasan kekhawatiran terhadap pelemahan yen yang terus berlangsung.
Selain itu, data terbaru menunjukkan adanya tanda-tanda perlambatan aktivitas ekonomi, terlihat dari angka produksi industri, penjualan eceran, dan ketenagakerjaan.
Dari Korea Selatan, penjualan ritel pada Oktober 2024 turun sebesar 0,4 persen secara bulanan, sedikit membaik dibandingkan penurunan yang direvisi menjadi 0,5 persen pada September.
Advertisement