Kebijakan Open Access Bikin Saham PGN Merosot

Kebijakan penerapan Open Access kepada PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) berimbas ke penurunan saham perseroan hingga Desember ini.

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 13 Des 2013, 11:15 WIB
Diterbitkan 13 Des 2013, 11:15 WIB
ihsg-siang-131019b.jpg
Kebijakan penerapan Open Access kepada PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), berimbas kepada penurunan saham perseroan. Hal itu karena penerapan Open Access itu dapat mengancam kinerja perseroan ke depan.

"Kebijakan Open Access mengalami tren penurunan harga saham kepada PGAS. Jadi hal itu merupakan ancaman yang sangat potensial kepada perseroan. Kebijakan itu juga menimbulkan persaingan yang baru, sehingga bisa menimbulkan penurunan laba dan pendapatan PGAS," ujar Analis Ciptadana Securities, Wilim Hadiwijaya dalam ulasannya, Jumat (13/12/2013).

Berdasarkan ulasannya, harga saham PGAS berada di level Rp 5.450 pada 21 Oktober 2013 pr saham. Saham PGAS berada di level Rp 4.750 pada penutupan perdagangan saham 12 Desember 2013. Jadi melihat itu, saham PGAS turun 12,85%. Kalau dilihat secara year to date, saham PGAS naik tipis 3,2% dari Rp 4.600 pada Desember 2012 menjadi Rp 4.750 pada 12 Desember 2013.

Wilim menegaskan, jika kebijakan penerapan itu terjadi imbasnya juga akan banyak, semula PT Perusahaan Gas Negara Tbk sebagai distributor tunggal untuk kebutuhan gas industri dan rumah tangga, maka dengan kebijakan Open Access memberikan peluang bagi kompetitor lain untuk menyalurkan gas melalui kerjasama sewa jalur pipa gas kepada PT Perusahaan Gas Nasional Tbk.

"Pemilik sumur gas dan trader bisa menjual gas langsung ke konsumen dengan menyalurkan melalui pipa gas transmisi milik PGAS," ungkap Willim.

Selain itu, Analis KDB Daewoo Securities, Andrew Argado mengatakan, jika open access itu terjadi memang perseroan mendapatkan pendapatan dari penyewaan pipa transmisi gas. Akan tetapi perseroan kehilangan keistimewaan tidak bisa menjadi distributor tunggal dalam menyalurkan gas dan transmisi gas di Indonesia.

Ketika perseroan tidak menjadi distributor tunggal, maka dampaknya akan terjadi persaingan harga sehingga pendapatan perseroan juga diprediksikan mengalami penurunan.

"Sumber utama perseroan dari bisnis distribusi dan transmisi gas, bayangkan saja kontribusi pendapatan perseroan sebesar 80% dari distribusi gas. Sehingga kalau ada penyewaan pipa transmisi gas, maka bisa berdampak banyak kepada perseroan, seperti bisa menutup selisih marjin yang diperoleh dan mengganggu penurunan pendapatan perseroan," tegas Andrew.

Perseroan mencatatkan pendapatan naik sekitar 20% dari US$ 1,8 miliar hingga September 2012 menjadi US$ 2,2 miliar hingga September 2013.

Pendapatan itu meningkat seiring kenaikan volume distribusi menjadi 808 MMSCFD hingga kuartal III 2013 dari 801 MMSCFD pada periode sama tahun lalu.

Sedangkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 3% menjadi US$ 641,61 juta hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai US$ 621,28 juta.

Pada perdagangan saham Jumat (13/12/2013), saham PGAS turun 1,58% ke level RP 4.650 per saham. Nilai transaksi perdagangan saham sekitar Rp 30,3 miliar. (Dis/Ahm)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya