Pitch Perfect 2, Perjuangan Grup A Capella Wanita ke Ajang Dunia

Pitch Perfect 2 masih menjaga kualitas musik yang disajikan di film pertama. Tema musik a capella mampu dibuat sangat heboh.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 25 Mei 2015, 12:00 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2015, 12:00 WIB
Pitch Perfect 2

Liputan6.com, Los Angeles Ranah Hollywood masih menjadi surga bagi para pecinta berbagai jenis film. Salah satu genre yang cukup banyak kita lihat adalah komedi musikal. Pitch Perfect pun menjadi andalan hingga sekuelnya, Pitch Perfect 2, digarap dan sebentar lagi akan tayang di Indonesia.

Kembali dibintangi oleh Anna Kendrick, `Pitch Perfect 2` masih menjaga kualitas musik yang disajikan di film pertama. Di film arahan sutradara Elizabeth Banks ini, kita juga bisa melihat betapa dunia a capella bisa menjadi topik yang menarik untuk sebuah film musikal.

Lagu-lagu dalam album soundtrack Pitch Perfect 2 yang kebanyakan dinyanyikan para pemainnya, sukses bertengger di puncak Billboard.

Tak hanya Anna Kendrick sebagai Beca Mitchell yang ditonjolkan dalam film ini. Pemain lain seperti Rebel Wilson sebagai Fat Amy, Brittany Snow sebagai Chloe Beale, hingga Hailee Steinfeld sebagai Emily Junk juga memiliki kualitas akting yang tak kalah menarik. Namun, di sini musikalitas Kendrick memang tampak cukup dominan.

Sebelum melangkah lebih jauh, `Pitch Perfect 2` sendiri berkisah tentang nasib grup a capella kampus The Barden Bellas setelah mereka mengalami insiden memalukan saat manggung di Kennedy Center untuk ulang tahun Presiden Obama.

Insiden tersebut menjadi sorotan media nasional dan mendapat komentar negatif dari dua komentator musik senior a cappella, John Smith (John Michael Higgins) dan Gail Abernathy-McFadden-Feinberger (Elizabeth Banks).

Meskipun The Barden Bellas sudah memenangkan kejuaraan nasional, namun aksi mereka ditangguhkan oleh pihak universitas yang mendukung grup. Saat mereka mengungkapkan niatnya untuk memenangkan kejuaraan dunia, John dan Gail malah menertawakannya dikarenakan belum ada satupun grup a capella asal Amerika Serikat yang memenangkan ajang dunia.



Di sisi lain, mahasiswi baru bernama Emily Junk mendapat dukungan dari ibunya yang merupakan alumni The Barden Bellas untuk bergabung ke dalam grup. Ternyata, keadaan yang tak mudah membuat grup ini dilanda berbagai masalah.

Ditambah lagi, mereka diremehkan oleh grup asal Jerman, Das Sound Machine yang digadang-gadang bakal menjadi pemenang kompetisi a capella dunia. Tak sampai di situ, Becca yang menjadi salah satu pimpinan Barden Bellas pun diam-diam memiliki pekerjaan sampingan. Harmonisasi antar grup pun diuji dan tantangan semakin sulit ketika masing-masing personel juga memiliki masalah sendiri-sendiri.

Musik Keren, Cerita Standar

`Pitch Perfect 2` memamerkan banyak unsur menarik dari dunia a capella serta bagaimana musik ini bisa memiliki pangsa pasar yang sangat luar biasa. Musikalitas para pemain tak perlu ditanya, mereka memiliki suara yang keren dan indah.

Tema 'girl power' menjadi salah satu unsur utama meskipun tidak ditampilkan secara eksplisit. Di sini, ada juga akting yang tak masuk akal dari Hana Mae Lee sebagai Lilly Onakurama, serta dialog-dialog absurd dari mulut Chrissie Fit sebagai Flo Fuentes.

Pitch Perfect 2 masih menjaga kualitas musik yang disajikan di film pertama. Tema musik a capella mampu dibuat sangat heboh.

Perihal musik dan akting, Pitch Perfect 2 boleh dipuji habis-habisan. Akan tetapi bagaimana dengan kualitas cerita dan unsur humor di dalamnya?

Ternyata jika diperhatikan secara seksama, tak ada sesuatu yang sangat istimewa dengan cerita sekuelnya ini. Malah, hampir tak ada hal-hal yang mengguggah di sepanjang film. Komedi yang dipamerkan para pemain pun langsung digelontorkan di bagian awal, sehingga humor pada bagian tengah dan akhir film terasa kurang menggigit.

Pitch Perfect 2 masih menjaga kualitas musik yang disajikan di film pertama. Tema musik a capella mampu dibuat sangat heboh.

Memang jika `Pitch Perfect 2` dibandingkan dengan film-film musikal top lain seperti Singin' in the Rain, West Side Story, The Sound of Music, All That Jazz, Moulin Rouge!, dan sejenisnya, belum bisa disebut yang terbaik. Bahkan, film pertamanya sekalipun masih terlihat lebih baik.

Akan tetapi, banyak unsur segar yang mampu menghibur kita saat menyaksikannya dari awal hingga akhir. Klimaks cerita lebih memperlihatkan kejutan mengharukan yang cukup memperkuat film ini. Singkat kata, `Pitch Perfect 2` boleh menjadi tontonan manis bersama teman-teman maupun pasangan ketika waktu senggang menghampiri. (Rul/Ade)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya