Liputan6.com, Jakarta Banyak cara untuk memberi inspirasi positif dan berguna bagi orang lain. Salah satunya dengan karya. Seperti yang dilakukan anak-anak muda kreatif yang tergabung dalam sebuah nama Cameo. Berlokasi di jalan Sukabumi, Menteng, Jakarta Pusat, kantor Cameo, para tim produksi Cameo bekerjasama dengan Yosi Mokalu atau lebih dikenal dengan Yosi Project Pop memberikan sesuatu yang berguna bagi masyarakat.
Mereka membuat sebuah videoklip berjudul "Generasi Tanpa Hati". Dalam video yang berdurasi 4.24 menit ini, Cameo dan Yosi mencoba mengingatkan semua kalangan agar tak main hakim sendiri.
Baca Juga
Ide awalnya terbentuk lantaran Cameo dan Yosi melihat kecenderungan masyarakat yang dengan mudah memberi pandangan negatif tentang seseorang. Padahal, orang tersebut belum tentu lebih buruk dari kita.
Advertisement
"Penghakiman itu kan tidak hanya dalam bentuk kekerasan saja. Seperti kita melihat penampilan seseorang, mulainya dari asumsi negatif kita, padahal kita nggak tahu lebih dalam tentang dia," kata Yosi ditemui di kantor Cameo, Jumat (14/8/2015).
"Itu masih level rendah, level terberatnya adalah kita nggak memberi kesempatan untuk mereka diproses, tapi malah kita lakukan dengan cara yang biadab, orang sampai dibakar," sambung Yosi.
Pesannya, Stop Menghakimi Orang Lain
Tujuan pembuatan video ini tak lain sebagai gambaran warga Indonesia yang dengan mudah menyalahkan orang lain. Padahal, belum tentu yang menghakimi seseorang tak pernah melakukan kesalahan yang sama sebelumnya.
Dalam video ini, jika kalian menyaksikan, ada banyak model yang berperan menjadi bahan bully-an dari banyak orang. Seperti ada satu wanita yang diperankan oleh Joanna Alexandra, dia memakai pakaian SMA dan sedang hamil. Orang-orang langsung menuduhnya sebagai wanita gampangan.
Ada juga pria berbadan besar dan bermuka seram dengan dandanan seperti preman, sontak orang-orang di sekitar menuduhnya sebagai preman. Dan masih banyak lagi.
"Seperti pencuri, ketika ketahuan, mereka dipukuli habis-habisan. Padahal, mereka yang memukuli mungkin pernah melakukan pencurian. Bentuk pencurian itu kan tak hanya uang saja, seperti kita menyontek saat ujian. Itu sudah mencuri namanya, mencuri jawaban," papar Yosi.
Tak hanya itu saja, penuhnya penjara dan kejahatan yang ada pun tak luput dari perlakuan mereka yang suka menghakimi orang lain, dan tak pernah mau menerima mereka yang pernah melakukan kejahatan namun ingin sadar.
"Seperti mantan napi yang ingin sadar, tapi dia sudah nggak diterima lagi di masyarakat. Mungkin hal itu juga yang membuat mereka kembali melakukan kejahatan. Penghakiman menutup pintu perubahan," terang Yosi.
Ya, maksud dan tujuan videoklip "Generasi Tanpa Hati" ini agar masyarakat berhenti memandang orang hanya sebelah mata. Tak ada lagi penghakiman terhadap orang lain.
Diunggah di Vidio.com
Seperti jika kita menyaksikan video yang diunggah di video.com dan situs berbagi youtube. Awal video memperlihatkan kekejaman yang dilakukan aparat terhadap para demonstran.
"Aparat itu melaksanakan tugas, karena si demonstran mungkin sudah keterlaluan. Tetapi apakah si aparat tersebut tahu, bisa jadi si demonstran hanya ikut-ikutan saja, atau bahkan sama sekali tak bersalah. Ini kan salah satu bentuk penghakiman," paparnya.
Video yang baru diunggah hari ini, Jumat (14/8/2015) pada pukul 14.00 WIB tadi memiliki backsong lagu "Generasi Tanpa Hati" milik Yosi Makalu. Tak hanya Yosi yang bernyanyi di lagu ini, ada juga Ria Warna dan Michael Jakarimilena asal Papua.
Video ini dibuat pada tanggal 28 Juli 2015. Tak makan waktu lama dalam proses pengambilan gambar, hanya enam jam saja. Video yang diunggah pada saat-saat menjelang hari kemerdekaan ini tak bermaksud untuk membenarkan segala sesuatu yang terlihat negatif. Saksikan videoklipnya di bawah ini. (Fac/Ade)
Â