Penyebab Danur 3 Sunyaruri Batal Tayang Bulan Maret

Sineas Awi Suryadi buka suara soal mundurnya produksi Danur 3 Sunyaruri.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Sep 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2019, 10:30 WIB
Danur 3
Danur 3 (Instagram/prillylatuconsina96)

Liputan6.com, Jakarta - Film Danur 3 Sunyaruri yang diangkat dari novel laris karya Risa Saraswati dipastikan tayang bulan ini. Bagi penggemar buku-buku Risa Saraswati, tayangnya Danur 3 Sunyaruri bulan September menimbulkan tanda tanya. Pasalnya, Danur selalu tayang Maret.

Danur I Can See Ghosts yang ditonton 2,7 juta orang tayang 30 Maret 2017. Danur 2: Maddah yang meraih 2,5 juta penonton dirilis 28 Maret 2019. Bahkan muncul istilah Maret bulannya Danur. Sineas Awi Suryadi buka suara soal mundurnya produksi Danur 3 Sunyaruri.

“Waktu kami memproduksi film Sunyi, pengembangan naskah film Danur 3 Sunyaruri sempat kami endapkan dulu. Kami tidak mau memaksakan diri karena kemungkinan ini menjadi ending trilogi. Jadi naskah harus bisa memuaskan semua pihak dalam hal ini saya, Risa, dan Pak Manoj Punjabi,” beber Awi Suryadi dalam sesi wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com di Jakarta, baru-baru ini.

Rencana semula, Danur 3 Sunyaruri memang dirilis di bioskop Maret 2019. Kemudian dijadwal ulang menjadi Juni 2019. “Pak Manoj sempat mengabari saya, ‘Awi kita dapat jadwal Juni bertepatan dengan minggu Lebaran.’ Saya pikir oke. Namun karena naskah masih belum memuaskan akhirnya kami oper menjadi September 2019,” beri tahu Awi Suryadi.

Beban Berat

Danur 3 Sunyanyuri
(Instagram: @danurmovie)

Diakuinya, merilis film Danur 3 Sunyaruri disertai beban berat. Mengingat dua jilid terdahulu selalu di atas 2 juta penonton. Jika Danur 3 Sunyaruri gagal menyentuh 2 juta penonton, tentu publik bertanya-tanya mungkinkah pamor Danur telah pudar ataukah kualitas jilid ketiga tak sekinclong pendahulunya.

Tantangan memberat mengingat tahun ini baru satu film horor yang tembus sejuta penonton yakni Kuntilanak 2. “Saya waswas apakah pasar sudah tidak suka atau jangan-jangan orang jenuh dengan horor,” Awi Suryadi menduga.

Akhirnya ia berkeyakinan harus menajamkan aspek naskah, akting, dan elemen teknis. “Beberapa film horor Hollywood juga mulai enggak laku. Banyaknya genre film membuat orang berhak memilih mana yang hendak ditonton. Maka kualitas konten tak bisa ditawar,” Awi Suryadi mengakhiri perbincangan. (Wayan Diananto)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya