Band Feast dan The Panturas Meriahkan Soundstream Episode 3

Feast dan The Panturas merupakan band asal kota kecil yang mengguncang Jakarta.

oleh Aditia Saputra diperbarui 27 Agu 2020, 01:15 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2020, 17:20 WIB
Band Feast dan The Panturas
Band Feast dan The Panturas

Liputan6.com, Jakarta Nama band Feast dan The Panturas tak bisa dilepaskan dari panggung musik tahun 2019. Band yang terbentuk di kota kelas dua macam Depok dan Jatinangor ini dianggap mampu untuk menaklukan ibukota.  

Untuk pertama kalinya, Feast dan The Panturas bakal hadir bersama secara virtual dalam tayangan Soundstream episode ketiga, sekaligus menutup rangkaian musik akhir pekan di Bulan Agustus.

“Memilih Feast dan The Panturas itu sejujurnya tidak sulit. Kedua band ini sedang naik daun serta yang paling penting keduanya punya konsep dan karakter yang kuat tapi kontras. Dari tiga rangkaian episode Soundstream, saya yakin kalau mereka mampu menjadi penutup yang manis,” kata Kukuh Rizal Arfianto selaku Creative Director Soundstream saat jumpa media yang diadakan secara virtual, Rabu (26/8/2020). 

Sebelumnya Feast dan The Panturas tercatat pernah berbagi panggung dan merilis sebuah lagu hasil kolaborasi berjudul Gelora pada akhir tahun 2019 lalu. 

“Tantangannya justru untuk memastikan agar Soundstream bisa memberikan sesuatu yang lebih bagi penontonnya nanti. Kedua band ini sedang rajin naik panggung. Jadi, saya mencoba untuk memberi lebih dari sekadar musik dan akhirnya saya memilih untuk mengangkat cerita mereka. Lebih tepatnya kisah tentang pembuatan album yang mungkin masih jarang diketahui,” ungkap Kukuh.

 

Cerita

Band Feast
Band Feast

Selalu ada cerita di balik setiap lagu yang seringkali menjadi ‘bahan jualan’ atau justru kadang menjadi spekulasi liar di mata publik. Lagu Peradaban milik .Feast diklaim lahir akibat peristiwa bom di Surabaya yang memicu pertentangan antara paham radikal dan peradaban asli Indonesia.  

Disisi lain, lagu instrumental bertajuk Tenggelamkan milik The Panturas terinspirasi dari Susi Pudjiastuti yang sewaktu menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan kerap melakukan penenggelaman kapal. 

“Lucunya, tidak semua musisi punya cerita menarik di balik penciptaan album. Inilah yang kemudian saya coba angkat dari album Membangun dan Menghancurkan milik .Feast serta Mabuk Laut milik The Panturas,” terang Kukuh lagi.

 

Kontemporer

The Panturas
The Panturas

The Panturas yang terbentuk sejak akhir tahun 2015 melabeli diri mereka sebagai ‘klab rock selancar kontemporer’ karena ragam pengaruh musik kontemporer yang mereka mainkan. Gelombang musik ini datang dari Jatinangor yang menjadi tempat para personilnya menempuh studi. Surya ‘Kuya’ Fikri selaku penabuh drum dalam kelompok musik The Panturas mengakui kalau album Mabuk Laut tak lebih dari sebuah kumpulan karya lagu.  

“Tapi, album memang masih jadi penanda keberadaan sebuah band yang rasanya wajib dimiliki. Kami pun juga jadi belajar banyak mengenai proses produksi musik dan juga lebih memikirkan visi kami kedepannya,” ucap Kuya mewakili band yang beranggotakan empat orang ini.

 

Tak Mudah

Sedikit berbeda dengan The Panturas, .Feast mengakui kalau pembuatan album bukanlah perkara mudah. Gelombang musik yang lahir dari Depok ini telah mengeluarkan satu album bertajuk Multiverses (2017) dan satu mini album berjudul Beberapa Orang Memaafkan (2018).  

“Dua album terdahulu kami bisa dibilang sangat berbeda dari segi konsep dan juga penyajiannya karena semua punya cerita dan inspirasinya sendiri. Begitu juga dengan album Membangun Dan Menghancurkan yang akan kami rilis, harus punya sudut pandang yang jelas. Supaya lagu-lagu yang ada di dalamnya juga punya napas yang konsisten,” terang Fadli ‘Awan’ Fikriawan yang adalah bassist dari .Feast.

 

Berbeda

Baik .Feast maupun The Panturas mengamini bahwa proses pembuatan lagu dan pembuatan album sangatlah berbeda. Keduanya memiliki tantangan tersendiri yang bisa jadi berhubungan.  

“Lagu bisa ditulis oleh salah satu personil saja. Tapi album harus digarap bersama. Dinamikanya pasti berbeda dan ada banyak sekali orang yang terlibat di dalamnya. Cerita itu juga yang mungkin dapat kami sampaikan, bahwa proses ini kadang memang tidk mudah,” tambah Adnan Satyanugraha Putra, satu dari dua gitaris yang dimiliki oleh .Feast.

 

Kolaborasi

Kukuh mengatakan bahwa Soundstream episode ketiga ini akan sangat disayangkan untuk dilewatkan oleh para kelelawar, sebutan untuk penggemar .Feast, serta para penggemar setia The Panturas.  

“Ada beberapa kolaborasi yang kami tampilkan juga, tapi satu yang sudah banyak dinanti pastinya lagu Gelora dari .Feast dan The Panturas. Lagu ini jarang dibawakan karena sudah cukup lama kedua grup musik ini tidak tampil bersamaan,” pungkas Kukuh.

Tiket untuk menyaksikan Soundstream masih dibanderol dengan harga empat puluh lima ribu rupiah dan bisa didapatkan melalui kanal Loket.com serta GoTix. Episode ketiga dari Soundstream akan tayang di akhir pekan terakhir dalam bulan Agustus, tepatnya tanggal 29 Agustus 2020 pukul 21:00 WIB.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya