Liputan6.com, Los Angeles - Aktivis sekaligus aktris senior Ashley Judd mengalami kejadian mengerikan saat berada Afrika. Dilansir dari CNN dan People, Minggu (14/2/2021), ia mengalami kecelakaan saat sedang ikut serta dalam ekspedisi menjelajah hutan di Republik Demokratik Kongo, untuk sebuah proyek riset primata langka bonobo.
Saat berjalan menembus hutan, bintang film Divergent ini kesulitan melihat sekitar karena senter di kepalanya mati.
Advertisement
Baca Juga
"Terjadi kecelakaan. Ada pohon tumbang di jalan yang tidak kulihat, dan saat aku berjalan dengan semangat, aku jatuh tersandung pohon ini," tuturnya kepada kolumnis New York Times Nicholas Kristof dalam sebuah sesi live Instagram.
Ia menambahkan, "Kakiku patah, aku tahu itu patah."
Gigit Batang Pohon
Masalahnya, situasi gawat darurat tersebut terjadi dalam hutan. Ia terpaksa berbaring di atas tanah dengan kaki yang berada dalam posisi janggal, selama lima jam, dengan ditemani seorang rekannya.
Ia juga menggigit batang pohon demi menahan rasa sakit yang ia rasakan. "Aku melolong seperti hewan liar," kata dia.
Advertisement
Ditandu Keluar Hutan hingga Naik Motor
Setelah lima jam, seseorang kemudian membantunya membetulkan posisi kakinya. Hal ini membuatnya kaget dan begitu kesakitan sehingga ia jatuh pingsan. Sejumlah pria Kongo kemudian membawanya keluar hutan dengan tandu, naik turun bukit dan menyeberangi sungai dengan bertelanjang kaki. Hal ini membutuhkan waktu 1,5 jam.
Ia kemudian menempuh perjalanan selama enam jam dengan sepeda motor, dan menginap semalam di sebuah kota di Jolu. Terakhir, ia diterbangkan ke Kinshasa dan menunggu selama 24 jam hingga akhirnya bisa dirawat di ICU.
Miliki Privilese
Kejadian mengerikan ini justru membuatnya berpikir, bahwa dirinya adalah seseorang yang memiliki privilese.
"Perbedaan antara orang Kongo denganku adalah aku mendapat jaminan yang memungkinkan bahwa setelah 55 jam aku bisa masuk ke ruang operasi di Afrika Selatan," kata dia.
Advertisement
Kesulitan Akses
Dengan prihatin, ia mengatakan bahwa banyak orang Kongo yang kesulitan mendapat akses untuk mendapatkan hal sederhana seperti pil penahan sakit bila mengalami patah kaki dan kerusakan saraf.