Liputan6.com, Jakarta Di jagat maya, Ayoe Sutomo mulai dikenal. Psikolog dengan 14 ribuan pengikut di Instagram ini telah melahirkan karya yakni buku Sekolah Untuk Anakku. Baru-baru ini, Ayoe Sutomo mengingatkan bahwa diskriminasi berbasis gender dapat menimpa siapa saja.
Ini bisa terjadi di lingkungan kerja hingga keluarga. Contoh diskriminasi yang umum terjadi yakni budaya patriarki. Pria punya kekuasaan lebih dibanding wanita, kesenjangan pendidikan maupun perlindungan hukum, hingga KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).
Advertisement
Baca Juga
Untuk menghindari diskriminasi gender, penting bagi kaum hawa untuk punya mindset mampu berdaya. Ini bisa diawali dengan mencari dan melihat potensi diri lalu memaksimalkannya. Satu ketrampilan jika diasah dengan serius bisa menjadi sesuatu yang bernilai.
Advertisement
“Wanita perlu punya kemampuan mengelola keuangan pribadi dan rumah tangga. Ini diharapkan dapat memperkecil kerentanan perempuan terhadap diskriminasi dan kekerasan. Mereka juga perlu mendapat rasa aman dan berani lapor jika khawatir mengalami KDRT,” kata Ayoe Sutomo.
Mata Rantai Diskriminasi dan KDRT
Lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Jumat (13/12/2024), Ayoe Sutomo menyebut rasa aman bisa didapat dari dukungan keluarga atau orang yang dapat dipercaya. Mintalah bantuan ke teman dan kerabat serta jangan ditutupi saat KDRT terjadi.
“Segera lapor dan konsultasikan ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Untuk memutus mata rantai diskriminasi dan KDRT, penting bagi perempuan yang memiliki anak untuk mengusahakan pendidikan terbaik serta mengajarkan kesetaraan gender,” akunya.
Advertisement
Diskriminasi Berbasis Gender
Ayoe Sutomo menyampaikan ini dalam edukasi bertema “Empowering Women, Towards Gender Equality” kepada sekitar 100 ibu di Jakarta, 4 Desember 2024. Program ini digelar untuk memperingati Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.
“Diskriminasi berbasis gender yakni perlakuan tak adil karena perbedaan gender yang mengakar di berbagai negara di dunia sejak lama. Hingga saat ini, diskriminasi berbasis gender menjadi salah satu masalah sosial yang umum terjadi di dunia,” ulas Ayoe Sutomo.
Perihal Social Inclusion
Program edukasi ini digelar PT Uni-Charm Indonesia Tbk bersama Walikota Jakarta Selatan. Perwakilan Uni-Charm, Sri Haryani, menjelaskan, selain ingin menjadi perusahaan nomor 1, pihaknya punya misi mewujudkan masyarakat simbiosis atau social inclusion.
“Artinya, masyarakat sejahtera yang dapat hidup setara dan bebas dari rasa tak nyaman, saling menghormati individualitas, merangkul dengan kebaikan, mendukung, dan terhubung. Lingkungan di mana manusia bisa hidup berdampingan dengan alam dan hewan peliharaan,” ujarnya.
Unicharm telah melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya, mmemberi kesempatan yang sama bagi karyawan laki-laki dan perempuan untuk mengembangkan karier. “Lebih dari 50 persen karyawan kami adalah perempuan,” Sri Haryani mengakhiri.
Advertisement