Liputan6.com, Jakarta - Video seorang warga yang marah di RS Soewandhi Surabaya, Jawa Timur lantaran diduga anaknya belum mendapatkan layanan baik karena memakai BPJS. Video ini ramai diperbincangkan oleh warganet sejak Kamis, 5 Maret 2020.
Video tersebut diunggah di sejumlah akun media sosial. Salah satunya instagram @aslisuroboyo pada Kamis, 5 Maret 2020. Di akun tersebut juga mengunggah foto yang berisi tulisan mengenai kekesalan warga tersebut di facebook pada Rabu, 4 Maret 2020. Sumber tersebut berasal dari akun Ikas Choirul Iklani.
Kejadian kemarin menimpa saya sendiri kronologi di RS. Soewandi surabaya tambak rejo. Niat mau periksa anak saya malah mendapatkan kejadian yang seperti ini. Lgsg singkat cerita setelah daftarkan anak saya dan saya sudah antri mulai jam 3 sampai 6 malem belom di layani trus saya tanya ke dokter galih dijawab antrian nama anak saya kurang 3 pas di panggil saya sabar menunggu tapi pas sudah 3 nama masuk tapi anak saya blom di panggil jua saya sabar sampai jam 7 malam mungkin hbis in ternyata gak dipanggil jua trus saya tanya lagi eh malah bentak2.
Advertisement
Apa karna saya pakai bpjs trus saya diperlakukan seperti ini apa saya dari kalangan org gak punya sampai dibentak2 Dan mau ngerampas hp saya buat hpus vido mana yang katanya dokter bersumpah melayani pasien dgn baik tapi nyatanya anak gak di periksain malah di suruh pulang.. Ya Allah sunggu miris pelayanan di RS suowandi.
Baca Juga
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RS Soewandhi Surabaya, Rince Pangalila menuturkan, Ikas dan anaknya tersebut datang pada Selasa 3 Maret 2020 sekitar pukul 14.40 WIB di IGD RS Soewandhi. Kemudian dilayani dokter pukul 14.41 WIB.
"Betul datang ke IGD RS Soewandi pukul 14.40 WIB pada Selasa 3 Maret 2020. Dilayani dokter pukul 14.41 WIB. Langsung masuk ke ruangan,” ujar Rince saat dihubungi Liputan6.com.
Rince menuturkan, setelah diperiksa, anaknya batuk, pilek, dan panas. Rince menuturkan, kemudian pasien tersebut diminta tunggu di luar dan mendaftar lantaran Ikas belum mendaftar. "Langsung masuk, dan ditangani sudah diperiksa, lalu disuruh tunggu di luar,” kata dia.
Lebih lanjut Rince mengatakan, ada tujuh orang pasien dalam keadaan kritis, dan membutuhkan penanganan untuk menyelamatkan nyawa. “Di IGD ada 60 orang, banyak tidak dalam kondisi darurat, dan menunggu antrean,” ujar dia.
“Pelayanan IGD untuk menstabilkan orang-orang yang dalam keadaan darurat. IGD tidak berdasarkan nomor antrean tapi tingkat kedaruratan. Datang ke IGD harus diperiksa dulu, tingkat kedaruratan 1,2 dan tidak sama sekali,” ia menambahkan.
Ia pun membantah kalau pihak keamanan rumah sakit membentak Ikas. Rince mengatakan, kalau pihaknya tidak menelantarkan pasien.”Tidak akan bedakan pasien baik kaya, miskin, umum, dan peserta BPJS,” tutur dia.