Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka, nama Mbah Dehler yang makamnya ada di Lapangan Golf Bukit Gunung Sari itu adalah Bapak Sanitasi Surabaya, berkat jasanya membangun kota terbesar di Indonesia sebagai tempat yang saluran airnya tertata.
Orang Surabaya menyebutnya Mbah Deler, namun nama aslinya jauh dari kesan Jawa, apalagi dipanggil “Mbah”. Dia adalah Fredrik Jacobus Rotherbühler, lelaki kelahiran Zweibrücken, Jerman pada 9 November 1758.
Rotherbühler datang ke Batavia pada 1769 bersama keluarganya. Saat usianya baru belasan itu, ayahnya yang merupakan dokter ahli bedah meninggal dunia. Setelah dewasa, dirinya diterima bekerja di Semarang sebagai di akuntan di instansi VOC.
Advertisement
Mulai 1780 hingga 1794, Rotherbühler tercatat sebagai warga Pekalongan, Jawa Tengah. Setelah itu, dirinya diangkat sebagai Gubernur Pantai Timur Jawa yang berkedudukan di Surabaya. Jabatan itu berakhir hingga 1808.
Saat dirinya menjabat sebagai Gubernur, wabah cacar melanda hampir seluruh Indonesia, tak terkecuali Surabaya. Tapi, Rotherbühler punya cara untuk menekan angka korban wabah mematikan tersebut. Demikian mengutip dari berbagai sumber.
Baca Juga
Menurut Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Surabaya Dr. Purnawan Basundoro, Mbah Deler merupakan sosok yang penting dalam penggunaan vaksin di Indonesia.
"Rotherbühler mempelopori pemberian vaksin bagi mereka yang terjangkit wabah cacar," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, 24 Juni 2020.
Awalnya, lanjut Purnawan, warga Surabaya tak mau divaksin. Saat itu, warga belum mengenal vaksin. Namun, Rotherbühler tak hilang akal.
"Rotherbühler memberi upah sekitar 1000 florin kepada warga yang mau divaksin. Pada saat itu, ada sekitar 15 warga yang akhirnya menerima untuk divaksin," kata Purnawan.
Selan harus berhadapan dengan wabah cacar, Rotherbühler tugas yang diembannya adalah untuk menghalau Inggris masuk ke wilayah timur Jawa. Namun, tugas kedua itu tidak berhasil, dirinya kemudian dicopot dari jabatannya sebagai gubernur.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Kembali Jadi Gubernur
Namun, pada saat Thomas Stamford Raffles berhasil mengambil alih Hindia Belanda dari tangan Belanda, Rotherbühler kembali diangkat menjadi Gubernur yang berkedudukan di Surabaya.
"Pada zaman pendudukan Inggris itu lah Rotherbühler ditugaskan untuk mengatur Surabaya. Ambisinya untuk bisa membuat Kalimas bisa dimasak oleh warga," kata Purnawan.
Rotherbühler banyak melakukan pembenahan sanitasi, lanjut Purnawan, Surabaya merupakan kota yang dibela oleh banyak sungai, tetapi sayangnya saat itu sungai-sungai tersebut sangat kotor sehingga membutuhkan pembersihan.
Rotherbühler meninggal di Surabaya pada 21 April 1836 dan dimakamkan di tanah miliknya, yaitu di Gunung Sari, Surabaya. Tepatnya di Lapangan Golf yang kini bernama Lapangan Golf Ahmad Yani, di Dukuh Pakis, Surabaya.
"Dia itu selain kepala pemerintahan, dia juga merupakan pengusaha. Dulu pejabat itu nyambi, dia beli tanah di gunung sari. Sehingga ketika mati dia dimakam di tanahnya sendiri," kata Pernawan.
Sementara itu, tropi yang ada di atas makamnya itu merupakan tanda yang biasa ada pada makam. Purnawan mengatakan, itu bukan pemberian dari Pemerintah Kota maupun Pemerintah Provinsi.
Apa yang bisa dicontoh dari Rotherbühler yaitu keteguhan, ketegasan sebagai seorang pemimpin. Contohnya soal vaksin, karena dia tegas, maka masyarakat mau.
"Sekarang ini tidak tegas, setengah-setengah. Ada regulasi, ya harus ada aturan, maka harus ada hukuman," ujar Purnawan.
Advertisement